Nilai tukar mata uang Rial Iran mencapai rekor terendah terhadap dolar AS. Sejak April lalu, Rial sudah turun 50 persen, setelah AS tarik diri dari kesepakatan nuklir dan mengancam sanksi baru.
Iklan
Mata uang Iran mencapai rekor terendah hari Minggu (29/7) terhadap dolar AS karena kekhawatiran tentang krisis ekonomi yang semakin mendalam setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran.
Nilai tukar mata uang Dolar melejit menjadi 112.000 dari 98.000 Rial sehari sebelumnya di pasar gelap, kata Bonbast, salah satu situs yang paling dapat diandalkan untuk melacak mata uang. Situs-situs lain mengatakan dolar ditukar antara 108.500 dan 116.000 Rial.
Rial telah kehilangan setengah nilainya terhadap dolar hanya dalam empat bulan, setelah sebelumnya menembus marka 50.000 Rial untuk satu dolar AS Maret lalu.
Jatuh sampai 50 persen
Nilai tukar mata uang Rial Iran mulai terjun bebas Maret lalu setelah ada tanda-tanda Presiden AS Donald Trump akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015, di mana enam kekuatan dunia mencabut sanksi terhadap Teheran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.
Washington akan menerapkan kembali sanksi keuangan dan perdagangan terhadap Iran dalam dua tahap, yaitu pada 6 Agustus dan 4 November, dan menuntut perusahaan asing menghentikan bisnisnya dengan dengan Iran.
AS juga mengatakan, negara-negara harus menghentikan impor minyak dari Iran mulai 4 November atau menghadapi sanksi AS. Iran saat ini sedang mengalami krisis ekonomi mendalam yang kemungkinan akan memburuk jika ekspor minyaknya turun.
Beralih ke dolar
Ketidakpastian ekonomi membuat lebih banyak orang di Iran beralih ke dolar sebagai cara aman untuk menyelamatkan simpanan mereka. Krisis berkepangjangan juga memicu aksi protes jalanan dan kecaman publik atas dugaan pencatutan dan korupsi.
Pekan lalu, pemerintah Iran mengganti Gubernur Bank Sentral Valiollah Seif, yang dianggap betranggung jawab karena kebijakannya memperburuk nilai tukar Rial. Sementara Bank Sentral menyalahkan adanya "musuh" yang mengakibatkan kurangnya kepercayaan warga Iran sendiri pada mata uangnya. Sebaliknya harga emas naik tajam.
Nilai tukar resmi untuk 1 dolar AS yang ditetapkan pemerintah adalah 44.070 dolar, dibanding dengan 35.186 pada 1 Januari lalu. Tetapi bank-bank sering menolak untuk menjual dolar mereka pada tingkat rendah itu dan memasang harga lebih tinggi. Praktek ini justru mempertinggi keraguan publik tentang stabilitas mata uang Iran.
Lika-Liku Kesepakatan Nuklir Iran
Donald Trump telah secara resmi menarik AS dari perjanjian nuklir internasional dengan Iran. Pemerintah AS terdahulu telah dengan susah payah menegosiasikannya selama bertahun-tahun dengan lima mitra internasional.
Foto: picture-alliance/epa/D. Calma
Yang menjadi masalah
Fasilitas nuklir Iran Bushehr adalah salah satu dari lima fasilitas yang dikenal oleh pengamat internasional. Israel, Amerika Serikat dan negara-negara sekutu telah sepakat bahwa usaha Iran memperkaya uranium - untuk keperluan energi domestik, menurut para pejabat di Teheran - dapat menjadi ancaman bagi kawasan jika hal itu berujung pada pengembangan senjata nuklir.
Foto: picture-alliance/dpa
Akhir dari masalah
Pada 2006, lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB (AS, Cina, Rusia, Prancis, Inggris) dan Jerman (P5+1) memulai proses negosiasi yang melelahkan dengan Iran yang akhirnya mencapai kesepakatan pada 14 Juli 2015. Negara-negara tersebut sepakat memberikan kelonggaran sanksi pada Iran. Sebagai gantinya, pengayaan uranium Iran harus terus dipantau.
Foto: picture alliance / landov
Rakyat Iran setuju
Di Teheran dan kota-kota lain di Iran, warga merayakan apa yang mereka yakini sebagai akhir dari isolasi ekonomi bertahun-tahun yang memberi efek serius pada kesehatan dan gizi masyarakat karena kurangnya akses ke pasokan medis dan makanan untuk warga biasa. Banyak juga yang melihat perjanjian itu sebagai bukti bahwa Presiden Hassan Rouhani berusaha untuk membuka Iran ke dunia dengan cara lain.
Foto: picture alliance/AA/F. Bahrami
Peran IAEA
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ditugaskan untuk memantau kepatuhan Iran kepada kesepakatan itu. Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano (kiri) pergi ke Teheran untuk bertemu dengan Rouhani pada bulan Desember 2016, hampir satu setengah tahun setelah kesepakatan itu ditandatangani. Dalam laporan yang disampaikan setiap tiga bulan, IAEA berulang kali menyertifikasi kepatuhan Iran.
Foto: picture alliance/AA/Iranian Presidency
Sang oponen
Setelah delapan tahun dengan Barack Obama, PM Israel Benjamin Netanyahu menemukan sosok presiden AS yang ia inginkan dalam Donald Trump. Meski Trump tidak memiliki pengalaman dalam diplomasi dan ilmu nuklir, ia menyebut perjanjian internasional tersebut sebagai "kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan." Hal ini juga menjadi pokok kampanye pemilunya di 2016.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Siapa yang masih ada?
Meskipun ada sertifikasi IAEA dan protes dari Kemlu AS, Trump tetap menarik AS dari perjanjian pada 8 Mei. Pihak-pihak lain telah berjanji untuk tetap berada dalam kesepakatan. Diplomat top Uni Eropa, Federica Mogherini (kiri), sudah melakukan pembicaraan dengan para menteri luar negeri dari (ki-ka) Iran, Prancis, Jerman dan Inggris.