Kepada DW, diplomat Uni Eropa mengatakan kesepakatan Brexit telah tercapai meski masih bersifat tentatif. Tetapi Uni Eropa masih dapat menolak draf apa pun yang diajukan negosiator.
Iklan
Pada Rabu (23/12), dua diplomat Uni Eropa (UE) mengatakan kepada DW bahwa negosiator Brexit dari UE dan Inggris telah mencapai kesepakatan perdagangan bebas setelah sembilan bulan melalui negosiasi alot.
Hal ini diketahui dari para staf senior Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang mengatakan pada hari sebelumnya bahwa kedua belah pihak "berada dalam tahap akhir."
"Kesepakatan akan tercapai," kata salah seorang diplomat yang tahu pembicaraan itu.
Kepala negosiator UE, Michel Barnier, mengatakan kepada anggota parlemen pada hari Selasa (22/12) bahwa Malam Natal adalah tenggat waktu terakhir untuk menyegel kesepakatan dan menghindari kemungkinan Brexit Tanpa Kesepakatan jangka pendek.
Para duta besar telah diperintahkan untuk hadir dalam satu pertemuan terakhir pada hari ini, Kamis (24/12). Tetapi para diplomat dari 27 negara anggota UE mendesak agar berhati-hati.
Iklan
Kesepakatan bergantung pada hak penangkapan ikan
Pemerintah belum melihat salinan teks yang dinegosiasikan selama sembilan bulan terakhir. Mereka harus menandatangani semua perjanjian apa pun dengan Inggris.
"Itu semua tergantung pada apa yang disepakati tentang (penangkapan) ikan," kata seorang diplomat senior dari negara berpantai.
Hak penangkapan ikan dalam kesepakatan Brexit telah menjadi salah satu hal yang paling kontroversial selama negosiasi. Nelayan Inggris telah lama mengeluh bahwa mereka tidak mendapatkan bagian yang adil dari stok yang ditangkap di perairan Inggris oleh kapal pukat Eropa.
Barnier mengatakan kepada anggota parlemen bahwa para pemimpin perlu turun tangan dan menengahi kesepakatan.
Masalah hak penangkapan ikan adalah salah satu dari "masalah yang sangat politis dan sangat sensitif - tetapi saya tidak dapat menyelesaikannya pada tingkat saya," kata Barnier kepada anggota parlemen dalam konferensi virtual, berdasarkan transkrip yang bocor yang diperoleh DW.
Brexit: Tarik Ulur Politik Inggris Keluar Dari Uni Eropa
Inggris kejutkan dunia dengan hasil referendum 23 Juni 2016 yang sepakat keluar dari Uni Eropa. Mulailah rentang waktu penuh kisruh, tarik uluk dan adu kekuatan politik di Eropa terkait Brexit.
Foto: picture-alliance/empics/Y. Mok
Juni 2016: Kehendak Rakyat Inggris
Hasil referendum yang diumumkan 24 Juni 2016, hampir 52 persen dari pemilih setuju, Inggris keluar dari Uni Eropa. Perdana Menteri Inggris saat itu, David Cameron dari partai konservatif menerima "kehendak rakyat Inggris, dan mengundurkan diri sehari setelah referendum..
Foto: picture-alliance/dpa/A. Rain
Juli 2016: Brexit berarti Brexit
Mantan Menteri Dalam Negeri, Theresa May gantikan posisi Cameron sebagai Perdana Menteri pada 11 Juli. Ia menjanjikan´Brexit berarti Brexit´. Sebelumnya, May diam-diam dukung kampanye Inggris tetap di Uni Eropa. Dia tidak secara jelas mengatakan kapan akan memulai pembicaraan diberlakukannya Pasal 50 Perjanjian Uni Eropa terkait masa dua tahun sebelum Inggris resmi keluar Uni Eropa.
Foto: Reuters/D. Lipinski
Maret 2017: Kami siap Berpisah
May tandatangani nota diplomatik untuk memulai Pasal 50, 29 Maret. Beberapa jam kemudian, Duta Besar Inggris untuk UE, Tim Barrow serahkan nota itu kepada Presiden Dewan Eropal, Donald Tusk. Inggris dijadwalkan keluar dari Uni Eropa 29 Maret 2019. Tusk merespon nota itu dengan komentar: “Kami sudah siap berpisah. Terima kasih dan selamat tinggal”.
Foto: picture alliance / Photoshot
Juni 2017: Perundingan Dimulai
Menteri Brexit, David Davis dan ketua jururunding UE, Michel Barnier memulai perundingan di Brussel pada 19 Juni. Perundingan pertama diakhiri dengan kesepakatan Inggris akan mematuhi aturan UE terkait sisa negosiasi. Tahap pertama membahas persyaratan keluarnya Inggris dan tahap kedua membahas hubungan UE dan Inggris pasca-Brexit.
Foto: picture alliance/ZUMAPRESS.com/W. Daboski
Juli – Oktober 2017: Uang, Hak-hak dan Irlandia
Tahap kedua perundingan dimulai dengan berfoto bersama tim Inggris yang terlihat tak siap. Perundingan gagal raih kemajuan terkait tiga masalah pasca-Brexit: Berapa banyak yang masih harus dibayar Inggris ke anggaran UE, bagaimana dengan hak warga negara UE dan Inggris dan apakah Inggris tetap dapat membuka perbatasan antara Irlandia dan Irlandia Utara.
