1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kesepakatan Rekonsiliasi Antara Hamas dan Fatah

5 Mei 2011

Kesepakatan rekonsiliasi antara kelompok Palestina Fatah dan Hamas menjadi sorotan sejumlah media internasional.

Mahmoud Abba, Presiden PalestinaFoto: picture alliance/dpa

Harian Perancis La Presse de la Manche menulis:

„Semoga dengan kesepakatan ini terbentuk landasan kuat bagi perdamaian. Tetapi Israel masih memandang Hamas sebagai kelompok yang ingin agar negara Yahudi itu dihapus dari peta dunia. Bila mayoritas masyarakat Palestina memilih Hamas, itu menunjukkan, betapa sulitnya kehidupan mereka. Terutama, karena pembangunan pemukiman Yahudi di kawasan Palestina masih saja berlangsung. Dan itu, menghambat tercapainya perdamaian. Kesepakatan rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas merupakan kesempatan meredakan situasi dan setiap pihak dikonfrontasi dengan tugas dan tanggung-jawab.“

Kemudian harian Inggris The Times menulis:

„Dalam bentuk seperti sekarang, Hamas tidak akan bisa menjadi mitra perdamaian di Timur Tengah. Hamas adalah sebuah organisasi Islam ekstremis dan anti-semit yang mendapat sebagian kucuran dana dari Iran. Di dalam programnya dimasukkan model ideal sebuah negara Palestina yang berbatasan dengan Yordania hingga Laut Tengah. Hamas mengatakan akan tetap melakukan serangan roket terhadap Israel dan mendanai serangan bom bunuh diri. Tidak ada negara yang dapat bekerja sama dengan pemerintah yang ikut dibentuk Hamas.“

Sementara harian Perancis lain Le Monde mengomentari perspektiv negara Palestina. Harian itu menulis:

„Revolusi Arab memobilisasi rakyatnya demi harga diri, demokrasi dan kebebasan. Tidak ada alasan bagi Palestina untuk tidak ikut dalam revolusi tersebut. Namun, untuk bisa ikut revolusi, persyaratannya sebuah negara merdeka. Seperti yang sering dituntut Presiden Perancis Nicolas Sarkozy. Ia adalah kawan dekat Israel. Pekan ini ia bertemu dengan Perdana Menteri Benyamin Netanjahu di Paris. September mendatang di depan Sidang Umum PBB, Palestina mengupayakan pengakuan negaranya. Sementara Israel berusaha keras untuk menghalanginya. Namun Juni nanti. Netanjahu akan mengumumkan inisiatif politik baru. Itu baik sekali. Karena, ia sudah harus memikirkan penarikan tentara Israel dari kawasan Palestina. Agar negara Palestina dapat dibentuk.“

Dan tema lain yang juga mendapat sorotan dari media internasional adalah keputusan Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk tidak mempublikasikan foto jenazah pemimpin jaringan teror al Qaida Osama bin Laden. Harian Perancis La République du Centre yang terbit di Orléans menulis:

„Keputusan Barack Obama untuk tidak mempublikasikan foto jenazah Osama bin Laden tidak seharusnya menyulut polemik yang tidak berguna. Memang, demokrasi patut menjadi contoh. Apalagi, di zaman sekarang ini segalanya harus transparan. Tetapi, tetap perlu dipertanyakan, apakah semuanya harus dipertontonkan? Haruskah segalanya ditunjukkan untuk membuktikan sesuatu? Haruskah semuanya dipresentasikan untuk memberikan informasi? Pertimbangan Obama untuk memberlakukan semacam sensor, dapat dipahami.“

AN/HP/afpd/dpa