Khawatir COVID-19, Korea Utara Absen dari Olimpiade Tokyo
6 April 2021
Keputusan Korea Utara untuk mundur dari Olimpiade Tokyo disesalkan Korea Selatan. Sebelumnya Presiden Korsel Moon Jae-in berharap, kedua negara dapat menurunkan tim gabungan di pesta olahraga ini.
Iklan
Korea Utara memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo tahun ini karena kekhawatiran COVID-19. Hal ini diumumkan kementerian olahraga negara komunis itu Selasa (06/04). Keputusan ini dibuat dalam pertemuan antara Menteri Olahraga Kim Il Guk dengan Komite Olimpiade Nasional pada 25 Maret lalu.
Pengumuman ini pun memupuskan harapan Korea Selatan bahwa Olimpiade dapat menjadi katalis untuk menghidupkan kembali pembicaraan damai yang mandek.
Ini merupakan pertama kalinya Korea Utara secara resmi absen dari Olimpiade Musim Panas sejak Pyongyang memboikot olimpiade Seoul pada tahun 1988 di tengah Perang Dingin.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berharap, kedua negara yang secara teknis masih berperang setelah konflik tahun 1950-1953 yang hanya berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata, dapat menurunkan tim gabungan di Tokyo dan membangun kembali momentum untuk hubungan yang lebih baik.
Iklan
Apa dampaknya ke hubungan Korea Utara dan Korea Selatan?
Mundurnya Korea Utara dari Olimpiade ke-32 ini juga berdampak pada rencana yang disepakati pada pertemuan puncak tahun 2018 silam antara Moon dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk mengajukan Korea sebagai tuan rumah bersama Olimpiade 2032.
Ketika Korea Selatan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang pada tahun 2018, Kim mengirim saudara perempuannya untuk memimpin delegasi negara. Para atlet dari kedua belah pihak pun berbaris di bawah bendera Korea Bersatu pada upacara pembukaan, dan menurunkan tim hoki es wanita gabungan.
Inilah Zona Yang Memisahkan Korea Utara dan Selatan
Selama Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang Korea Selatan, ketegangan antara kedua negara Korea mulai mencair. Kedua negara dipisahkan perbatasan darat sepanjang 248 kilometer. Banyak warganya merindukan reunifikasi.
Foto: Getty Images/C. Court
Terpisah sejak 65 tahun
Sejak 65 tahun semenanjung Korea terpisah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Setelah tiga tahun perang, pertempuran dihentikan tahun 1953 dengan pembentukan zona demiliterisasi (Demilitarized Zone - DMZ). Perbatasan itu panjangnya 248 Kilometer dan lebarnya sekitar 4 kilometer. Dalam foto di atas: Sebuah jalan utama menuju DMZ di Korea Selatan.
Foto: Getty Images/C. Court
Pagar berduri
Menurut kesepakatan, tidak boleh ada tentara yang ditempatkan di DMZ. Kawasan itu dijaga oleh komisi gencatan senjata yang terdiri dari wakil-wakil kedua negara. DMZ hanya bisa dimasuki atas ijin komisi ini. Pasukan kedua negara berpatroli secara rutin menjaga perbatasannya masing-masing, termasuk di kawasan pantai.
Foto: Getty Images/C. Court
Panmunjom, markas komisi gencatan senjata
Inilah markas komisi gencatan senjara di Panmunjom, tempat perundingan gencatan senjata sampai 1953. Tepat di tengahnya ada garis demarkasi antara Utara dan Selatan dan di atas garis demarkasi ada tiga barak berwarna biru. Barak-barak ini memiliki dua pintu, satu di sisi utara dan satu lagi disisi selatan.
Foto: Getty Images/C. Court
Rumah untuk dua negara
Barak yang berada di tengah adalah untuk pengunjung dari kedua negara, dan dibuka secara bergantian untuk pengujung dari Korea Utara atau dari Korea Selatan. Saat pengunjung memasuki ruangan, penjaga perbatasan dari negara asal pengunjung akan ikut masuk lalu menjaga pintu ke luar ke negara lainnya. Di dalam ruangan, pengunjung bebas melewati garis perbatasan.
Foto: Getty Images/C. Court
Anjungan panorama ke utara
Di Korea Selatan dibangun sebuah observatorium penyatuan kembali dekat kota Gesong. Dari sana pada cuaca cerah pengunjung bisa mengarahkan pandangan jauh ke kawasan Korea Utara.
Foto: Getty Images/C. Court
Tujuan wisata utama
Observatorium reunifikasi menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan dalam dan luar negeri. Tahun 2015, ada sekitar 13,2 juta warga Korea Selatan yang berkunjung ke tempat ini untuk melayangkan pandangan ke Korea Utara dengan teropong-teropong yang dipasang.
Foto: Getty Images/C. Court
Bendera seberat 270 kilogram
Di kawasan DMZ Korea Utara terletak desa Kijŏng-dong. Dulu Korea Utara memasang banyak pengeras suara di desa ini untuk menyebarkan propagandanya ke Korea Selatan. Penanda utama desa ini adalah sebuah menara setinggi 160 meter. Di pucuknya berkibar bendera besar Korea Utara dengan berat hampir 270 kg.
Foto: Getty Images/C. Court
Merindukan perdamaian dan penyatuan kembali
Tugu DMZ ini terletak dekat observatorium reunifikasi di Korea Selatan. Banyak wargayna merindukan suasana damai dan penyatuan kembali. Huruf DMZ besar ini ditulisi kata "Cinta" dan "Perdamaian" dalam berbagai bahasa. (Teks: Merlin Bartel/hp/yf)
Foto: DW/Jun Michael Park
8 foto1 | 8
Kementerian Unifikasi Korea Selatan yang bertanggung jawab atas urusan antar-Korea mengatakan, Seoul berharap Olimpiade Tokyo akan menjadi kesempatan untuk "mendorong perdamaian dan rekonsiliasi antara kedua Korea."
"Kami menyesal itu tidak bisa terjadi," demikian bunyi pernyataan kementerian.
Jepang akan memperpanjang sanksi
Sementara itu, secara terpisah pada pertemuan Kabinet pada hari Selasa (06/04), pemerintah Jepang memutuskan untuk memperpanjang sanksi terhadap Korea Utara selama dua tahun.
Sanksi yang sebelumnya ditetapkan berakhir pada 13 April, akan terus melarang semua ekspor dan impor ke Korea Utara dan membatasi kapal Korea Utara untuk berlabuh di Jepang.
Pemerintah Jepang menyatakan, sanksi tersebut akan memberikan lebih banyak tekanan pada Korea Utara untuk melakukan denuklirisasi, meninggalkan program pengujian rudal balistik lebih lanjut, dan menyelesaikan masalah penculikan warga Jepang yang sedang berlangsung.
Menurut laporan dari Kyodo News, sanksi telah dijatuhkan dan terus menerus diperpanjang sejak tahun 2006.