1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Ketika Turis Terdampar di Surga Wisata Akibat Wabah Corona

24 Maret 2020

Sejumlah turis tidak bisa kembali ke negara asal menyusul kebijakan penutupan dan penghentian penerbangan di berbagai negara untuk meredam penyebaran wabah corona.

Wisatawan yang terdampar di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand
Foto: Getty Images/AFP/L. Suwandrumpha

Sejumlah wisatawan terdampar di tempat-tempat tujuan wisata dan tidak bisa pulang akibat kebijakan pembatasan untuk menghambat sebaran wabah corona. Mereka pun frustrasi, berusaha memperpanjang visa dan mencari tempat tinggal sementara, karena perjalanan pulang kini tampaknya semakin tidak mungkin.

Di Pulau Bali yang sangat terkenal di antara para turis dari seluruh dunia, ratusan pelancong dengan memakai masker mengantri di luar Kantor Imigrasi Ngurah Rai di kawasan Kuta untuk memperpanjang izin tinggal.

"Kami harus tetap di sini karena tidak ada pilihan lain," ujar Natalie Gisbert, seorang wisatawan dari Kaledonia Baru, di Pasifik Selatan. Gisbert mengatakan pemerintahnya telah menutup semua bandara di tanah airnya.

Sementara turis asal Amerika Serikat, Felix Isuk, yang bekerja di Singapura, mengatakan bahwa dirinya lebih baik tetap tinggal di Asia Tenggara daripada kembali ke Amerika Serikat.

"Di AS ada sekitar 30.000 kasus (infeksi corona)," kata Isuk. "Jadi, saya pikir jika keadaan atau situasi bertambah buruk di sini, saya akan kembali ke Singapura. Itulah alasan utama mengapa saya tinggal di sini, di Indonesia."

Indonesia telah mengonfirmasi 579 kasus infeksi virus corona jenis baru dengan 49 kasus kematian. Pulau Bali telah melaporkan enam infeksi dan dua kasus kematian, termasuk seorang warga negara Inggris yang sedang berlibur di sana.

Cari hotel sesuai kemampuan

Di Thailand, pusat imigrasi di ibu kota Bangkok pada hari Senin (23/03) dijejali ratusan turis dan warga negara asing lainnya yang mencoba untuk memperpanjang visa sebelum masa berlakunya habis. "Saya sudah mengantre sejak pukul 8.30 pagi!" Ujar seorang laki-laki geram. Ia menangis frustrasi setelah tahu bahwa para pejabat yang berwenang tidak dapat memproses lamaran visanya sore itu juga.

Antrian panjang terlihat berliku di gedung imigrasi. Banyak dari mereka yang disuruh kembali lagi di lain hari. Masalah, para pelancong yang terjebak ini tidak hanya ada di Bangkok.

Rada Sereseanu dan suaminya melakukan tur keliling Asia Tenggara dengan  mobil van untuk berkemah, mereka rencananya akan pergi menuju ke Myanmar. Namun pasangan asal Jerman ini terjebak di Thailand selatan ketika negara itu menutup perbatasan daratnya dengan Myanmar.

"Kami pikir situasinya akan menjadi lebih baik, tetapi tampaknya malah jadi agak gila," kata Sereseanu melalui telepon dari dekat daerah pantai Hua Hin.

Thailand mengalami lonjakan tajam kasus infeksi virus corona SARS-VoV-2. Hingga Senin (23/03) Thailand mengonfirmasi total 721 kasus infeksi corona, melonjak tajam dari hanya 147 kasus infeksi pada minggu sebelumnya.

Sedangkan di Vietnam, pemerintah mengumumkan larangan masuk bagi semua orang asing. Duta Besar Inggris untuk Vietnam, Gareth Ward, mendesak warga Inggris mencari penerbangan komersial paling awal untuk pulang dan memberikan alamat email kedutaan yang dapat dihubungi. Dia juga menyarankan untuk mencari hotel di dekat bandara di Hanoi atau Kota Ho Chi Minh.

"Anda harus bersiap menerima kenyataan bahwa Anda mungkin tidak dapat pergi (meninggalkan Vietnam) dengan cepat. Jadi pilihlah tempat sesuai kemampuan Anda untuk tinggal dalam waktu lama," ujarnya.

Lebih dari satu miliar orang telah diminta untuk tinggal di rumah di lebih dari 50 negara dan wilayah di seluruh dunia di tengah wabah corona yang melanda dunia. Puluhan negara juga telah memberlakukan tindakan penutupan perbatasan serta menghentikan penerbangan, baik internasional maupun domestik guna memperlambat laju sebaran virus ini.

ae/yf (reuters, AFP)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait