Pemimpin Korea Utara bersumpah akan melancarkan perang terbuka jika "diganggu" oleh provokator asing. Tapi Pyongyang juga mengisyaratkan perbaikan hubungan dengan Korea Selatan demi "perdamaian dan rekonsiliasi."
Iklan
Pidato pergantian tahun seorang kepala negara biasanya berisikan harapan. Tapi tidak demikian halnya dengan Diktatur Korea Utara, Kim Jong Un. Dalam pidato yang disiarkan di televisi nasional itu, sang pemimpin besar mengklaim dirinya siap melancarkan perang terbuka jika diprovokasi oleh pihak asing yang bersifat "invasif".
"Kita akan terus bekerja dengan sabar untuk mencapai perdamaian di semenanjung Korea dan stabilitas regional," ucapnya. "Tapi jika ada pihak asing atau provokator yang menyentuh kita sedikit saja, kita tidak akan memaafkannya dan menjawabnya dengan perang suci demi keadilan."
Kendati tidak lebih dari sekedar propaganda, pidato Kim ditanggapi serius oleh analis keamanan yang ingin mencari petunjuk tentang kebijakan Korea Utara tahun depan. Pyongyang selama ini berbuat banyak buat merahasiakan struktur kekuasaan dan garis kebijakan rejim Kim.
Sebelumnya pengamat meyakini Kim akan menghindari ucapan bernada provaktf dalam pidato pergantian tahunnya. Pasalnya Pyongyang harus mulai menata ulang hubungannya dengan jiran Korea Selatan dan Cina yang mendingin sejak Kim Jong Un berkuasa.
Undangan rekonsiliasi dan perdamaian
Belum lama ini sang diktatur dari Pyongyang mengundang Seoul untuk berdialog demi "rekonsiliasi dan perdamaian", meski diselipi dengan ancaman kecil. Ia mewanti-wanti Korea Selatan terhadap tindakan yang bisa mengganggu "atmosfer rekonsiliasi," antara kedua negara.
Namun Pyongyang juha menekankan, pihaknya terbuka untuk berdialog dengan siapapun yang menginginkan perdamaian dan reunifikasi. Korut juga menyatakan bakal berupaya memperbaiki hubungannya dengan jiran Korsel secara "agresif."
Kim juga mengklaim dirinya akan menyelamatkan perekonomian Korea Utara yang tengah limbung dan meningkatkan standar kemakmuran penduduk. Ia juga meminta militer untuk mengembangkan teknologi baru.
Analis menilai Kim ingin mencatat keberhasilan diplomatik dan ekonomi yang konkret sebelum Konferensi Partai Buruh, Mei mendatang. Ia butuh meyakinkan elit politik di Pyongyang untuk memperkuat kekuasaannya.
Saling Ancam di Semenanjung Korea
Ratusan ribu warga Korea Utara menggelar rapat umum di Pyongyang merayakan sukses ujicoba atom ketiga kalinya. Sementara militer Korea Selatan bereaksi dengan menggelar manuver militer besar-besaran.
Foto: picture alliance/dpa
Seoul Unjuk Gigi
Aksi dan Reaksi. Korea Selatan bereaksi menunjukan kekuatan militernya, setelah aksi ujicoba atom Korea Utara. Seoul menggelar manuver militer besar-besaran bersama mitranya Amerika Serikat (13/02). Kementrian pertahanan Korea Utara setelah itu mengancam Korea Utara dengan serangan senjata presisi.
Foto: Reuters
Rudal Siap Tembak
Peluru kendali Korea Selatan disebutkan oleh kementrian pertahanan di Seoul berpresisi amat tinggi. "Jendela kamar kerja pimpinan Korea Utara dapat dilacak dan ditembak". Militer di Seoul mengatakan sudah mulai memasang sistem senjata baru itu tahun lalu.
Foto: Reuters
Ancaman Laten
Korea Selatan juga mengumumkan akan mempercepat pengembangan roket jarak jauh mereka, sebagai reaksi atas uji coba atom ketiga Korea Utara. Seoul pada bulan Oktober lalu menjalin kesepakatan dengan Amerika Serikat, untuk meningkatkan tiga kali lipat daya jangkau roket balistiknya.
Foto: Reuters
Latihan Perang Bersama
Manuver militer bersama selama 4 hari itu melibatkan pasukan artileri angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara. Pesawat tempur AS juga diikut sertakan. Amerika menempatkan 28.000 serdadunya di Korea Utara dan secara demonstratif menunjukan dukungan terhadap Seoul.
Foto: Reuters
Perayaan Rekayasa di Pyongyang
Rezim di Korea Utara merayakan sukses uji coba atom . Di lapangan Kim Il Sung di pusat kota Pyongyang, ribuan orang direkayasa untuk menggelar rapat umum propaganda menyambut sukses ketiga kalinya ujicoba bom atom, setelah ujicoba serupa tahun 2006 dan 2009.
Foto: Reuters
Kemenangan Bagi Kim Muda
Kepala negara Korea Utara, Kim Jong Un (30) tidak hadir dalam acara akbar di Pyongyang itu. Setahun setelah memangku jabatan, dia mencatatkan dua sukses besar. Sebelumnya, di bulan Desember 2012 sukses dilakukan ujicoba peluncuran roket jarak jauh, setelah uji coba pertama bulan April mengalami kegagalan.
Foto: Reuters
Argumen Korea Utara
Rezim di Pyongyang menyebutkan, ujicoba itu merupakan tindakan untuk beladiri, menghadapi politik permusuhan Amerika Serikat. Kantor berita resmi Korea Utara-KCNA melaporkan : "Situasi di semenanjung Korea amat kritis, karena sebuah insiden kecil saja, bisa memicu perang total".
Foto: Reuters
Situasi Perang Sejak 60 Tahun
Enam dekade setelah berakhirnya perang Korea tahun 1963, kedua negara Korea itu masih tetap berada dalam "situasi perang". Pasalnya, antara Korea Utara dan Korea Selatan hanya tercapai kesepakatan gencatan senjata, yang dulu dijadikan dasar dihentikannya pertempuran. Sebuah kesepakatan perdamaian tidak pernah diratifikasi. Perbatasan dijaga amat ketat.