1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sengketa Tambang Batubara Turow Polandia Meruncing

Jo Harper
30 September 2021

Mahkamah Eropa putuskan Warsawa harus membayar denda harian sebesar €500.000 setelah menolak menutup tambang batubara Turow. Penduduk setempat takut akan hal terburuk. Apakah ketakutan mereka beralasan?

Weltspiegel 26.05.2021 | Polen Bogatynia | Kohlebergwerk
Menara pendingin dari pembangkit listrik tenaga batu bara di atas tambang batu bara lignit Turow terbuka di BogatyniaFoto: Gabriel Kuchta/Getty Images

Dalam sengketa pertambangan dengan Polandia, Mahkamah Eropa (ECJ) menetapkan putusan 20 September lalu, Warsawa harus membayar denda harian €500.000 (Rp 8,3 miliar) setelah menolak untuk menutup tambang batubara Turow. Usai putusan itu, banyak warga di kota kecil Bogatynia dekat perbatasan Polandia dengan Republik Ceko dan Jerman mengkhawatirkan hal yang terburuk.

Pada bulan Juni lalu, Republik Ceko meminta pengadilan tertinggi UE itu untuk mendenda Warsawa €5 juta (Rp 83,5 miliar) per hari, karena gagal menghentikan produksi di tambang tersebut, setelah berargumen pertambangan butubara muda atau lignit di perbatasan itu menciptakan masalah lingkungan.

Konflik meletup ketika perusahaan energi milik negara Polandia PGE, yang mengoperasikan pertambangan itu mengatakan, berencana untuk memperluas penggalian lebih dekat ke perbatasan Ceko. Pemerintah di Praha khawatir dampak negatif pertambangan pada tingkat muka air tanah, debu dan kebisingan.

Namun pemerintah Polandia menyanggah kekhawatiran negara tetangganya itu, dengan berargumen wilayah pertambangan yang direncanakan berada dalam batas-batas yang ditetapkan oleh izin tahun 1994 dan analisis dampak menunjukkan, impaknya kecil pada muka air tanah.

Al Gore: PLTN Lebih Murah dan Bersih Dari Listrik Batubara

02:10

This browser does not support the video element.

Negosiasi alot

Menteri Luar Negeri Ceko, Jakub Kulhanek telah mengindikasikan ia ingin melanjutkan negosiasi dengan Polandia mengenai masa depan tambang itu, tetapi masalah lingkungan akan menjadi prioritas utama. Negosiasi bilateral memang masih berlangsung, meskipun pejabat Polandia mengatakan, negara itu tidak akan membayar denda atau menutup tambang. Pejabat dari kedua negara telah bertemu kembali pada 27 September, dan mengatakan kepada wartawan, pembicaraan tersebut "sulit" dan akan berlanjut minggu ini.

"Kami tidak akan menutup tambang di Turow, itu akan membuat jutaan keluarga Polandia kehilangan listrik" kata perdana menteri Polandia Mateusz Morawiecki dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.

Tambang tersebut yang telah beroperasi sejak 1904 menurut PGE menjadi sumber bahan bakar pembangkit listrik yang menyediakan 6% listrik Polandia untuk 2,3 juta rumah tangga Polandia. Satu dari setiap dua pekerjaan di wilayah ini secara langsung atau tidak langsung bergantung pada perusahaan tambang itu. PGE mempekerjakan sekitar 1.250 orang di lokasi dan merupakan pembangkit termal berbahan bakar batu bara terbesar keempat di Polandia.

Warsawa saat ini terlbat dalam sengketa dengan Brussels yang menghubungkan pelanggaran aturan hukum dengan hukuman finansial. Komisi Eropa menuduh Warsawa melakukan kemunduran, khususnya atas akuntabilitas demokratis dan independensi peradilan.

Apa kata penduduk setempat?

Di kota kecil Bogatynia, yang berpenduduk 17.000 orang topik tersebut membangkitkan perasaan nasionalis yang kuat. Seorang jurnalis Ceko bahkan ditolak untuk meliput di sebuah bar di kota itu.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh PGE, sekitar  96% penduduk Bogatynia menyadari  tambang akan ditutup, dan lebih dari setengahnya mengakui ini akan terjadi dalam 10-20 tahun mendatang.

Seorang wanita kelahiran Bogatynia yang kembali ke kotanya empat tahun lalu, kepada kantor berita Polandia PAP mengatakan, penutupan tambang dan pembangkit listrik akan menjadi bencana bagi wilayah tersebut. "Ayah saya berasal dari Polandia tengah dan datang ke sini untuk bekerja serta selanjutnya menetap di sini" katanya.

"Baik otoritas Ceko dan Polandia sama-sama bersalah dalam kasus Turow", tambahnya. "Kebenarannya mungkin ada di tengah-tengah. Perselisihan semakin memburuk karena ada pemilihan umum di Republik Ceko" ujarnya.

