1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kesepakatan Reformasi Uni Eropa Ditandatangani

as13 Desember 2007

Kesepakatan reformasi Uni Eropa merupakan pengganti rancangan konstitusi yang ditolak dalam referendum di Perancis dan Belanda.

Bendera 27 negara Uni Eropa symbol kesepakatan Lissabon.Foto: AP

Penandatanganan kesepakatan reformasi Uni Eropa di ibukota Portugal-Lissabon dikomentari sejumlah harian Eropa. Dengan kesepakatan reformasi hendak ditembus kebuntuan akibat kegagalan rancangan konstitusi.

Harian Belanda De Volkskrant yang terbit di Den Haag dalam tajuknya menulis :

Gagasan mengenai sebuah Eropa harus semakin jelas. Kurangnya demokrasi di Uni Eropa, hanya dapat ditanggulangi jika para elit politiknya berhasil membuat formulasi baru mengenai satu Eropa dan juga sukses menerapkannya. Gagasan semacam itu, mula-mula harus menetapkan batasan terluar dari Uni Eropa. Sebab, warga di Uni Eropa tidak akan mampu menanggung beban melewati batasan dari perluasan babak terakhir. Juga prinsip pengaturannya harus lebih konkrit dan transparan. Selain itu, para penanggung jawab politik harus membuat formulasi baru menyangkut perang melawan terorisme, keamanan militer serta politik luar negeri bersama.

Sementara harian Perancis Dernieres Novelles d’Alsace yang terbit di Strassburg dalam tajuknya berkomentar :

Duapuluhtujuh tandatangan bukan berarti ratifikasi. Kita sudah tahu hal itu sejak penolakan rancangan konstitusi Uni Eropa oleh Perancis dan Belanda tahun 2005 lalu. Walaupun begitu kesepakatan reformasi Lissabon merupakan pembawa harapan. Upaya babak kedua bagi penyatuan Eropa ini diharapkan dapat sukses. Namun masih terdapat ganjalan. Sebab tidak banyak kepala negara dan kepala pemerintahan anggota Uni Eropa, yang menjelaskan di masa depan warganya akan lebih banyak mematuhi aturan dari Brussel atau Strassburg, ketimbang aturan dari Paris, Berlin atau London. Padahal penjelasannya amat sederhana, karena di masa depan akan terdapat pasaran bersama 15 negara dengan satu mata uang Euro, dan tantangan globalisasi juga harus dijawab.

Sedangkan harian Italia La Stampa yang terbit di Turin dalam tajuknya berkomentar :

Sekarang semua harus membuat kilas balik tanpa kemarahan dan mengakui, bahwa dalam 10 tahun terakhir ini Uni Eropa sebetulnya dapat membukukan dua sukses besar. Pertama kesepakatan Maastricht yang mendorong pendirian Bank Sentral Eropa sebagai institusi federal serta munculnya mata uang Euro. Dan yang kedua berhasil menciptakan proses perdamaian, yang mendorong negara-negara yang sebelumnya selama setengah abad berada di balik tirai besi, dapat menjadi anggota Uni Eropa.

Terakhir harian Jerman Westfalen Blatt yang terbit di Bielefeld berkomentar :

Jalannya cukup panjang dari rancangan konstitusi yang gagal hingga menjadi kesepakatan reformasi Uni Eropa. Sejak setahun terakhir ini, semakin sering didengungkan mengenai hari bersejarah bagi Eropa. Kesepakatan reformasi melontarkan sinyal tegas bagi penguatan hak warga serta bagi Uni Eropa yang merupakan perhimpunan yang menghormati tata nilai. Setelah era perubahan total dan era perluasan, Eropa harus segera mawas diri dan menuntaskan krisis identitasnya.