1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PerdaganganEropa

Kesepakatan Dagang Cina, Inggris dengan AS Tekan Uni Eropa

13 Juni 2025

Setelah Inggris, Cina telah mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Sementara itu, Uni Eropa masih mencari solusi, dan pejabat AS menegaskan bahwa UE harus antre di belakang.

Vietnam Hai Phong 2025 | Pemuatan peti kemas di pelabuhan setelah jeda bea cukai AS oleh Trump
Kebijakan tarif telah menimbulkan gejolak pada ekonomi globalFoto: Athit Perawongmetha/REUTERS

Setelah London, giliran Beijing: Presiden AS Donald Trump mengumumkan terobosan dalam pembicaraan dengan Cina untuk mengakhiri perang tarif pada Rabu malam (11/06), meski rincian kesepakatan belum jelas dan masih menunggu persetujuan formal.

“Kesepakatan kami dengan Cina sudah selesai, menunggu persetujuan akhir dari Presiden Xi [Jinping] dan saya,” tulis Trump di platform media sosialnya, Truth Social. “Magnet penuh, dan logam tanah jarang yang diperlukan, akan disediakan langsung oleh Cina. Kami juga akan menyediakan apa yang telah disepakati untuk Cina, termasuk mahasiswa Cina yang belajar di perguruan tinggi dan universitas kami (yang selalu saya dukung!).”

Sehari kemudian, cakupan kesepakatan masih belum pasti. Baik Trump maupun pejabat AS belum menjelaskan tarif mana yang akan dicabut atau konsesi apa yang termasuk, menurut Associated Press. Negosiasi tampaknya masih berlangsung.

Luka ‘Hari Pembebasan’ mulai sembuh

Dua bulan lalu, Trump mengumumkan tarif dasar 10% untuk hampir semua barang impor ke AS, yang disebutnya “Hari Pembebasan.” Tarif yang lebih tinggi diberlakukan secara spesifik pada negara tertentu, dengan impor Cina terkena dampak paling parah.

Beijing segera membalas dengan kenaikan tajam, sehingga tarif bilateral meroket - bahkan dalam beberapa kasus mencapai 145% - pada hubungan dagang senilai $583 miliar (Rp9,52 kuadriliun) pada 2024.

Tarif yang diberlakukan Trump merupakan bagian dari rencana besar untuk 'mengutamakan Amerika,’ terutama dalam produksi barangFoto: Mario Tama/Getty Images/AFP

Meski negosiasi terakhir telah membantu menurunkan tarif secara bersama, hingga kini ketegangan masih berlangsung. Hingga pertengahan Mei, tarif AS untuk barang Cina rata-rata 51%, sementara tarif Cina untuk barang AS sekitar 33%, menurut Peterson Institute for International Economics, lembaga think tank AS.

Inggris dan AS berhasil mencetak kesepakatan sebulan lalu yang banyak menerima apresiasi. Namun, tarif pada barang-barang tertentu masih berlaku, menunggu implementasi lebih lanjut.

Eropa masih berhati-hati

Dibanding Cina, Uni Eropa sejauh ini memilih pendekatan yang cukup terkendali, dengan pejabat tingkat tinggi terlibat dalam pembicaraan intensif.

Hingga April, sebagian besar ekspor UE ke AS dikenai tarif 10%. Tarif tambahan 25% untuk baja dan aluminium yang diberlakukan pada Maret tetap berlaku. Sejauh ini, blok ini menghindari tarif tinggi yang dikenakan pada Cina.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer bangga dengan kesepakatannya dengan AS. Akankah von der Leyen dapat turut menuntaskannya?Foto: Carl Court/AFP

UE siap membalas dengan langkah balasan signifikan pada berbagai produk dari wiski hingga sepeda motor. Mereka juga tengah menyiapkan langkah balasan kedua, meski keduanya kini ditunda seiring berlanjutnya negosiasi UE-AS.

Brussels mendorong kesepakatan dagang "nol untuk nol," yang bertujuan menghapus tarif pada barang industri. Namun, pembicaraan tengah terhenti. Salah satu keluhan utama Trump adalah ketidakseimbangan perdagangan yang terus berlangsung.

Pada 2024, AS mengimpor jauh lebih banyak barang dari UE dibandingkan ekspornya, dengan defisit perdagangan $216 miliar (Rp3.520,8 triliun), menurut data resmi AS. Namun, UE sering berargumen bahwa AS menjual lebih banyak jasa ke blok tersebut dibanding sebaliknya.

Salah satu opsi yang diajukan Komisi Eropa, yang mewakili 27 negara anggota dalam negosiasi, adalah mendorong perusahaan dan negara UE membeli lebih banyak gas alam dari AS, sebuah perubahan yang sudah berlangsung sejak UE menjauh dari Rusia pasca invasi besar-besaran ke Ukraina pada 2022.

Opsi terakhir Uni Eropa

Jika segala cara gagal dan Trump menaikkan tarif hingga 50% atau lebih, ada diskusi tentang langkah radikal lain dari UE.

“Haruskah Eropa membalas jika tarif Trump mulai berlaku pada 9 Juli, dan bagaimana caranya? Jika ya, maka tampaknya ada kesepakatan umum bahwa selain tarif barang, jasa digital AS adalah target yang paling mungkin dan rentan,” tulis Tobias Gehrke dari European Council on Foreign Relations di media sosial Bluesky akhir bulan lalu.

Gehrke menyoroti Anti-Coercion Instrument milik Uni Eropa, sebuah kerangka hukum yang memberi wewenang kepada UE untuk menargetkan sektor jasa dan bisa membatasi akses perusahaan-perusahaan AS terhadap kontrak pengadaan publik di Eropa. Aturan ini mulai berlaku pada 2023, namun belum pernah digunakan hingga kini.

Waktu adalah segalanya

Dengan negosiasi yang masih berjalan, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan blok tersebut berada di antrean paling belakang. "Saya optimis kita bisa mencapai kesepakatan dengan Eropa," kata Lutnick kepada CNBC pada Rabu. "Tapi Eropa mungkin akan berada di akhir, benar-benar di akhir."

Kamis lalu, Bloomberg melaporkan bahwa pejabat UE memperkirakan negosiasi akan berlanjut melewati tenggat 9 Juli, mengutip sumber tak dikenal.

Bagi para negosiator, tekanan untuk segera menyelesaikan kesepakatan amatlah besar.

“Kami akan menyelesaikan kesepakatan ini sebaik mungkin,” kata seorang pejabat UE kepada DW dengan syarat anonim. “Tapi jelas bukan hanya di institusi UE, tapi juga di seluruh negara anggota, orang-orang tidak mau lagi melewati ini.”

“Di dunia yang penuh gejolak ini, semua orang ingin punya mitra dagang yang bisa diandalkan, dan AS sekarang tidak seperti itu,” tambah sumber tersebut.

Dalam beberapa hari ke depan, KTT G7 di Kanada dan NATO di Belanda mungkin menjadi kesempatan bagi Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen untuk bertemu.

Namun, Komisi Eropa mengatakan pada Kamis (12/06) bahwa belum ada pertemuan bilateral yang direncanakan.

“Itu masih bisa berubah,” kata juru bicara Komisi Miriam Garcia Ferrer kepada wartawan dalam briefing di Brussels.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Adelia Dinda Sani

Editor: Yuniman Farid

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait