Konferensi mengenai iklim di Paris berakhir Sabtu malam dengan tercapainya kesepakatan yang dinilai kesuksesan besar. Harapan baru sudah terwujud dan dunia menyambutnya. Tapi para pakar tetap skeptis.
Iklan
Kesepakatan ini menjadi terobosan yang menyatukan negara-negara kaya dan miskin dalam upaya bersama memerangi perubahan iklim. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon menyatakan, "Waktunya sudah tiba untuk mengakui, bahwa kepentingan nasional paling mungkin dicapai dengan mengambil langkah untuk kepentingan global dan solidaritas."
Kesepakatan di Paris bertujuan untuk membatasi kenaikan pemanasan global hanya 1,5° Celcius dibanding dengan pemanasan global sebelum masa industrialisasi. Berikut grafik negara-negara yang sudah menyatakan janji pengurangan emisi CO2 atau Intended Nationally Determined Contributions (INDC)
Reaksi dari berbagai negara
Presiden AS Barack Obama mengatakan, sekarang rakyat AS bisa bangga karena kesepakatan ini jadi pengakuan bagi kepemimpinan AS. Dikatakannya, kesepakatan ini adalah kesempatan paling baik untuk menyelamatkan satu-satunya planet yang mereka miliki. Tapi Obama menekankan juga, walaupun semua tujuan awal yang diputuskan di Paris berhasil dicapai, dengan kesepakatan itu, masalah pengurangan CO2 dari atmosfir baru terselesaikan separuhnya.
Ketua Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menyatakan, dunia bersatu di Paris dalam upaya memerangi perubahan iklim. Menurutnya ini kesempatant erakhir untuk menyerahkan Bumi yang lebih stabil ke generasi mendatang, sebuah planet yang lebih sehat, dengan masyarakat lebih adil dan ekonomi lebih maju. Kesepakatan ini akan mengarahkan dunia menuju penggunaan energi bersih secara global.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron mengatakan, Konferensi Iklim COP21 di Paris mencapai kulminasi berupa kesepakatan global, di mana seluruh dunia menandatangani kesedian memainkan peran masing-masing untuk menghentikan perubahan iklim.
Menteri Lingkungan Hidup India, Prakash Javadekar mengatakan, kesepakatan berarti harapan baru bagi sekitar tujuh milyar manusia yang tinggal di planet ini. Kita hanya meminjam planet ini dari generasi mendatang, demikian ditekankan Javadekar. Dan Menteri Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Jerman Barbara Hendricks menyatakan, untuk pertama kalinya semua negara melangkah bersama untuk menyelamatkan Bumi. Ini adalah langkah bersejarah, demikian Hendricks.
Kesepakatan bersejarah?
Saat para pemimpin dunia memberikan sambutan positif bagi kesepakatan, misalnya yang tercapai akhir pekan lalu, para pakar lingkungan hidup selalu bersikap lebih hati-hati. Bagi banyak pakar iklim dan aktivis, kesepakatan itu "masih kurang".
Martin Kaiser, yang memimpin bidang politik iklim internasional pada organisasi perlingungan lingkungan Greenpeace, menyatakan hari Minggu, kesepakatan iklim Paris gagal mencari solusi bagi "isu-isu yang rumit" seperti bantuan keuangan bagi negara-negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim dan langkah pengurangan penggunaan energi batu baru, minyak bumi dan gas.
Menurut data World Economic Forum, penyebab utama perubahan iklim adalah negara-negara kaya, yang hanya 10% dari seluruh dunia. Grafik berikut menunjukkan di negara mana saja warga termiskin hidup, dan emisi yang dihasilkan
Lebih lanjut tentang negara-negara yang memberikan janji pengurangan emisi CO2 bisa dilihat dalam galeri foto berikut.
Iklim: Negara Mana Bersedia Berkorban?
