Ketegangan antara Cina dan AS selama KTT APEC memuncak sedemikian rupa, sehingga deklarasi penutup untuk pertamakalinya ditiadakan. Kedua negara dianggap "membunuh" semangat forum ekonomi Asia Pasifik tersebut
Iklan
Huruf C pada APEC sejatinya berarti kerjasama. Namun apa yang ditampilkan kepala negara dan pemerintahan di Asia Pasifik justru kebalikannya.
Dibayangi oleh konflik antara Cina dan AS seputar perdagangan, keamanan dan siapa yang berhak mengklaim diri sebagai adidaya di kawasan, KTT APEC di Port Moresby, Papua Nugini, menjelma jadi arena duel dua kekuatan ekonomi dunia.
"KTT ini menandai kematian visi perdagangan APEC," kata Euan Graham, Direktur Eksekutif institut La Trobe Asia di Australia. Menurutnya KTT APEC kali ini merupakan "pertemuan puncak regional paling tidak berguna."
Senyum yang menghiasi wajah pemimpin Asia Pasifik saat foto bersama gagal menutupi ketegangan yang mendominasi suasana pertemuan di jiran timur tersebut. Tidak heran jika untuk pertamakalinya dalam sejarah APEC gagal membuahkan deklarasi bersama di akhir konferensi.
Ketika ditanya Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill menjawab perundingan berakhir prematur lantaran cekcok antara "dua raksasa besar di ruang pertemuan," ujarnya seperti dikutip The Guardian. Padahal pernyataan akhir "tidak mengikat. Ini adalah APEC!" Kata seorang diplomat kepada Reuters.
Selama KTT Cina dan AS saling mengritik kebijakan satu sama lain dan berkutat dengan klaim masing-masing bahwa mereka adalah satu-satunya mitra ekonomi dan keamanan yang bisa dipercaya di Asia Pasifik. "Saya kira keduanya sudah membajak semangat APEC," imbuh diplomat tersebut.
Ketegangan berawal dari Presiden Cina Xi Jinping yang tiba di Port Moresby satu hari lebih cepat ketimbang pemimpin dunia yang lain. Di sana dia menginspeksi berbagai proyek infrastruktur yang dibangun dengan aliran investasi dari Cina, serta bertemu dengan kepala negara dan pemerintahan negara-negara kepulauan di Pasifik.
Jurus Cina Bungkam Brunei dalam Konflik Laut Cina Selatan
Brunei yang sedang mengalami resesi membutuhkan aliran dana investasi dan mendapati Cina sebagai juru selamat. Namun pertautan kedua negara bukan tak beriak. Beijing mengharapkan balasan yang setimpal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Han Guan
Akhir Kejayaan Minyak
Selama berpuluh tahun warga Brunei menikmati kemakmuran tak berbatas berkat produksi minyak berlimpah. Namun kemakmuran tersebut tidak bertahan lama. Pasalnya cadangan minyak Brunei bakal pupus dalam dua dekade ke depan. Negeri kesultanan itu pun dilanda resesi sejak tiga tahun terakhir dan terpaksa memangkas berbagai subsidi.
Foto: picture-alliance/dpa
Resesi Tanpa Henti
Tidak heran jika laju pertumbuhan ekonomi Brunei merangkak di kisaran 0,6% pada 2016 silam dan bahkan anjlok menjadi minus 2,7% pada 2017. Pondasi ekonomi yang terlalu bergantung pada pemasukan dari sektor migas menjadi petaka ketika harga minyak dunia menukik tajam sejak beberapa tahun terakhir.
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Ekonomi Terpusat di Ujung Hayat
Menurut analis pasar tenaga kerja, warga Brunei cendrung menginginkan pekerjaan di pemerintahan, perusahaan pelat merah atau industri minyak. Tapi justru ketiganya sedang babak belur. Akibatnya angka pengangguran meroket tajam. Kondisi ini memaksa Sultan Hassanal Bolkiah mencari sumber duit baru.