Foto: Getty Images/T.Charlier
November 2017: May Tunjukkan Kemajuan?
Kemajuan baru terlihat setelah putaran perundingan ke-6 di awal November. Inggris setuju untuk membayar 57 miliar Euro atau sekitar Rp 900 triliun sebagai “biaya perceraian”. Awalnya May hanya mau membayar 20 juta, padahal UE telah menghitung biayanya sebesar 60 juta Euro. Laporan konsensi Inggris ini memicu kemarahan di kalangan politikus dan media pro-Brexit.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Desember 2017: Maju ke fase ke-2
Para pimpinan dari 27 anggota UE secara resmi menyetujui “kemajuan yang cukup” itu untuk diteruskan ke fase kedua: transisi periode pasca-Brexit dan masa depan hubungan perdagangan UE-Inggris. Perdana Menteri Theresa May mengungkapkan kegembiraannya atas keputusan ini, sebaliknya Presiden Dewan Eropa, Tusk memperingatkan bahwa perindingan putaran kedua akan “sangat sulit.
Foto: picture-alliance/AP Photo/dpa/O. Matthys
September 2018: Tidak ada ceri untuk Inggris
Proposal May tidak berjalan mulus. Pada pertemuan puncak di Salzburg akhir September, para pimpinan UE sampaikan kepada May bahwa proposalnya tidak dapat diterima. Presiden Dewan Eropa,Tusk menyindir May lewat Instagram dengan postingan foto mereka yang sedang melihat sepotong kue: “Sepotong kue barangkali? Maaf, tidak ada ceri”. Ini sindiran bahwa Inggris cuma mau keuntungan sepihak dari Eropa.
Foto: Reuters/P. Nicholls
November 2018: Kemajuan di Brussel
Para pimpinan UE dukung draft kesepakatan perceraian serta deklarasi politis soal hubungan pasca-Brexit setebal 585 halaman. Draft ini dikecam habis anggota parlemen yang pro maupun kontra Brexit dalam perdebatan di Parlemen Inggris beberapa minggu sebelumnya. Menteri Brexit, Dominic Raab bersama dengan beberapa menteri mencoba memicu mosi tidak percaya di bulai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Desember 2019: May Lolos Dari Mosi Tidak Percaya
Menghadapi oposisi yang sulit, May menunda pemungutan suara di parlemen pada 10 Desember. Besoknya ia bertemu Kanselir Jerman, Angela Merkel untuk mencari kepercayaan diri dalam meyakinkan para anggota parlemen yang skeptis kembali ke kesepakatan. Sementara ia pergi, anggota parlemen dari Partai Konservatif ajukan mosi tidak percaya. May menang mosi kepercayaan di hari berikutnya.
Foto: Getty Images/S. Gallup
Januari 2019: Kesepakatan ditolak
Kesepakatan Brexit May, ditolak Parlemen Inggris dengan 432 suara dan hanya 202 suara mendukungnya. Sebagai respon hasil tersebut, Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk sarankan agar Inggris tetap bertahan di Uni Eropa. Partai Buruh Inggris menyerukanmosi tidak percaya terhadap Perdana Menteri. Ini adalah tantangan berat dalam kepemimpinan kedua May dalam bulan-bulan terakhir.
Foto: Reuters
11 foto1 | 11
Kesepakatan tercapai?
Kantor berita Inggris Sky News melaporkan bahwa "kesepakatan telah tercapai" tetapi staf David Frost mengatakan kepada DW bahwa tim Inggris "masih bernegosiasi."
Juru bicara pemerintah Inggris menolak berkomentar tentang kabar ini.
Sumber yang dekat dengan Barnier mengatakan bahwa aturan yang mencegah persaingan tidak sehat dan bagaimana mengatur kesepakatan sebagian besar telah disepakati.
Pejabat di Brussels khawatir bahwa Inggris akan mencoba dan melemahkan perusahaan-perusahaan Eropa, mendapatkan keuntungan yang tidak adil atas perusahaan-perusahaan di seluruh perairan Inggris.
Jika kedua belah pihak gagal memenuhi tenggat waktu 1 Januari, maka tidak jelas dalam kondisi apa perdagangan bebas akan dilakukan.
Selama beberapa hari terakhir, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen telah melakukan kontak melalui telepon untuk membuka jalan negosiasi.
Sektor bisnis di kedua sisi menuntut kesepakatan yang akan menghemat biaya puluhan miliar.
Kegagalan untuk mencapai kesepakatan pasca-Brexit akan menyebabkan lebih banyak kekacauan di perbatasan Inggris dengan UE pada awal 2021, ketika tarif baru oleh kedua belah pihak akan menambah hambatan lain untuk perdagangan.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan seluruh proses Brexit akan membuat warga UE mendapatkan manfaat keanggotaan blok tersebut.
"Saya pikir banyak orang hanya mengambil keuntungan dari keanggotaan Uni Eropa begitu saja karena mereka sudah terbiasa," katanya, menanggapi pertanyaan tertulis yang diajukan oleh DW.
"Tapi Brexit memperjelas keuntungan apa yang diwakili oleh UE: Kebebasan bergerak, perdagangan bebas dan kemampuan untuk tinggal, belajar, atau bekerja di mana pun yang diinginkan."
"Saat ini, saya benar-benar tidak melihat mayoritas negara anggota yang bersedia melepaskannya."