Popularitas Kanselir Merkel terus merosot drastis, gara-gara krisis pengungsi. Dalam jajak pendapat eksklusif, 64 persen rakyat Jerman tidak mau lagi dipimpin Merkel setelah ia habis masa jabatan 2017.
Iklan
Kanselir Jerman, Angela Merkel sebelumnya terkenal sebagai pemimpin yang dicintai rakyatnya dan politikus ulung di Eropa. tapi dalam kurun waktu hanya enam bulan, popularitasnya merosot tajam dan kini Merkel dituding jadi "biang kerok" berbagai krisis di Jerman maupun Uni Eropa.
Jerman Dihantam Telak Krisis Pengungsi
Jerman terpaksa minta bantuan Turki untuk cari solusi krisis pengungsi. Kanselir Merkel janjikan kepada Presiden Erdogan dukungan untuk perundingan anggota Uni Eropa. Jerman kini dihantam telak dampak krisis pengungsi.
Foto: Getty Images/AFP/E. Barukcic
Turki Aktor Utama Cegah Arus Pengungsi
Kanselir Merkel mula-mula bertemu PM Ahmet Davutoglu untuk diskusikan langkah mengerem "eksodus" terbesar dalam sejarah pengungsi dari Suriah dan Irak ke Eropa lewat Turki. Sebagai imbalannya Uni Eropa menjanjikan bantuan 3 milyar Euro. Turki diminta tampung 2 juta lagi pengungsi. Saat ini di Turki sudah ditampung 1.8 juta pengungsi dari kawasan konflik Suriah dan Irak.
Foto: Getty Images/AFP/B. Kilic
Turki Diatas Angin Jerman Merunduk
Kanselir Jerman Angela Merkel sebelumnya tokoh utama penentang permohonan keanggotaan Turki dalam Uni Eropa. Tapi krisis pengungsi di Eropa yang terutama jadi beban Jerman, memaksanya untuk "sowan" kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Yildiz Palace, Istanbul, Turkey. Merkel antara lain menjanjikan dukungan bagi dibukanya lagi perundingan keanggotaan Turki dalam Uni Eropa.
Foto: Getty Images/G. Bergmann/Bundesregierung
Pegida Mendapat Angin
Akibat kekecewaan warga atas politik pengungsi yang dijalankan pemerintahan Merkel, kelompok anti orang asing dan anti Islam Pegida seolah mendapat angin. Aksi demonstrasi Pegida semakin banyak didukung oleh warga biasa. Mereke menuding Merkel melakukan "pengkhianatan" dan tidak mendengar kecemasan warga.
Foto: DW/R. Fuchs
Picu Penusukan Tokoh Politik
Seorang warga yang kecewa, melakukan aksi penusukan membabi buta terhadap kandidat walikota Köln, Henriette Reker. Pelaku yang punya sejarah terlibat gerakan ekstrim kanan mengatakan, ia menolong banyak orang dengan aksi brutalnya itu. Reker adalah kepala bagian sosial masalah penampungan pengungsi kota Köln. Reker yang luka parah, terpilih sebagai walikota dalam pemilu lokal di Köln (18/10).
Foto: picture-alliance/dpa/M. Skolimowska
Pengungsi Terus Membanjir
Tanpa terpengaruh ricuh politik dalam negeri di Jerman, ratusan ribu pengungsi terus berusaha memasuki Eropa, dengan tujuan utama Jerman atau Austria. Negara-negara Transit seperti Hongaria, Slovenia, Serbia dan Kroasia kewalahan dan terpaksa mengerahkan tentara untuk mengawasi dan memasang pagar kawat berduri. Jerman dan Austria juga terapkan kontrol ketat pendatang.
Foto: Getty Images/AFP/E. Barukcic
5 foto1 | 5
Pemicunya adalah manuver politik "pintu terbuka" bagi pengungsi Suriah dan Eritrea. Politik zig-zag yang dijalankan Merkel amat kentara diputuskan secara tergesa-gesa tanpa persiapan dan strategi matang. Akibatnya, banjir 1.000.000 pengungsi ke Jerman, memicu konflik dan krisis politik di dalam negeri maupun di tatanan Eropa.
Krisis makin tajam, ketika kanselir Jerman itu bukan mengoreksi haluan politik zig-zagnya, dengan menuntaskan masalah baik di sumbernya maupun di tatanan Eropa, tapi malahan mengambil langkah pragmatis berbahaya. Yakni, merapat ke presiden Turki, Erdogan, untuk membuat deal masalah pengungsi, dengan iming-iming bantuan 9 milyar Euro. Juga sikap Merkel yang membela Erdogan saat penguasa Turki itu berusaha menggugat kebebasan berekspresi di Jerman, memicu gelombang kritik terhadap kanselir Jerman ini.
Efek negatif buat Merkel
Efeknya terlihat dalam sebuah jajak pendapat eksklusif yang digelar intitut riset pendapat rakyat Insa atas permintaan majalah politik Cicero, menunjukkan hasil mengejutkan. Dari 2048 responden warga Jermanyang ikut jajak pendapat antara 4 hingga 9 Mei lalu, sebanyak 64 persennya menyatakan tidak mau lagi dipimpin Angela Merkel setelah periode legislatur 2017.
Penolakan baik di kawasan bekar Jerman Barat maupun Jerman Timur menunjukkan persentase yang setara. Bahkan di kalangan responden berusia antara 45 hingga 54 tahun, sebanyak 70 persennya menolak kepempimpinan Merkel periode berikutnya, setelah habis masa jabatan 2017 mendatang.
Juga di internal partai yang dipimpin Merkel, Uni Kristen Demokrat-CDU terjadi perpecahan antara kubu pro dan yang kontra manuver politik "refugees welcome" itu. Bahkan partai sekandung Uni Kristen Sosial-CSU yang berkuasa di negara bagian Bayern, mengancam akan menyeret kanselir Merkel ke mahkamah konstitusi terkait politik pengungsi.
Rakyat kecil marah
Dalam jajak pendapat terbaru, baik yang dibuat majalah politik Cicero maupun harian boulevard Bild, amat kentara terlihat mayoritas rakyat kecil di Jerman marah atas kebijakan "pintu terbuka" Merkel. Di kalangan warga berpenghasilan rendah atau juga berpendidikan pas-pasan, penolakan atas Merkel bahkan mencapai 80 persen.
Bahkan di kalangan pendukung partai populis kanan Partai Alternatif AFD, yang terutama ada kawasan bekes Jerman timur, penolakan bagi Merkel untuk melanjutkan masa jabatan setelah 2017, mencapai rata-rata 92 persen
Jajak pendapat yang dilakukan harian Bild menunjukkan, partai Uni Kristen Demokrat-CDU yang saat ini memimpin pemerintahan koalisi, anjlok prognosa peroleh suaranya ke tingkat 30 persen, atau turun 17 persen dari perolehan suara 2013. Sementara partai kanan AFD, yang mayoritasnya didukung warga berpenghasilan kecil dan berpendidikan pas-pasan, meroket ke tatanan 15 persen dari 4,7 persen di tahun 2013.
as/ap(dpa, afp, rtr, bild, cicero, insa, twitter)
Pemeran Utama bagi Solusi Krisis Pengungsi
Krisis pengungsi di Eropa kini capai titik tergawat. Jerman dengan politik Pintu Terbuka dipuji sekaligus dikritik picu arus migran tak terkendali. Inilah aktor utama yang bisa jadi solusi krisis pengungsi Eropa.
Foto: DW/D. Cupolo
Angela Merkel, Jerman
Kanselir Jerman, Angela Merkel dipuji sekaligus dikritik tajam dalam krisis pengungsi. Kini arus pengungsi ke Jerman memang turun. Tapi itu bukan hasil politik Merkel, melainkan karena 10 negara lain sudah menutup pintu perbatasannya. Politik pintu terbuka Merkel dinilai bisa runtuhkan Uni Eropa, jika dalam waktu dekat tidak bisa tercapai kesepakatan politik bersama Eropa.
Foto: Reuters/F. Lenoir
Jean-Claude Jüncker, Uni Eropa
Presiden Komisi Eropa yang juga PM Luxemburg, Jean-Claude Jüncker menjadi sasaran kritik anggota Uni Eropa, karena ragu dan tidak tegas menangani krisis pengungsi. Informasi gelombang pengungsi yang siap masuk Eropa sudah diberikan dinas rahasia awal tahun silam. Tapi Uni Eropa tidak bertindak tepat dan biarkan krisis berlarut. Kini Jüncker harus mainkan peran kunci dalam KTT pengungsi.
Foto: Reuters/V. Kessler
Werner Faynmann, Austria
Kanselir Austria Werner Faymann adalah tokoh utama yang mengritik tajam kebijakan pintu terbuka Jerman yang sebelummya tidak dikonsultasikan matang dengan negara tetangga. Austria kewalahan terima serbuan pengungsi yang ingin masuk Jerman. Faynmann menggelar konferensi dengan 10 negara Balkan dan negara lain di rute pengungsi serta memaksa untuk penetapan batasan maksimal kuota pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Punz
Alexis Tsipras, Yunani
Realita bahwa Yunani jadi korban utama kebijakan Jerman tak bisa ditutupi. Jutaan pengungsi dari Suriah, Irak, Afghanistan dan negara lainnya terus mengalir ke Yunani via Laut Tengah. PM Yunani Tsipras mengeluh, negaranya yang masih dirundung krisis berat, tanggung beban tak adil dalam krisis ini dan makin kewalahan tangani pengungsi. Yunani kini kirim balik sebagian pengungsi ke Turki.
Foto: Reuters/A.Konstantinidis
Ahmet Davutoglu, Turki
PM Turki Ahmet Davutoglu adalah tokoh utama lainnya dalam solusi krisis pengungsi. Uni Eropa sudah tegaskan, kerjasama dengan Turki adalah tema sentral. Tapi taruhannya amat tinggi. Turki dnjanjikan kompensasi 3 milyar Euro. Presiden Turki, Erdogan yang lebih berkuasa dibanding Davutoglu lecehkan janji bantuan Uni Eropa terlalu kecil. Ia juga ancam kirim gelombang tsunami pengungsi ke Eropa.