"Kami hidup berdampingan baik-baik dengan orang Ceko. Banyak orang pergi ke sana untuk bekerja. Kami punya teman di Republik Ceko. Orang Ceko tidak bisa disalahkan atas situasi ini. Hanya para politisinya" pungkas wanita yang tidak mau disebut namanya itu.

Sementara Agnieszka, seorang perempuan warga setempat yang bekerja di toko bunga mengatakan, seharusnya pemerintah bertindak lebih awal. "Pemerintah di Warsawa menunda-nunda, mereka tidak berbicara dengan Ceko ketika ada waktu untuk itu. Negosiasi berjalan sangat lambat", katanya.

Kakak ipar dan menantu laki-laki Agnieszka bekerja di pertambangan. "Menantu saya telah memutuskan untuk pindah dari sini, karena situasi yang tidak pasti ini. Ketika tambang ditutup, semua orang akan pergi, bisnis lokal akan runtuh dan Bogatynia tidak akan ada lagi" tambahnya.

"Dulu kami terkenal dengan pabrik kapas, dan sekarang tidak ada apa-apa selain kompleks industri batubara, tidak ada yang dibangun. Orang-orang muda takut untuk menggantungkan masa depan mereka dengan kota ini" kata warga lokal lainnya kepada PAP.

"Menurut pendapat saya, pemerintah tidak boleh mundur sekarang, karena jika itu terjadi, kami akan menunjukkan kepada seluruh Eropa bahwa kami lemah, bahwa kami melakukan apa yang orang lain suruh kami lakukan" ujar Sebastian Mikulsk, seorang teknisi listrik di pabrik tersebut kepada tabloid Super Ekspres. "Kami punya hipotek, bagaimana saya akan membayar angsurannya jika Turow berhenti berfungsi?”, tanyanya ironis.

Ratusan orang dari Republik Ceko, Jerman dan Polandia memprotes tambang lignit Polandia Turow pada Agustus 2020Foto: Vit Cerny/CTK Photo/mago images

Serikat pekerja siap berjuang

"Apa yang bisa kita katakan kepada penduduk Bogatynia ketika UE ingin mengambil air hangat dari 50.000 penduduk di wilayah itu, ketika UE ingin menjerumuskan mereka ke dalam kemiskinan dalam waktu semalam saja?", ujar Wojciech Ilnicki, kepala serikat pekerja Solidaritas di KWB Turow kepada DW. "Kami tidak menginginkan UE seperti ini, kami menginginkan sebuah komunitas dan bukan hanya untuk kepentingan orang kaya."

"Tanpapekerjaan tambang Turow, kita semua akan dihukum mati di sini" lanjutnya. "Bahkan gelombang bunuh diri tidak bisa dikesampingkan."

"Kami akan memblokir jalan raya dengan sangat efektif sehingga Jerman dan semua orang akan meminta kami untuk membuka blokir itu" kata Ilnicki, seraya menambahkan mereka juga sedang mempertimbangkan protes di markas Mahkamah Eropa (CJE) di Luksemburg .

Penduduk setempat tidak ingin tambang batu bara Turow ditutup dalam waktu dekatFoto: Slaevk Ruta/ZUMA Wire/imago images

Apakah ada jalan keluar?

"Cara untuk menyelesaikan krisis Turow adalah dengan membuat perjanjian Polandia-Ceko tentang investasi dalam infrastruktur pasokan air di Republik Ceko, untuk meminimalkan dampak tambang lignit atau batubara muda di Polandia pada keadaan air di sana", Robert Tomaszewski, seorang ahli energi di think tank Polityka Insight yang berbasis di Warsawa, mengatakan kepada DW.

"Namun, pembicaraan di jalur Warsawa-Praha yang dimulai pada bulan Juni, tidak berakhir dengan kompromi. Ceko tidak terburu-buru, karena mereka tahu bahwa waktu ada di pihak mereka, dan Polandia yang terjepit secara finansial harus setuju untuk konsesi lebih lanjut," tambahnya.

Tomaszewski mengatakan terobosan bisa datang setelah pemilihan umum parlemen Ceko yang dijadwalkan pada 8 dan 9 Oktober. "Tetapi tidak bisa dipastikan pemerintah baru - mungkin akan dipimpin kembali oleh Andrej Babis akan tertarik untuk menyelesaikan krisis."

Turow akan tetap menjadi pembangkit listrik paling mahal di Benua Eropa, yang menggunakan lignit dan dengan uang dari anggaran negara Polandia, tambahnya.

"Eskalasi konflik hanya akan memperkuat retorika anti-Eropa dari blok Polandia Bersatu (Solidarna Polska) yang berpendapat, mempertahankan penggunaan batu bara lebih menguntungkan daripada bergabung dengan UE. Naiknya harga energi mungkin membuat warga Polandia percaya" pungkasnya. (bn/as)