Israel Larang Novel Cinta Arab-Yahudi di Sekolah
1 Januari 2016Bagaimana memahami ketakutan bangsa Yahudi terhadap asimilasi dan pernikahan campur bisa dilihat dari kericuhan yang muncul di Israel akibat sebuah novel.
Karena khawatir akan memicu semakin banyak pernikahan antara Yahudi dan Arab, Kementerian Pendidikan Israel melarang sebuah novel yang berkisah tentang percintaan antara tahanan Palestina dan seorang perempuan Yahudi dari kurikulum sekolah.
Keputusan melarang buku berjudul "Borderlife" itu sontak mendulang kritik pedas. Pemerintah di Yerusalem antara lain dituding melakukan sensor. Tapi Kementerian Pendidikan sebaliknya merasa memiliki alasan.
"Remaja yang sedang tumbuh cendrung tidak memiliki pandangan yang sistematis soal bagaimana menjaga identitas sebuah bangsa dan arti sebuah asimiliasi," tulis seorang pejabat Dinas Pendidikan Israel, Dalia Fenig, dalam sebuah surat kepada dewan kurikulum.
Luka Palestina di Hari Nakba
Ketika Israel merayakan kemerdekaan, warga Palestina meratapi hari pengusiran. Perang Arab-Israel 1948 yang dikobarkan demi Palestina, menyusut menjadi konflik kepentingan para raja yang dimabuk ambisi teritorial
Resolusi Berujung Perang
Pada 29 November 1947 Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakhiri pendudukan Inggris atas Palestina dan menelurkan Resolusi 181 untuk membagi wilayah tersebut menjadi dua. Dalam sidang umum PBB itu Israel mendapat sebagian wilayah Palestina. Rencana itu diterima oleh kaum Yahudi, tapi ditolak oleh negara-negara Arab. Sikap tersebut kemudian terbukti fatal.
Tanah Harapan
Didorong oleh Holocaust dan Perang Dunia II di Eropa, warga Yahudi berduyun-duyun bermigrasi ke Palestina. Sebagian besar mengungsi secara ilegal dengan melanggar kuota tahunan yang ditetapkan pemerintah Inggris. Hingga 1947 sekitar 110.000 warga Yahudi telah menempati pemukiman-pemukiman di Palestina. Resolusi 181 akhirnya membuat konflik mustahil terbendung
Perlawanan Arab
Sehari setelah resolusi 181, kelompok militan Arab melancarkan serangan terhadap pemukiman Yahudi. Aksi protes bermunculan di komunitas-komunitas Arab dan pembunuhan menjadi hal lumrah. Konflik memuncak ketika Tentara Pembebasan Arab yang dipimpin Abdul Qadir al Husaini datang dari Mesir untuk membantu perjuangan Arab Palestina.
Senjata Tua Yahudi
Menanggapi agresi militer Arab, komunitas Yahudi yang dipimpin David Ben Gurion lalu mempersenjatai diri dan melatih gerilayawan tempur. Saat itu warga Yahudi sudah memiliki sayap militer, antara lain Lehi, Irgun dan Haganah yang kemudian bergabung menjadi Tentara Pertahanan Israel (IDF). Kendati begitu kekuatan tempur Israel saat itu masih bergantung pada senapan tua bekas Perang Dunia II
Maut di Deir Yassin
Tanggal 9 April 1948 sekitar 120 gerilayawan Irgun dan Lehi menyerang desa Deir Yassin dan membantai 107 penduduk, termasuk perempuan dan anak-anak. Desa Arab berpenduduk 600 orang itu sebenarnya sudah tandatangani pakta non agresi. Namun Deir Yassin dianggap punya nilai strategis. Sejak pembantaian tersebut, negara-negara Arab tersulut oleh amarah rakyat dan dipaksa untuk memulai invasi
Kemerdekaan Negara Yahudi
Pertengahan Mei 1948 perang saudara antara Arab dan Yahudi menjelma menjadi perang kemerdekaan ketika David Ben Gurion mendeklarasikan berdirinya negara Israel. Amerika Serikat dan Rusia segera mengakui kedaulatan negara Yahudi tersebut. Sebaliknya Liga Arab bereaksi keras dan melancarkan invasi dengan menggabungkan pasukan dari Irak, Suriah, Mesir dan Yordania.