Sekitar 185 negara nyatakan bersedia turunkan jumlah emisi gas rumah kaca, sebelum Konferensi Iklim di Paris berakhir. Termasuk di antaranya negara yang bertanggungjawab atas 95% emisi di dunia. Ini delapan di antaranya.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Cina
Cina adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Pemerintah negara itu menetapkan, akan mengurangi emisi CO2-nya sebanyak 60% hingga 65%, dari volume emisi yang tercatat tahun 2005. Cina rencanakan, hingga 2030 target pengurangan itu sudah akan tercapai.
Foto: Getty Images/AFP/W. Zhao
Amerika Serikat
Negara Paman Sam berjanji mengurangi emisi CO2 sebanyak 26-28% dari volume emisi tahun 2005. Pengurangan akan berjalan bertahap hingga 2025. Pembangkit tenaga listrik menargetkan akan mengurangi polusi karbon dioksida sebanyak 32% dari tingkat polusi tahun 2005. Itu akan dicapai tahun 2030. Foto: seorang polisi berjalan di dasar danau buatan O. C. Fisher Lake, Texas yang kering kerontang.
Foto: picture-alliance/AP/T. Gutierrez
Uni Eropa
28 negara anggota Uni Eropa berniat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga sedikitnya 40% sampai tahun 2030. Jumlahnya ditetapkan berdasarkan tingkat emisi di tahun 1990. Uni Eropa juga sudah mencanangkan target, 27% energi akan berasal dari sumber alternatif dan efisien. Foto: PLTA Jochenstein di sungai Donau di Untergriesbach, kawasan Niederbayern, Jerman.
Foto: picture-alliance/ dpa
India
India nyatakan janji untuk mengurangi emisi karbon dioksida sebanyak 35% dari tingkat emisi tahun 2005, dan akan dicapai tahun 2030. Negara itu juga berjanji, hingga 2030 akan memanen 40% kebutuhan listrik dari sumber energi alternatif. Foto: lahan peternakan di Assam, India, yang digenangi banjir.
Foto: picture-alliance/dpa/Str
Rusia
Rusia menyatakan bersedia mengurangi jumlah emisinya sebanyak 25-30% dari jumlah emisi tahun 1990. Pengurangan itu akan tercapai tahun 2030. Namun Rusia menetapkan syarat, yaitu "pendosa" iklim lainnya juga harus menyatakan janji. Foto: tambang batu bara di Vorkuta, Komi, di bagian Rusia yang termasuk benua Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa
Jepang
Jepang berjanji akan kurangi emisi sebanyak 26% dari jumlah emisi tahun 2013. Itu akan dicapai tahun 2030. Energi nuklir, yang berhenti digunakan sejak 2011 akibat bencana Fukushima, akan suplai kebutuhan listrik sebanyak 20-22% hingga 2030. Energi terbarukan seperti tenaga air akan ditingkatkan hingga 22-24%. 2014 jumlahnya hanya 11%. Foto: panel tenaga surya yang mengambang di atas air di Hyogo.
Foto: imago/Xinhua
Iran
Iran berjanji tanpa syarat akan mengurangi emisi gas rumah kacanya sebanyak 4%, tahun 2030. Di samping itu, pemerintah di Teheran juga akan tambah mengurangi emisi sebanyak 8%, jika mendapat sokongan finansial dan teknologi, dan jika sanksi yang disebutnya "tidak adil" dicabut. Foto: ibukota Iran, Teheran yang diselubungi polusi udara.
Foto: MEHR
Brazil
Brazil berjanji mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 37% dari tingkat emisi di tahun 2005. Tujuan itu akan tercapai 2025. Jumlah pengurangan akan bertambah jadi 43% di tahun 2030. Foto: emisi bauksit dari pabrik penyulingan aluminium di Estado do Para.
Foto: picture-alliance/dpa
Indonesia
Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon sebesar 29% hingga tahun 2030, dari tingkat emisi yang dicapai sekarang, tanpa melakukan aksi apapun. Dengan sokongan finansial dan teknis jumlahnya bisa ditingkatkan jadi 41%. Foto: Palangkaraya yang tertutup asap dari kebakaran hutan (27 Oktober 2015).
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
9 foto1 | 9
ml/as (twitter, the guardian, World Economic Forum, rtr, dpa)