1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kesepakatan Dana Bagi AIDS-Malaria-TBC

27 September 2007

Para donor menyepakati anggaran bagi Global Fund sebesar 9,7 milyar dolar untuk berbagai program pemberantasan HIV/AIDS, TBC dan Malaria selama periode 2008-2010.

Annan, Merkel, dan Menteri Jwerman Wiezcorek-Zeul
Annan, Merkel, dan Menteri Jwerman Wiezcorek-ZeulFoto: AP

Namun dana senilai hampir 90 trilyun rupiah itu ini masih kurang dari jumlah yang diminta pendiri Global Fund, Kofi Annan. Bekas sekjen PBB itu mengungkapkan, yang dibutuhkan sebetulnya antara 12 hingga 18 milyar dolar. Karenanya dalam Pertemuan Tingkat Tinggi acara di Berlin yang berlangsung hingga Jumat sore ini, bekas seketaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Kofi Annan meminta para donor meningkatkan sumbangannya 4 kali lipat.

"Kita sekarang bisa dengan pasti mengatakan, dana yang dikucurkan melalui saluran Global Fund, merupakan dana yang diinvestasikan dengan efektif. Kita sudah menyaksikan sejumlah pencapaian mengesankan dalam pemberantasan AIDS, TBC dan Malaria selama beberapa tahun belakangan ini. Tetapi pencapaian ini akan lenyap begitu saja, dan kita akan kalah dalam peperangan melawan tiga penyakit ini, jika kita tidak meningkatkan penanaman modalnya dalam beberapa tahun mendatang."

Global Fund adalah lembaga baru PBB yang didirikan tahun 2002 atas prakarsa Kofi Annan sebagai Sekjen PBB, untuk mencari terobosan bagi upaya pemberantasan AID, TBC, dan Malaria –tiga penyakit paling mematikan, dan paling banyak menelan jiwa penduduk bumi. Sialnya, kelompok manusia yang paling terancam adalah kaum miskin. Sebagaimana digembarkan Kanselir Jerman Angela Merkel dalam acara itu.

"Ketiga penyakit itu HIV-AIDS, TBC dan Malaria, memang berhubungan erat dengan kemiskinan. Kaum miskin-papa memiliki akses yang relatif kecil terhadap informasi, pendidikan dan pelayanan kesehatan. Karenanya mereka yang paling rentan terhadap resiko penularan."

Jerman sebagai tuan rumah pertemuan, menjanjikan dana sebesar 600 juta euro, atau sekitar 7,8 trilyun rupiah. Tapi selain itu, Jerman juga turut mempelopori program Debt2Health, atau Utang untuk Kesehatan, yang melibatkan Indonesia. Rajat Gupta Ketua Dewan Direktur Global Fund menganggapnya hal itu sebagai sebuah terobosan yang sangat menggembirakan.

"Saya juga sangat terkesan oleh peluncuran prakarsa Utang Untuk Kesehatan yang ditandatangani kemarin oleh Jerman, Global Fund dan Indonesia. Di satu sisi ini membantu upaya Indonesia dalam mengurangi utang luar negerinya di lain sisi Indonesia sekaligus menjadi donor bagi Global Fund. Kita mesti terus menerus mencari ihtiar-ihtiar baru yang inovatif untuk pendananaan di masa depan."

Program Utang untuk Kesehatan yang dimaksud, akan memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mendapat pemnghapusan utang dari Jerman sebanyak 50 juta euro. Syaratnya, 25 juta euro digunakan sepenuhnya untuk program kesehatan di dalam negeri, dan 25 juta euro lagi dihibahkan kepada Global Fund untuk menjalankan program yang juga melibatkan pemberantasan AIDS, TBC dan Malaria di Indonesia.