Ketimpangan Kemakmuran Global Makin Lebar
20 Januari 2015 Andil orang-orang terkaya sedunia yang jumlahnya hanya 80 orang dalam kemakmuran global pada tahun lalu naik ke tataran 48 persen dan diduga hingga 2016 akan naik ke posisi lebih 50 persen.
Artinya, orang kaya dunia yang populasinya hanya satu persen, menguasai lebih separuh kekayaan global, demikian laporan organisasi bantuan humaniter Oxfam International yang dilansir di London Senin (19/1) menjelang pembukaan forum ekonomi dunia di Davos Swiss.
Naiknya ketimpangan pembagian kemakmuran itu makin mempersulit upaya memerangi kemiskinan global. "Walau isu ini terus diangkat sebagai agenda global, tapi kesenjangan kaya-miskin justru makin lebar", ujar Winnie Byanyima direktur ekeskutif Oxfam.
Di saat para pemimpin negara kaya dan direktur Dana Moneter Internasional membahas upaya memerangi ketidak adilan ekonomi di Davos, milyaran manusia di dunia menunggu realisasi janji bantuan.
Kepentingan pribadi
Direktur eksekutif Oxfam itu menunjuk contoh konkrit ketimpangan itu. Di saat industri Amerika Serikat melakukan lobby dengan ongkos 900 juta US Dollar untuk menggolkan undang-undang kesehatan dan di Eropa dkucurkan uang lobby senilai 200 juta US Dollar. Dalam waktu bersamaan semilyar orang menderita kekurangan pangan atau kelaparan karena hanya berpendapatan kurang dari 1,25 Us Dollar sehari.
Direktur jenderal Organisasi Buruh Sedunia-ILO, Guy Ryder juga mengungkapkan hal senada. "Para pemimpin dunia yang bertemu di Davos sepakat, bahwa ketimpangan kemakmuran adalah masalah besar. Tapi tidak terlihat tindakan apapun untuk menanggulanginya", ujar Ryder di Jenewa menjelang pembukaan forum ekonomi di Davos.
Dirjen ILO menyebutkan inilah perilaku aneh yang ditunjukkan para elit peserta pertemuan tahunan itu. "Ada yang tidak nyambung. Ada disfungsi kognitif", ujar dia.
Forum ekonomi tahunan di Davos yang dimulai Rabu (21/1) selain dihadiri para kepala negara dan pemerintahan negara industri terkuat, juga menarik kehadiran lebih 2.500 eksekutif bisnis, keungan dan perbankan. Agenda utama pertemuan tahun 2015 ini antara lain risiko pasca krisis keuangan di berbagai negara Uni Eropa dan di AS, yakni tingginya penggangguran dan naiknya utang.
as/rzn (ap,afp,rtr,dpa)