Kim Jong Tunda Aksi Militer Terhadap Korea Selatan
24 Juni 2020
Kim Jong Un diberitakan menunda rencana manuver militer di perbatasan ke Korea Selatan, setelah beberapa minggu ketegangan Utara-Selatan dan retorika tajam saudara perempuannya, Kim Yo Jong.
Iklan
Kantor berita pemerintah Korea Utara KCNA hari Rabu (24/6) memberitakan, pimpinan Korut Kim Jong Un memutuskan untuk menunda rencana “aksi militer” terhadap Korea Selatan. Keputusan itu dibuat selama rapat Komite Militer Pusat, yang "mempertimbangkan perkembangan aktual". Setelah pembahasan situasi, Kim Jong Un memutuskan untuk menangguhkan “tindakan pembalasan militer”, kata KCNA.
Selanjutnya disebutkan, rapat Komite Militer juga membahas bagaimana memperkuat langkah-langkah untuk "pencegahan perang nasional".
Pekan lalu, saudara perempuan pemimpin Korut, Kim Yo Jong, melontarkan retorika tajam dan memperingatkan “langkah balasan” atas “provokasi militer” dari Korea Selatan. Dia mengecam kegiatan para pembelot Korea Utara yang sering mengirim “pamflet-pamflet propaganda” dengan balon udara ke Korea Utara. Kim Yo Jong mengatakan, tindakan pembalasan itu termasuk juga “langkah militer”.
Korea Utara mengatakan, Korea Selatan telah gagal menghentikan kegiatan "para pengkhianat“ yang mengirim selebaran propaganda anti-Korut melintasi perbatasan. Selebaran itu melanggar kesepakatan Pakta Keamanan Korea untuk mencegah konfrontasi militer, kata Korea Utara.
Melawan Kim Jong Un Dengan Balon Udara
Sekelompok penduduk Korea Selatan mengirimkan propaganda berupa sinetron dan mie instan ke jiran di utara dengan menggunakan balon udara. Kiriman tersebut memancing sikap geram penguasa Pyongyang.
Foto: Reuters
Mie Instan dan Sinetron
Beberapa mengirimkan pamflet berisikan pesan demokrasi atau gambar kartun yang mengolok-olok Kim Jong Un, yang lain mengirimkan diska lepas USB berisikan sinetron atau film dokumenter tentang kekayaan Korea Selatan. Ada juga yang menitipkan selembar uang Dollar AS dan beberapa bungkus mie instan.
Foto: picture-alliance/Yonhap
Balon Melawan Komunisme
Ada banyak cara yang dilakukan Korea Selatan buat memerangi propaganda Komunisme Kim Jong Un di Korea Utara. Tapi propaganda balon udara adalah salah satu cara paling unik. Penggagasnya adalah aktivis demokrasi dan penduduk sipil yang mengklaim diri sebagai serdadu dalam perang propaganda dengan negeri paling tertutup di dunia itu.
Foto: picture-alliance/AP/L. Jin-man
Godaan Kemakmuran dan Kebebasan
"Cara paling cepat meruntuhkan sebuah rejim adalah dengan mengubah pikiran penduduk," kata Park Sang Hak, seorang pengungsi asal Korut. Dia mengajak pengungsi lain untuk mengirimkan ribuan balon berisikan propaganda ke jiran komunis di utara. Dengan balon tersebut dia ingin membuka pikiran warga Korut tentang kemakmuran di Cina dan di Korsel.
Foto: picture-alliance/AP/A. Young-joon
Senjata Makan Tuan
Pyongyang sebaliknya membalas dengan cara serupa. Tidak jarang ribuan balon dikirimkan ke selatan membawa pesan propaganda Komunisme dari era Perang Dingin. Pada awal 2017 silam sebuah pamflet berisikan umpatan kepada Presiden AS Donald Trump ditemukan di ibukota Seoul.
Foto: picture-alliance/Zuma/S. Il Ryu
Ancaman Pembunuhan Berbalas Penculikan
Pemerintah Korut kerap mengecam praktik propaganda balon. Terutama gambar yang mengolok-olok Kim Jong Un bisa memicu ketegangan diplomatik dengan Pyongyang. Ketika tahun 2015 muncul pamflet yang berisikan ancaman pembunuhan terhadap sang pemimpin besar, Korut mengancam bakal menculik aktivis propaganda balon.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Ahn Young-joon
Efektifitas Diragukan
Aktivis di Korea Selatan mengklaim komik bergambar atau sinetron dan makanan cepat saji yang dikirimkan dari selatan membantu membawa perubahan. Namun hingga kini belum ada studi terpercaya yang merinci jumlah penduduk Korut yang membaca atau menerima balon propaganda tersebut.
Foto: picture-alliance/Zuma/S. Il Ryu
Memicu Ketegangan di Perbatasan?
Tanpa adanya kejelasan mengenai efektivitas kampanye, aktivis balon dituding hanya mencari perhatian media buat menggalang dana sumbangan. Propaganda balon juga dikritik hanya memperburuk sentimen pemerintah Korut dan membahayakan situasi di perbatasan. Berulangkali serdadu Korut berupaya menembaki balon yang beterbangan melewati perbatasan.