Foto: picture alliance/landov/Z. Jie
Cina Menggeser Arab
Biasanya Brunei melirik negara-negara Arab untuk mencari investasi. Namun kali ini Sultan Hasanah Bolkiah melirik poros ekonomi baru dan mendapati Cina sebagai juru selamat. Sejak beberapa tahun terakhir Beijing aktif menyuntikkan dana untuk perekonomian Brunei yang tengah lesu.
Foto: Imago/Xinhua/J. Wong
Gerbang Investasi
Ketika Citibank hengkang setelah mengawal investasi asing untuk Brunei selama 41 tahun, Bank of China justru membuka cabang di Bandar Seri Begawan. Kehadiran bank pelat merah itu diharapkan menjadi pintu masuk aliran dana investasi langsung dari Tiongkok. Sejauh ini Cina telah menginevatasikan 4,1 miliar USD di Brunei.
Foto: Getty Images/AFP/M. Ralston
Berharap Pada Duit Tiongkok
Investasi Cina mencakup berbagai sektor, mulai dari industri pertanian dan makanan, energi dan perikanan. Menurut klaim pemerintah, aliran dana investasi dari Tiongkok akan menciptakan 1.600 lapangan kerja baru dan menopang sekitar 5.000 lapangan kerja di sektor pendukung seperti logistik dan perbankan.
Foto: Fotolia/philipus
Pertaruhan Bolkiah di Utara
Pertautan itu bukan tak beriak. Sultan Bolkiah banyak membisu ihwal konflik di Laut Cina Selatan. Sikap gamang Brunei dinilai merupakan hasil dari strategi Cina mendekati negara kecil di ASEAN terkait klaim teritorial Beijing. Padahal kawasan laut yang diperebutkan diyakini mengandung cadangan energi dalam jumlah besar, sesuatu yang dibutuhkan Brunei buat menjamin kemakmuran warganya di masa depan
Tajam Diplomasi Xi
Sejak Xi Jinping memegang jabatan Sekretaris Jendral PKC 2012 silam, Beijing aktif menggunakan 'diplomasi buku cek' terhadap negara-negara ASEAN untuk mengamankan klaimnya di Laut Cina Selatan. Selain Brunei, Cina juga aktif menanam investasi di Malaysia, Laos dan Kamboja. Harapannya dengan meningkatnya kebergantungan ekonomi, ASEAN akan sulit menyatukan suara dalam konflik Laut Cina Selatan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Han Guan
8 foto1 | 8
Ketika berbicara di hadapan pelaku usaha, Xi menyentil AS dengan ungkapan "sejarah sudah membuktikan bahwa konfrontasi, entah dalam bentuk perang dingin, perang panas atau perang dagang, tidak akan menghasilkan pemenang," ujarnya.
Dua hari berselang Wakil Presiden AS, Mike Pence, mewanti-wanti negara-negara kepulauan kecil di Pasifik agar tidak menerima uang dari Cina. Ia mengatakan dana pinjaman infrastruktur yang banyak dikucurkan Beijing di kawasan tersebut memiliki ketentuan yang "buram" dan bisa mengancam kedaulatan negara kecil.
Tidak lama setelah pidato Pence, Cina mengizinkan pemerintah Tonga menunda pembayaran cicilan dana pinjaman infrastruktur senilai USD160 juta selama lima tahun.
Beijing sendiri terkesan tidak menyesalkan gagalnya KTT APEC kali ini. Dalam halaman editorialnya tabloid pelat merah Cina, The Global Times, menulis kebuntuan perundingan "bukan masalah besar."
Menurut harian internasional itu pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Xi Jinping pada KTT G20 di Argentina, pekan depan, masih lebih penting.
"Diharapkan Washington membuat persiapan yang serius untuk KTT dan tidak menaruh harapan dengan cara menekan" negara lain.
rzn/hp (rtr, the guardian, nytimes, financialtimes)
Siapa Tujuh Politisi yang Menguasai Cina?
