1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ketika Aktivisme Iklim Ikut Ramaikan RUPS Industri Fosil

22 Juni 2023

Ketika produsen minyak dunia mencatatkan rekor keuntungan dan memperluas ekspansi bahan bakar fosil, pegiat iklim berusaha melobi pemegang saham untuk ikut mendorong pengurangan emisi.

Logo ExxonMobil
Logo ExxonMobilFoto: Reed Saxon/AP Photo/picture alliance

Seratus perusahaan menyebabkan 71 persen emisi gas rumah kaca di dunia, kata Pauline Brünger, pegiat iklim dari Fridays for Future (FFF), di hadapan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) RWE, produsen listrik Jerman, awal Mei lalu.

Belakangan, pegiat iklim mulai memindahkan aksinya dari jalan raya menuju rapat umum pemegang saham. Brünger sendiri mengklaim dirinya diundang sebagai pembicara oleh sekelompok "pemegang saham vital” di RWE. 

Di sana, dia mengkritik manajemen perusahaan karena selama beberapa dekade mengkampanyekan penolakan terhadap kebijakan pro-iklim

Kegagalan memitigasi emisi karbon dioksida oleh manajemen RWE sulit dibantah, kata Brünger. Terutama keputusan memperluas tambang batu bara terbuka di Lützerath direspons dengan penolakan keras pegiat iklim dan lingkungan, Januari silam.

"Tidak ada perusahaan lain di penjuru Eropa yang memproduksi emisi sebesar RWE,” tukasnya dalam RUPS. "Tidak ada perusahaan lain di benua ini yang berutang sedemikian besar kepada generasi masa kini dan masa depan.”

Maraknya bencana cuaca ekstrem di seluruh dunia dan akselerasi laju pencairan es di Kutub Utara adalah indikator teranyar perihal kondisi iklim Bumi. Ilmuwan khawatir, batas kenaikan suhu rata-rata sebesar 1,5 derajat Celsius akan terlampaui jauh lebih cepat ketimbang yang sebelumnya diperkirakan. Kegagalan mengurangi emisi disebutkan sebagai faktor utama.

Aktivisme iklim di lantai bursa

Upaya memengaruhi kebijakan perusahaan dari dalam bukan fenomena baru. Bagi Larry Fink, CEO BlackRock, perusahaan manajemen aset terbesar di dunia, aktivisme iklim bisa menguntungkan dalam jangka panjang.

BlackRock adalah pemegang saham terbesar kedua Exxon Mobil, perusahaan minyak swasta terbesar di Bumi. Pada 2021 lalu, Fink mengundang pemegang saham pro-iklim untuk ikut dalam dewan direksi. 

Mereka membantu menggolkan kebijakan pro-iklim dan pengurangan emisi yang sebelumnya ditolak perusahaan.  Namun begitu, aktivisme saham ala Fink dikritik sebagai upaya greenwashing lantaran besarnya investasi BlackRock di sektor energi fosil. 

Meski begitu, cara serupa juga dianut Asosiasi Pemegang Saham Etis Jerman, yang rajin membeli saham perusahaan demi mendapat hak bicara di RUPS dan mengkampanyekan keberlanjutan. 

Sains iklim di manajemen

Niklas Höhne, ilmuwan iklim di LSM New Climate Institute, Berlin, juga ikut diundang sebagai pembicara dalam Rapat Umum Pemegang Saham RWE, Mei lalu.

Di sana, dia mempertanyakan klaim perusahaan bahwa RWE akan mampu memenuhi komitmen pengurangan emisi sesuai Perjanjian Iklim Paris 2015. Menurutnya, manajemen sengaja mengacuhkan data perdagangan energi fosil dari dalam neraca emisi tahunan. 

Manajemen RWE sebaliknya menjawab betapa anggaran emisinya masih sesuai dengan Inisiatif Target Emisi Berbasis Sains (SBTi), yang  telah berusia 10 tahun dan menurut Höhne sudah kedaluwarsa karena gagal menghitung total nilai emisi global.

"Inilah sebabnya kami menghadap dewan direksi dan para pemegang saham di dalam RUPS,” kata Brünger, sembari menegaskan pentingya mengritik kejanggalan dalam data emisi perusahaan. 

Menurut Höhne, animo perlindungan iklim yang menguat di seluruh dunia harus ikut tercermin dalam RUPS dan agar para pemegang saham mau "mendorong manajemen perusahaan ke arah yang benar,” kata dia.

(rzn/hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait