Ketika Pembunuh Munir Bersatu dengan Tommy Suharto
7 Maret 2018
Terpidana kasus pembunuhan Munir Thalib, Polycarpus, dan bekas petinggi BIN yang dikaitkan dengan kasus yang sama, Muchdi PR, bergabung bersama Tommy Suharto di partai berlambang beringin
Iklan
Adalah sebuah kejutan jika sosok yang paling mencolok pada jajaran nama pembesar di Partai Berkarya bukan pendirinya, Tommy Suharto, melainkan terpidana kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Thalib, Polycarpus Budihari Priyanto, dan bekas agen Badan Intelijen Negara, Muchdi PR, yang juga dikaitkan pada kasus yang sama.
Muchdi yang sempat didakwa turut merencanakan pembunuhan Munir menjabat wakil ketua dewan pembina di partai besutan keluarga Cendana itu. Sebaliknya Polycarpus, menurut Sekretaris Jenderal Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang, hanyalah anggota biasa.
Seakan menyadari beban politik yang dibawa kedua nama tersebut, Badaruddin mengakui pihaknya sudah menyiapkan argumen balasan. "Pasti akan melindungi semua anggota, apalagi pengurus yang sudah masuk menjadi keluarga besar partai berkarya, siapapun dia," katanya kepada Tribunnews.
Ia menegaskan keanggotaan kedua pria itu tidak berhubungan satu sama lain. Menurut Badaruddin, Pollycarpus mendaftarkan diri sebagai kader Partai Berkarya di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Pollycarpus adalah mantan pilot Garuda Indonesia yang divonis 14 tahun penjara setelah dinyatakan terbukti ikut merencanakan pembunuhan terhadap Munir. Ia dibebaskan akhir 2014 silam setelah hanya menjalani masa tahanan selama 8 tahun.
Sementara Muchdi PR sempat dijadikan tersangka untuk kasus yang sama. Ia dikabarkan aktif berhubungan dengan Polycarpus sebelum dan sesudah pembunuhan Munir. Menurut bekas Direktur Perencanaan dan Pengendalian Operasi BIN, Budi Santoso, Muchdi merupakan penyandang dana operasi pembunuhan. Namun lantaran kekurangan bukti, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan membebaskan bekas politisi Gerindra dan PPP itu dari semua dakwaan.
Daftar Pelanggaran HAM yang Belum Terselesaikan
Sejumlah kasus pelanggaran HAM di Indonesia berat tersandung oleh sikap batu lembaga negara. Kejaksaan Agung seringkali menjadi kuburan bagi keadilan. Inilah sebagian kasus besar yang masih menjadi PR buat pemerintah.
Foto: AFP/Getty Images/Dewira
Tragedi Trisakti
Pada 12 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa menuntut pengunduran diri Suharto memuncak di kampus Universitas Trisakti, Jakarta. Komnas HAM mencatat jumlah korban kekerasan oleh aparat keamanan mencapai 685 orang, sementara tiga meninggal dunia akibat tembakan. Ironisnya berkas penyelidikan yang dikirimkan ke Kejaksaan Agung dinyatakan hilang pada Maret 2008 oleh Jampidsus Kemas Yahya Rahman.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/D. husni
Semanggi Berdarah
Kejaksaan Agung di bawah kendali Hendarman Supandji menjadi jalan buntu pengungkapan kasus pelanggaran HAM 1998. Berkas laporan Komnas HAM terhadap kasus kekerasan aparat yang menewaskan 17 orang (Semanggi I) dan melukai 127 lainnya pada November 1998 menghilang tak berbekas. Setahun berselang tragedi kembali berulang, kali ini korban mencapai 228 orang.
Foto: picture alliance/dpa
Hilangnya Widji Tukul
Satu per satu aktivis pro demokrasi menghilang tanpa jejak menjelang runtuhnya kekuasaan Suharto, termasuk di antaranya Widji Thukul. Ia diduga diculik aparat keamanan setelah dinyatakan buron sejak peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli 1996 (Kudatuli). Kasus Widji Thukul mewakili puluhan aktivis yang sengaja dilenyapkan demi kekuasaan.
Foto: Wahyu Susilo
Pembantaian 1965
Antara 500.000 hingga tiga juta nyawa simpatisan PKI melayang di tangan militer dan penduduk sipil setelah kudeta yang gagal pada 1965. Hingga kini upaya pengungkapan tragedi tersebut tidak pernah menyentuh pelaku. Adalah sikap membatu TNI yang melulu menjadi sandungan bagi penuntasan tragedi 1965.
Petaka di Wamena
Tragedi Wamena berawal dari penyerangan gudang senjata oleh orang tak dikenal yang menewaskan 2 anggota TNI pada April 2003. Aksi penyisiran yang kemudian dilakukan aparat menewaskan 9 penduduk sipil, sementara 38 luka berat. Seperti kasus sebelumnya, laporan penyelidikan Komnas HAM ditolak Kejagung dengan alasan tidak lengkap. TNI juga dituding menghalangi penyelidikan kasus tersebut.
Foto: picture-alliance/AP/dpa/A. Vembrianto
Pembunuhan Munir
Sosok yang sukses membongkar pelanggaran HAM berat oleh Tim Mawar dan mengakhiri karir Danjen Kopassus Prabowo Subianto ini meninggal dunia setelah diracun dalam perjalanan menuju Belanda. Pollycarpus Budihari Priyanto dinyatakan bersalah dan divonis 14 tahun penjara. Namun hingga kini kejaksaan sulit memburu tersangka utama yakni Muchdi Pr. yang dikenal dekat dengan Prabowo.