Ambisi Teritorial Arab
Kendati memiliki kekuatan militer yang lebih mapan, pasukan Arab terpecah oleh kepentingan penguasanya. Raja Abdullah I dari Yordania (gambar) misalnya padukan kepentingan dengan Israel demi menduduki Tepi Barat Yordan. Sebaliknya Raja Farouk dari Mesir ingin menguasai wilayah selatan Palestina, antara lain Jalur Gaza. Ambisi teritorial juga dimiliki negara lain seperti Suriah.
Belanja Senjata di Masa Damai
Sempat keteteran di awal invasi Arab, Israel memanfaatkan gencatan senjata selama 28 hari untuk memperkuat diri. Mengandalkan dana sumbangan, Haganah menyeludupkan senjata dari Cekolsovakia, antara lain senapan serbu, amunisi dan pesawat tempur Avia S-199. Di akhir masa damai Israel menggandakan kekuatan tempurnya menjadi 65.000 serdadu dengan sistem alutsista termutakhir.
Damai Bertukar Kuasa
Setelah keberhasilan invasi, pasukan Arab berhenti memerangi Israel dan sibuk saling serang satu sama lain, tutur sejahrawan Suriah Sami Moubayed. Buruknya struktur militer dan minimnya transparansi membuat kekuatan Arab menjadi tumpul. Setelah lebih dari lima bulan pertempuran, Mesir sepakat berdamai dengan iming-iming mendapat Jalur Gaza dan Yordania mendapat Tepi Barat.
Bencana di Palestina
Pertempuran akhirnya memaksa 700.000 penduduk Palestina mengungsi. Peristiwa tersebut dikenang dalam sejarah Palestina sebagai hari Nakba atau bencana. Di bulan-bulan terakhir perang, pasukan Israel terutama membidik kota dan desa Arab untuk mengusir warga sipil yang tinggal di sana. Sejarahwan mencatat, setelah perang, Israel kuasai 22% wilayah Palestina yang disepakati dalam resolusi 181 PBB
Namun dalam wawancara dengan stasiun radio militer, Fenig mengutarakan alasan lain ihwal larangan terhadap novel Borderlife. Menurutnya Kementerian Pendidikan telah memiliki buku lain yang juga menggambarkan kisah cinta antara Yahudi dan Arab, sehingga tidak ada kebutuhan buat menambahkan novel yang memiliki muatan serupa.
Sejak larangan itu diumumkan, penjualan novel Borderlife melonjak drastis.
Pasangan Suriah Tunjukkan Pada Dunia Cinta Kalahkan Perang
Walaupun rangkaian pemboman meluluh lantakkan kota kelahiran mereka, pasangan dari Homs Suriah ini tunjukan pada Dunia, cinta bisa kalahkan perang. Fotografer AFP dokumentasi optimisme, cinta dan pernikahan mereka.
Cinta Bangun Kembali Suriah
Fotografer Jafar Meray putuskan gunakan panorama kehancuran akibat perang Suriah sebagai latar belakang serial foto perkawinan satu pasangan Suriah. AFP terbitkan rangkaian foto karya fotografernya yang diberi judul"Love Reconstructs Syria" dan Meray menempatkannya di Facebook. Ia dapat ratusan penggemar yang menyebarkan foto-fotonya.
Cinta di Antara Reruntuhan
Pasangan itu, Nada Merhi (18) dan Hassan Youssef (27), memilih latar belakang tidak lazim bagi foto pernikahan mereka, yaitu kampung halaman mereka, Homs yang luluh lantak akibat perang. Meray sengaja menggunakan reruntuhan kota untuk menunjukkan "hidup lebih kuat dari kematian."