Tujuh jabatan yang secara tradisi mendominasi peta kekuasaan di Cina diserahkan pada tujuh politisi yang bakal menentukan arah kebijakan negeri tirai bambu itu. Siapa saja mereka?
Foto: Getty Images/W.Zhao
Presiden Xi Jinping
Dengan dimasukkannya gagasan "Xi Jinping tentang sosialisme Cina di era modern" ke dalam garis besar haluan Partai Komunis, sang presiden membetoni kekuasaannya melebihi 2022. Ketua Partai Komunis Cina yang berusia 64 tahun ini seharusnya mengundurkan diri tahun ini. Tapi aturan tersebut tidak berlaku buat Xi.
Foto: Getty Images/W.Zhao
Perdana Menteri Li Keqiang
Sebagai perdana menteri, Li yang berusia 62 tahun bertanggungjawab atas urusan ekonomi dan sosial. Ia termasuk otak di balik ambisi iklim Cina dan mendeklarasikan "perang" terhadap polusi udara di kota besar. Selama masa jabatannya ia harus menyerahkan banyak kewenangan perdana menteri kepada Presiden Xi. Namun begitu Li dikenal sebagai sosok yang loyal terhadap sang presiden.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Nukari
Neu: Li Zhanshu, Kepala Rumah Tangga
Sebagai salah satu orang terdekat Xi Jinping, Li Zhansu dipercaya memimpin Komite Sentral PKC. Di kalangan penduduk ia dikenal dengan sebutan "kasim tertinggi" lantaran jabatannya sebagai kepala staf kepresidenan. Li berulangkali mengemban misi diplomasi ke luar negeri. Ia diyakini akan mengambil jabatan sebagai sekretaris jendral Kongres Nasional Rakyat dalam beberapa tahun ke depan.
Foto: picture-alliance/Sputnik/S. Guneev
Zhao Leji, Kepala Lembaga Anti Rasuah
Sejak tahun ini Zhao Leji memimpin Komite Sentral Pengawasan Disipliner yang bertugas menciduk koruptor di tubuh partai. Selama lima tahun sebelumnya ia memimpin Departemen Organisasi yang mengelola staf dan menentukan perjalanan karir semua anggota partai. Zhao dekat dengan Xi Jinping sejak memimpin Partai Komunis di provinsi Shaanxi, tempat kelahiran sang presiden.
Foto: picture-alliance/ZUMA Wire/Xinhua/T. C. Wey
Wang Yang, Wakil Perdana Menteri
Wang Yang adalah sosok yang berdiri di balik kebijakan ekonomi dan perdagangan luar negeri Cina. Ia adalah satu-satunya anggota baru di Komite Tetap Politbiro yang bukan tercatat sebagai orang dekat Xi Jinping. Wang merupakan tangan kanan Perdana Menteri Li Keqiang. Ia antara lain bertugas mengurusi hubungan dagang dengan Amerika Serikat.
Foto: Getty Images/Lintao Zhang
Wang Huning, Otak Ideologi
Guru Besar Politik berusia 62 tahun ini memimpin Biro Studi Politik Partai Komunis Cina. Dalam posisinya Wang bertanggungjawab atas propaganda dan basis ideologi partai. Sang professor antara lain mempopulerkan istilah "Mimpi Cina" yang menjadi mantra propaganda buat Xi Jinping. Sebelum mengabdi pada Xi, Wang sudah bekerja untuk Hu Jintao dan Jiang Zemin.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Wong
Han Zheng, Ketua Partai Komunis Shanghai
Selama 15 tahun terakhir, Han Zheng, mengurus kota Shanghai. Sebagai walikota ia banyak bekerjasama dengan Xi Jinping, ketika sang presiden untuk sementara mengambilalih posisi sekjen partai di Shanghai pada 2007 silam. Kedekatan itu yang lantas membawanya ke Komite Tetap. Kini pria berusia 63 tahun ini diplot untuk mengepalai Konferensi Konsultasi yang ikut menetapkan agenda politik di Shanghai.