Ketum PBNU Tak Permasalahkan Timnas Israel ke Indonesia
25 Maret 2023
Ketum PBNU Gus Yahya mengatakan bahwa Palestina tidak akan merasa dirugikan dengan kedatangan timnas Israel ke Indonesia untuk Piala Dunia U-20. Lantas solusi apa yang bisa dilakukan Indonesia untuk membela Palestina?
"Enggak masalah (Timnas Israel ke Indonesia), belum tentu Palestina rugi. Jadi yang penting perkuat posisi Indonesia dalam platform internasional," kata Gus Yahya di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (24/03).
"Kalau soal FIFA ini, kalau kita cuma menolak Israel jangan datang habis itu tidur, apa gunanya buat Palestina? Nggak ada gunanya juga,” tambah Gus Yahya.
Bagi yang menolak timnas Israel datang harus beri solusi
Sebelumnya, berbagai penolakan terhadap kedatangan Israel ke Indonesia dinyatakan sejumlah pihak, seperti kelompok PA 212 hingga Front Persaudaraan Islam (FPI). Yahya meminta kepada pihak-pihak yang menolak Israel tampil dalam Piala Dunia U-20 di Indonesia juga turut memberikan solusi. "Apa yang harus dilakukan selanjutnya? Itu loh, apa? Ke mana arah dari solusi ini? Ini harus dipikirkan," ujar Yahya.
Menurutnya, yang harus dilakukan saat ini adalah Indonesia mesti mendapatkan posisi di atas Federasi Sepak Bola Internasional atau FIFA sehingga memilki daya tawar lebih besar. "Kalau kita kembangkan positioning Indonesia melalui FIFA ini sehingga kita betul-betul mempunyai posisi moral yang meningkat untuk terus mengartikulasikan arah dari solusi Palestina nah itu saya kira lebih konstruktif daripada sekadar protes, tidur, protes, tidur, enggak ada gunanya," ujar Gus Yahya.
Apa yang bisa dilakukan Indonesia untuk membela Palestina?
Ketua Umum PBNU itu mengatakan penolakan terhadap Israel ini merupakan persoalan internasional dan multilateralisme. Dan sejumlah langkah yang bisa dilakukan Indonesia untuk membela Palestina adalah memperkuat internasionalisme. Salah satunya, mendukung Palestina lewat jalur mengembangkan posisi Indonesia melalui FIFA.
Meski begitu, kakak dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas itu menyebut semua hal ini merupakan pandangan pribadinya. Yahya mengatakan belum ada pembahasan apa pun dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi tentang protes rencana kehadiran timnas Israel di Piala Dunia U-20.
kp/ts (Tempo, Detik)
Rangkaian Perjanjian dan Prakarsa Damai Israel-Palestina yang Gagal
Selama lebih dari setengah abad, berbagai upaya telah digalang untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina, namun semuanya gagal.
Perjanjian Camp David dan Perdamaian Israel-Mesir, 1978-1979
Perundingan Arab-Israel dimulai pada tahun 1978 di bawah penengahan AS. Bertempat di Camp David, pada 26 Maret 1979, Perjanjian Damai Israel Palestina ditandatangani oleh Presiden Mesir Anwar Sadat (kiri) dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin (kanan), melalui penengahan Presiden AS Jimmy Carter (tengah).
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Daugherty
Perjanjian Oslo I, 1993
Negosiasi di Norwegia antara Israel dan PLO menghasilkan Perjanjian Oslo I, yang ditandatangani pada September 1993. Perjanjian tersebut menuntut pasukan Israel mundur dari Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan otoritas sementara Palestina akan membentuk pemerintahan otonomi untuk masa transisi lima tahun. Kesepakatan kedua ditandatangani pada tahun 1995.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sachs
Pertemuan Puncak Camp David, 2000
Presiden AS Bill Clinton pada tahun 2000 mengundang Perdana Menteri Israel Ehud Barak (kiri) dan Pemimpin PLO Yasser Arafat (kanan) ke Camp David untuk membahas masalah perbatasan, keamanan, permukiman, pengungsi dan status Yerusalem. Meskipun negosiasi menjadi lebih rinci dari sebelumnya, tidak ada kesepakatan yang dicapai.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R. Edmonds
Prakarsa Perdamaian Arab dari KTT Beirut, 2002
Negosiasi Camp David diikuti dengan pertemuan di Washington di Kairo dan Taba, Mesir - semuanya tanpa hasil. Setelahnya Liga Arab mengusulkan Prakarsa Perdamaian Arab di Beirut, Maret 2002. Rencana tersebut meminta Israel menarik diri ke perbatasan sebelum 1967. Sebagai imbalannya, negara-negara Arab akan setuju untuk mengakui Israel.
Foto: Getty Images/C. Kealy
Peta Jalan Kuartet Timur Tengah, 2003
AS, Uni Eropa, Rusia, dan PBB bekerja sama sebagai Kuartet Timur Tengah untuk mengembangkan peta jalan menuju perdamaian. PM Palestina saat itu, Mahmoud Abbas, menerima teks tersebut, namun mitranya dari Israel, Ariel Sharon, keberatan. Peta jalan itu memuat tentang solusi dua negara Sayangnya, hal itu tidak pernah dilaksanakan. Dalam foto: Yasser Arafat dan pejabat Uni Eropa Lord Levy.
Foto: Getty Iamges/AFP/J. Aruri
Prakarsa Perdamaian Trump, 2020
Presiden AS Donald Trump memperkenalkan rancangan perdamaian tahun 2020. Tetapi rancangan itu menuntut warga Palestina menerima pemukiman Yahudi di kawasan Tepi Barat yang diduduki Israel. Palestina menolak rencangan tersebut.
Foto: Reuters/M. Salem
Konflik kembali berkobar 2021
Rencana Israel mengusir empat keluarga Palestina dan memberikan rumah mereka di Yerusalem Timur kepada pemukim Yahudi berujung bentrokan dan aksi protes di Yerusalem. Hamas kemudian menembakkan lebih 2.000 roket ke Israel, dibalas dengan serangan udara militer Israel, yang menghancurkan banyak bangunan di Jalur Gaza. (hp/gtp)