Kota Yang Hancur Lebur
Perang saudara Suriah menyebabkan 250.000 orang tewas, sebagian besar warga sipil. Homs, yang jadi kota ketiga terbesar Suriah mengalami serangan besar-besaran dari pasukan Presiden Bashar al Assad. Ini juga salah satu kota pertama yang menentang pemerintah 2012 lalu. Sebagian besar pemberontak oposisi kini sudah meninggalkan Homs.
Baju Putih dan Puing Kelabu
Di tengah-tengah kota yang dulu hidup dan berdenyut, baju pengantin putih Nada memperjelas kehancuran yang mengelilingi pasangan itu. Lubang peluru, puing gedung yang ditinggalkan, reruntuhan yang terbakar dan jalanan kosong adalah peringatan bagaimana majunya Homs dulu.
Serangan Tak Kunjung Henti
Homs terus diguncang serangan. 26 Januari, sedikitnya 22 orang tewas dan lebih dari 100 luka-luka akibat serangan bunuh diri di al Zahra. Daerah itu sebagian besar warganya kaum Alawiyah, sebuah mazhab Islam yang juga dianut Assad dan keluarganya. Islamic State (ISIS) klaim bertanggungjawab atas serangan bunuh diri.
Bukan Homs Saja
Sejak 30 September pesawat Rusia ikut lancarkan serangan udara sebagai dukungan bagi pasukan Assad. Homs bukan satu-satunya kota Suriah yang diserang. 15 Februari pesawat tempur membom rumah sakit di dekat Murat al Numan, sekitar 280 km di utara ibukota Damaskus, dan membunuh sedikitnya 50 orang.
Kritik Internasional
Dalam wawancara dengan AFP, Assad mengatakan ia akan melanjutkan perang, walaupun tekanan internasioal untuk melakukan gencatan senjata tambah gencar. Tapi Menlu Arab Saudi Adel Al-Jubeir menyatakan: di masa depan tidak ada lagi Bashar al Assad.
Tema Utama Perundingan
Kesengsaraan warga Suriah di kawasan yang dikepung juga jadi tema utama KTT Keamanan Internasional di München (12-14 Februari). AS Yang juga lakukan pemboman di Suriah menuding serangan yang menurut dugaan dilancarkan jet tempur Rusia, ditujukan terhadap kelompok yang menentang Assad.
Cinta di Masa Perang
Sejumlah pengguna Facebook komentari foto-foto Meray secara emosional. "Saya merasa seperti pengantin pria dalam foto ini," kata salah seorang. Yang lainnya: "Semoga Tuhan menyertai kalian dan warga Suriah lainnya. Terima kasih untuk foto-foto ini dan membaginya dengan dunia." Juga ada usul agar judul sebaiknya: "Cinta di Masa Perang."
Bukti Hidup Terus Berlanjut
Foto-foto Meray begitu sukses sehingga orang terus berikan komentar di laman Facebooknya, usulkan membuat slideshow atau mengubah foto-foto jadi video di YouTube. Seorang pengguna menulis, "ini bukti hidup terus berlanjut, bahkan di Homs, salah satu kota Suriah yang paling sengsara."
Menteri Pendidikan Israel, Naftali Bennett sendiri membela keputusan departemennya. Ia berdalih penulis buku tersebut mencoba menggambarkan serdadu Israel sebagai seorang yang "sadistis," dan kisah cinta antara perempuan Israel dan tahanan Palestina.
"Haruskah saya memaksa remaja Israel membaca buku ini?" tukasnya. Bennett berdalih departemennya "bukan Kementerian Kebudayaan dan orang bisa membaca apapun di luar sesuka hatinya. Tapi kami harus membuat prioritas," imbuhnya.
