1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Kesepakatan Dagang ASEAN-Regional Diperkirakan Rampung 2020

4 November 2019

Rencana penandatanganan pakta perdagangan bebas terbesar di dunia pada KTT ASEAN di Bangkok, Thailand, menghadapi tantangan setelah adanya keberatan dari India. Negara itu khawatir kebanjiran produk Cina.

Thailand Asean-Gipfel
Foto: Getty Images/AFP/M. Vatsyayana

Perjanjian untuk menciptakan blok perdagangan terbesar di dunia akan ditandatangani oleh negara-negara Asia pada tahun 2020, demikian menurut kata pemerintah Thailand, Senin (04/11). Tingkat Tinggi Negara-negara Asia Tenggara (KTT ASEAN) berlangsung dari tanggal 2 November hingga 4 November 2019.

Thailand, yang menjadi tuan rumah pertemuan tiga hari KTT ASEAN juga mengatakan pihaknya berharap untuk menyelesaikan negosiasi kesepakatan perdagangan pada akhir tahun ini.

Blok perdagangan yang dikenal sebagai Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) ini melibatkan 10 negara ASEAN, plus Cina, Australia, Selandia Baru, India, Jepang, dan Korea Selatan. Jika jadi diterapkan, ini akan menjadi blok perdagangan bebas terbesar di dunia, yang populasinya terdiri dari hampir setengah dari populasi dunia.

Pemimpin negara tidak hadiri pertemuan dengan AS

Ketidakhadiran Presiden AS Donald Trump di konferensi ini membuat beberapa pemimpin Asia Tenggara menolak untuk menghadiri pertemuan dengan para pejabat dari AS pada hari Senin. Dalam satu sesi pertemuan dengan pejabat dari AS, hanya tiga dari 10 pemimpin ASEAN yang hadir bersama sejumlah menteri luar negeri.

Trump dituduh telah memalingkan muka dari sekutu-sekutunya di Asia akibat menarik diri dari pakta perdagangan utama, setelah rivalnya yaitu Cina juga berminat menjalin kesepakatan dan proyek investasinya di kawasan itu.

Washington tidak mengirim pejabat tinggi ke KTT ASEAN, tetapi hanya mengirimkan Sekretaris Perdagangan Wilbur Ross dan Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien. Acara yang diisi pidato oleh O'Brien juga terlihat sangat kontras dengan pertemuan-pertemuan ASEAN sebelumnya, yang semuanya dihadiri oleh sebagian besar kepala negara.

"Tidak pantas bagi ASEAN untuk mengirim para pemimpin (negara) jika perwakilan yang datang dari AS tidak setara," ujar seorang diplomat di Bangkok.

Diplomat lain mengatakan bahwa "ini bukan boikot, hanya saja para pemimpin lain harus menghadiri pertemuan lain." 

Sebagai pengganti kehadiran Trump, O'Brien membacakan sepucuk surat dari presiden yang mengundang "para pemimpin ASEAN untuk bergabung dengan saya di Amerika Serikat dalam sebuah pertemuan puncak khusus" dalam tiga bulan pertama tahun depan.

Tekanan perang dagang dan kekhawatiran India

Negosiasi RCEP terhenti karena India menyerukan kekhawatiran tentang kemungkinan membanjirnya barang-barang murah dari Cina ke dalam pasar dalam negerinya dan dampaknya bagi bisnis lokal. Akan tetapi beberapa negara memutuskan untuk terus melanjutkan diskusi terkait kesepakatan ini tanpa kehadiran India. 

Sejumlah negara Asia Tenggara yang bergantung kepada aktivitas ekspor-impor telah menjadi korban perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat. Pertumbuhan ekonomi di kawasan ini diproyeksikan akan melambat tahun ini ke level terendah dalam lima tahun. Hal ini membuat banyak anggota ASEAN merasa bahwa penandatanganan kesepakatan adalah penting dan mendesak.

Berbicara pada pembukaan resmi KTT, Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha menyerukan percepatan persetujuan "dalam tahun ini untuk merangsang pertumbuhan ekonomi serta perdagangan dan investasi."

Sementara sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan pada hari Minggu (03/11) bahwa: "Kesimpulan awal negosiasi RCEP akan menjadi dasar bagi integrasi ekonomi Asia Timur."

Ketegangan di Laut Cina Selatan

Ketegangan yang terjadi akibat perebutan wilayah teritorial di Laut Cina Selatan juga menjadi agenda yang dibahas dalam konferensi ini. Setelah bertemu dengan para pemimpin negara, Perdana Menteri Cina Li Keqiang mengatakan Beijing siap bekerja dengan negara-negara di kawasan guna memastikan perdamaian dan stabilitas jangka panjang.

Li mengatakan ada kemajuan signifikan dalam code of conduct yang mengikat secara hukum dan dijadwalkan akan selesai pada tahun 2021. Dokumen tersebut telah lama menjadi acuan bagi negara-negara ASEAN, yang menolak klaim maritim Cina dan menuduh Beijing telah melanggar batas teritorial mereka.

ASEAN terdiri dari Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina, Malaysia, Vietnam, Brunei, Kamboja, Myanmar, dan Laos. Dalam KTT kali ini, para pemimpin negara juga dijadwalkan akan membahas polusi udara, penangkapan ikan ilegal dan kerjasama ekonomi lebih lanjut.

ae/ts (Reuters, AFP, AP)