Foto: Reuters
7 foto1 | 7
Militer Korea Utara juga mengancam akan menduduki kembali pos-pos penjaga perbatasan yang telah ditinggalkan di bawah kesepakatan antar-Korea, dan mengirim pasukan militer ke zona pariwisata dan ekonomi bersama.
Beberapa pengamat berspekulasi bahwa keputusan Kim Jong Un menunda manuver militer adalah upaya untuk mendapat konsesi dari Korea Selatan menghadapi sanksi ekonomi yang diberlakukan AS dan masyarakat internasional.
Tarik ulur AS-Korut
Presiden AS Donald Trump dan pimpinan Korut Kim Jong Un pertama kali bertemu dalam apa yang disebut-sebut sebagai "pertemuan bersejarah“ di Pulau Sentosa, Singapura, tahun 2018. Ketika itu keduanya menyatakan sepakat untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea dan membuka hubungan baru. Namun pertemuan kedua antara Donald Trump dan Kim Jong Un di Vietnam awal 2019 juga tidak menghasilkan kesepakatan konkrit.
Bulan Juni 2019, Trump dan Kim Jong Un kembali membuat pertemuan mendadak di Zona Demiliterisasi (DMZ) Panmunjon. Keduanya menekankan akan "melanjutkan dan mendorong dialog produktif untuk membuat terobosan baru dalam denuklirisasi semenanjung Korea".
Inilah Zona Yang Memisahkan Korea Utara dan Selatan
Selama Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang Korea Selatan, ketegangan antara kedua negara Korea mulai mencair. Kedua negara dipisahkan perbatasan darat sepanjang 248 kilometer. Banyak warganya merindukan reunifikasi.
Foto: Getty Images/C. Court
Terpisah sejak 65 tahun
Sejak 65 tahun semenanjung Korea terpisah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Setelah tiga tahun perang, pertempuran dihentikan tahun 1953 dengan pembentukan zona demiliterisasi (Demilitarized Zone - DMZ). Perbatasan itu panjangnya 248 Kilometer dan lebarnya sekitar 4 kilometer. Dalam foto di atas: Sebuah jalan utama menuju DMZ di Korea Selatan.
Foto: Getty Images/C. Court
Pagar berduri
Menurut kesepakatan, tidak boleh ada tentara yang ditempatkan di DMZ. Kawasan itu dijaga oleh komisi gencatan senjata yang terdiri dari wakil-wakil kedua negara. DMZ hanya bisa dimasuki atas ijin komisi ini. Pasukan kedua negara berpatroli secara rutin menjaga perbatasannya masing-masing, termasuk di kawasan pantai.
Foto: Getty Images/C. Court
Panmunjom, markas komisi gencatan senjata
Inilah markas komisi gencatan senjara di Panmunjom, tempat perundingan gencatan senjata sampai 1953. Tepat di tengahnya ada garis demarkasi antara Utara dan Selatan dan di atas garis demarkasi ada tiga barak berwarna biru. Barak-barak ini memiliki dua pintu, satu di sisi utara dan satu lagi disisi selatan.
Foto: Getty Images/C. Court
Rumah untuk dua negara
Barak yang berada di tengah adalah untuk pengunjung dari kedua negara, dan dibuka secara bergantian untuk pengujung dari Korea Utara atau dari Korea Selatan. Saat pengunjung memasuki ruangan, penjaga perbatasan dari negara asal pengunjung akan ikut masuk lalu menjaga pintu ke luar ke negara lainnya. Di dalam ruangan, pengunjung bebas melewati garis perbatasan.
Foto: Getty Images/C. Court
Anjungan panorama ke utara
Di Korea Selatan dibangun sebuah observatorium penyatuan kembali dekat kota Gesong. Dari sana pada cuaca cerah pengunjung bisa mengarahkan pandangan jauh ke kawasan Korea Utara.
Foto: Getty Images/C. Court
Tujuan wisata utama
Observatorium reunifikasi menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan dalam dan luar negeri. Tahun 2015, ada sekitar 13,2 juta warga Korea Selatan yang berkunjung ke tempat ini untuk melayangkan pandangan ke Korea Utara dengan teropong-teropong yang dipasang.
Foto: Getty Images/C. Court
Bendera seberat 270 kilogram
Di kawasan DMZ Korea Utara terletak desa Kijŏng-dong. Dulu Korea Utara memasang banyak pengeras suara di desa ini untuk menyebarkan propagandanya ke Korea Selatan. Penanda utama desa ini adalah sebuah menara setinggi 160 meter. Di pucuknya berkibar bendera besar Korea Utara dengan berat hampir 270 kg.
Foto: Getty Images/C. Court
Merindukan perdamaian dan penyatuan kembali
Tugu DMZ ini terletak dekat observatorium reunifikasi di Korea Selatan. Banyak wargayna merindukan suasana damai dan penyatuan kembali. Huruf DMZ besar ini ditulisi kata "Cinta" dan "Perdamaian" dalam berbagai bahasa. (Teks: Merlin Bartel/hp/yf)