Isu sensitif
Pernikahan campur dan asimilasi yang dinilai dapat menghilangkan kemurnian darah Yahudi adalah salah satu isu sensitif di Israel. Biasanya pasangan Arab-Israel hidup secara terpisah dari masyarakat.
Rawabi: Melawan Israel Dengan Bata
Proyek swasta terbesar dalam sejarah Palestina: Pembangunan kota Rawabi di Tepi Barat. Tak jauh dari situ berdiri banyak permukiman yang dibangun Israel untuk warga Yahudi. Sebuah harapan bagi terciptanya perdamaian?
Kota berbukit
Rawabi artinya bukit-bukit. Kawasan ini memang berada di atas perbukitan. Rawabi menjanjikan komunitas baru bagi keluarga Palestina untuk memiliki rumah modern dengan harga terjangkau. Di sekitar kota ini, banyak pemukiman yang dibangun Israel.
Kota baru di Tepi Barat
Berlokasi di kawasan yang tak putus dirundung konflik. Rawabi berada di antara Ramallah dan Nablus.Kota ini berjarak sekitar 25 km dari Yerusalem dan sekitar 9 kilometer dari Ramallah.
Proyek percontohan modern
Mulai dibangun pada 2010, secara bertahap, Rawabi akan menjadi sebuah kota lengkap dengan fasilitas perbelanjaan, sekolah, universitas, rumah sakit, pusat kebudayaan, restoran, ruang hijau, serta rumah-rumah ibadah.
Membangun komunitas baru
Tersedianya lapangan kerja, pendidikan, rekreasi dan lingkungan diharapkan menyokong pertumbuhan komunitas di sini. Keluarga Khateeb bersantai di teras apartment baru mereka, menyongsong masa depan baru. Kota ini bukan sekedar pemukiman, namun juga simbol 'aspirasi bernegara' setelah puluhan tahun pendudukan Israel.
Menyediakan ribuan unit rumah
Pada tahap awal, disediakan 5000 rumah bagi sekitar 25.000 penduduk. Rumah-rumah itu tersebar di 23 blok, masing-masing dengan estetika tersendiri. Semua kawasan didukung fasilitas modern yang indah termasuk parkir bawah tanah, taman bermain, trotoar dan toko-toko ritel. Konstruksi berikutnya dibangun untuk menampung lebih dari 40.000 warga.
Dari tradisional ke modern
Sejak dibuka jelang akhir tahun 2015, sudah lebih dari 1200 orang menempati unit-unit rumah di Rawabi.Apartment tersedia dalam jenis studio hingga unit keluarga. Tipe rumah semacam ini berbeda dengan budaya tradisonal Palestina yang biasa menempati rumah besar dengan didiami oleh keluarga besar dari berbagai generasi di bawah satu atap.
Mengawinkan pemukiman dengan bisnis
Bintang film barat dan Arab terlihat dari jendela bar dan restoran. Di pusat kotanya dibangun ritel-ritel bisnis, hotel, bioskop dan lain-lain, yang didukung oleh teknologi terbaru dan jaringan internet berkecepatan tinggi. Sebagai kota swasta terbesar dalam sejarah Palestina, Rawabi akan memperluas hubungan ekonomi lokal dan global.
Hiburan juga penting
Gambar artis legendaris Amerika Serikat, Marilyn Monroe tampak pada dinding sebuah bangunan pertunjukan yang dipersiapkan bagi warga. Sejumlah pusat hiburan dipersiapkan.
Theater terbuka
Ada pula theater terbuka ala Amphitheater Romawi yang bisa menampung ribuan pengunjung yang ingin datang menyaksikan pertunjukan.
Penasaran lihat dalamnya?
Ini ruang tamu salah satu apartment yang disediakan oleh pihak developer. paling tidak, mebel-mebel yang paling sering digunakan sudah tersedia di dalam rumah. Apakah cukup nyaman?
Serba modern
Seorang pria tampak berjalan di dalam sebuah apartment. Tampilan luar dan interior dalam tiap rumah terlihat sangat modern.
Mendorong investasi asing
Janina dari Ramallah bertanggung jawab urusan investasi. Perusahaan internasional, terutama di bidang berteknologi tinggi, kesehatan dan energi terbarukan terus dijajaki untuk diajak ambil peran penting dalam memperkuat kegiatan ekonomi di Rawabi, yang berencana membuka lebih dari 5.000 lapangan pekerjaan tetap untuk mendukung kualitas hidup jangka panjang.
Perusahaan pengembang
Bayti Real Estate Investment Company, pengembang Rawabi, adalah perusahaan milik Qatari Diar dan Massar Internasional. Investasi di Rawabi diperkirakan akan melebihi volume satu miliar US Dollar.
Tokoh di balik pembangunan Rawabi
Bashar Al-Masri lahir di Nablus, Palestina. Menempuh pendidikan di Mesir dan Amerika, ia kemudian menjadi pengusaha yang sangat sukses. Pengusaha di balik pembangunan Rawabi ini berharap, kota baru Palestina itu akan mendekatkan orang-orang, termasuk pihak Israel sendiri. Theglobeandmail menulis, Masri melawan Israel bukan dengan peluru melainkan dengan bata.
Dibangun putra putri Palestina
Hanan Khalaf adalah seorang teknisi bangunan yang baru lulus kuliah dari Universitas Bir Zeit. Kini ia mengabdikan ilmunya untuk membangun kota baru Rawabi.
Diserang dua belah pihak
Masri dan para investor lainnya menghadapi tekanan baik dari Israel maupun Palestina. Kelompok garis keras Palestina menganggap pembangunan ini hanya sebagai ilusi atas hubungan Israel dan Palestina, dimana meski kemajuan ekonomi akan tercapai, Israel masih tetap bercokol di Tepi Barat. Dari pihak Israel, problem utamanya: air.
Semua lengkap, kecuali air
Hampir 60 persen Tepi Barat, termasuk pemukiman, akses jalan, dll, berada di bawah administrasi Israel. Kebutuhan pasokan air di Rawabi sangat tergantung pada Israel. Setelah negosiasi alot, Israel menyetujui pasokan air untuk Rawabi. Pembangunan Rawabi sendiri bertahun-tahun banyak terhadang konflik Palestina-Israel.
Harapan baru
Meski pembangunan belum usai, ratusan keluarga sudah mulai bermukim di kota baru ini. Dengan tawaran modernitas dan harga rumah lebih murah dari di Ramallah, penduduk berharap dapat hidup normal. Hal yang sulit mereka peroleh di kota-kota Palestina lainnya. Penulis: Ayu Purwaningsih Editor: Agus Setiawan
Kekhawatiran tersebut semakin diperparah dengan tingginya angka pernikahan campur di antara kaum Yahudi Amerika. Tahun lalu, seorang anggota parlemen Israel bahkan meluapkan amarah di media saat mendengar kabar bahwa putra Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berpacaran dengan perempuan Norwegia yang bukan Yahudi.
Namun penulis novel Borderlife, Dorit Rabinyan, menilai keputusan Kementerian Pendidikan sedikit ironis, mengingat "novel ini justru mengolah isu ketakutan Israel terhadap asimilasi dengan bangsa Arab yang hingga kini masih ada."
Intifada: Dari Pembangkangan Sipil Hingga Roket Qassam
Serangan brutal di sebuah Sinagoga di Yerusalem yang menewaskan beberapa warga sipil Israel baru-baru ini memicu kekhawatiran munculnya gerakan Intifada baru. Berikut sejarah perlawanan warga Palestina
Hilangnya Kesucian
Selasa, 18 Novermber 2014, dua pemuda Palestina menyerang Sinagoga Kehillat Bnei Torah di Yerusalem dan membunuh empat warga sipil. Serangan ini adalah serangan yang pertama terhadap rumah ibadah kaum Yahudi itu sejak dimulainya konflik Timur Tengah. Berbeda dengan tempat lain, Sinagoga di Israel adalah satu-satunya gedung publik yang bebas dari kawalan aparat keamanan.
Dendam Menuai Kebencian
Pemerintah Israel mulai merobohkan rumah milik pengemudi mobil yang secara sengaja menabrak warga sipil Israel di Yerusalem, Oktober silam. Perdana Menteri Netanyahu juga memastikan, pihaknya akan melakukan hal serupa terhadap kediaman pelaku serangan Sinagoga di Yerusalem, 18 Novermber. Reaksi Israel ini dikhawatirkan akan mewariskan kebencian kepada generasi mendatang Palestina.
Intifada Perorangan?
Serangkaian serangan warga sipil Palestina terhadap Israel baru-baru ini memicu kekhawatiran munculnya gerakan Intifada baru di Timur Tengah. Namun berbeda dengan gerakan sebelumnya yang terkoordinir, kali ini gelombang serangan terhadap warga sipil Israel dilakukan oleh individu yang tidak berafiliasi dengan organisasi teror di Palestina.
Perang Batu
Sejarah Intifada bermula dari pembangkangan sipil hingga penggunaan tindak kekerasan sejak 1987. Pemberontakan awalnya bermula di kantung-kantung pengungsi dan menyebar ke perkotaan. Syeikh Ahmad Yassin dan Yassir Arafat adalah dua tokoh Palestina yang memayungi gerakan tersebut.
Kunjungan Singkat Berbuntut Panjang
Adalah kedatangan Ariel Sharon ke tempat suci kaum Muslim, Al-Haram asy-Syarif, pada September 2000 yang kemudian memicu gerakan Intifada kedua atau yang lebih dikenal dengan Intifada al-Aqsa.
Pembangkangan Sipil Berganti Peluru
Tampak seorang ibu Palestina menghujat serdadu Israel di Jenin, Tepi Barat Yordan. Pembangkangan sipil yang menjadi wajah intifada damai kini berganti menjadi tindak kekerasan. 2002 silam Palestina menuding Israel melakukan pembantaian di kamp pengungsi Jenin. Israel menepis tudingan tersebut. Sebanyak 500 warga Palestina tewas dalam operasi perisai pertahanan Israel di Jenin.
Ketegangan Tak Berujung
Pelaku serangan Sinagoga dikabarkan berasal dari Yerusalem Timur. Sepotong wilyah Palestina yang diduduki Israel ini berulangkali menjadi lokasi pecahnya tindak kekerasan. Secara resmi Israel menduduki Yerusalem Timur, namun secara sistematis menganaktirikan wilayah yang didiami warga Arab tersebut. Akibatnya sebagian besar warga Yerusalem Timur tidak memiliki kewarganegaraan.
Batu dan Bedil
Batu dan ketapel menjadi simbol perjuangan warga Palestina setelah dua gelombang Intifada menghantam Israel. Namun kenyataan berbicara lain. Israel mengklaim selama 1558 hari gelombang kedua Intifada terjadi sebanyak 138 bom bunuh diri, 13.730 serangan bersenjata dan 460 serangan roket Qassam.
Kebencian yang Diwariskan
Anak-anak yang sering menjadi saksi sekaligus korban tindak kekerasan dan pembalasan dendam Israel adalah pihak yang paling ditelantarkan dalam konflik di Timur Tengah. Merekalah yang kemudian mewariskan dendam generasi sebelumnya dan memperpanjang konflik yang tak berujung itu.
Tembok Derita
Tembok sepanjang 759 Kilometer yang memisahkan Israel dari Tepi Barat Yordan ini dibangun sesaat setelah berakhirnya gelombang Intifada kedua, 2002 silam. Tembok ini dinyatakan melanggar hukum internasional oleh Pengadilan HAM di Den Haag.
rzn/as (ap,rtr,guardian)