1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kim Yo Jong Jadi Penerus Takhta Kim Jong Un?

Frank Smith
1 Mei 2020

Kim Jong Un belum terlihat di depan publik sejak 11 April lalu. Berita tentang kesehatan yang memburuk, bahkan isu kematiannya pun bermunculan. Jika pemimpin Korea Utara itu meninggal, siapa yang pantas menggantikannya?

Kim Yo Jong
Foto: Getty Images/J. Silva

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un terakhir kali terlihat tampil di depan publik ketika ia memimpin rapat Partai Buruh pada 11 April lalu. Dia belum terlihat lagi sejak itu. Spekulasi tentang kematiannya pun bermunculan.

Kim juga tidak tampak di perayaan ulang tahun kakeknya, Kim Il Sung, yang merupakan pendiri negara itu, pada 15 April lalu. Padahal, tanggal tersebut jadi sebuah peristiwa yang menandai hari paling penting dalam kalender politik Korea Utara.

Laporan media internasional yang mengutip sumber-sumber intelijen mengabarkan bahwa Kim yang berusia 37 tahun itu telah menjalani operasi jantung dan berada dalam kondisi "kritis". Pemerintah di Korea Selatan dengan cepat meredam isu tersebut dengan mengatakan bahwa situasi di Korea Utara tampak normal seperti biasa.

Pyongyang juga menampik laporan tersebut dengan menyebutnya sebagai rumor yang tidak berdasar - seperti yang biasa dilakukan ketika pemerintahan pemimpin tertinggi mereka dipertanyakan - terus memicu ketidakpastian.

Laporan pertama yang muncul pekan lalu mengatakan bahwa Kim sedang dirawat karena masalah jantung. Media online yang berbasis di Seoul, NK News melaporkan bahwa Kim telah dirawat di Hyangsan Medical Center, sebuah rumah sakit canggih yang disiapkan untuk untuk para anggota pengikut Kim di provinsi Pyongan Utara. Mengutip sumber di Korea Utara, NK News - yang sebagian besar dioperasikan oleh penyintas dari Korea Utara - mengatakan Kim kini sedang menjalani pemulihan di sebuah vila.

Spekulasi tentang kesehatan Kim ini juga menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan siapa penggantinya.

"Tidak ada transparansi tentang siapa yang akan menjadi pemimpin Korea Utara berikutnya. Tidak ada kepastian," ujar Lee Seong-hyon, seorang peneliti di Sejong Institute, Korea Selatan, kepada DW.

Ikatan kakak-beradik

Legitimasi pemerintah Korea Utara berkaitan erat dengan dinasti Kim. Kim Jong Un mengambil alih pucuk kepemimpinan setelah ayahnya, Kim Jong Il, meninggal pada tahun 2011. Kim Jong Il menggantikan ayahnya, Kim Il Sung, pendiri Korea Utara, pada tahun 1994.

Sempat ada kekhawatiran bahwa Kim dirasa terlalu muda untuk mengisi posisi tersebut pada tahun 2011, tetapi pemimpin muda itu berhasil menunjukkan kekuatannya di negara komunis tersebut di tahun-tahun berikutnya.

Para pengamat mengatakan bahwa adik perempuan Kim, Kim Yo Jong, paling cocok untuk menggantikan Kim Jong Un jika terjadi sesuatu pada dirinya.

Pengamat Korea mengatakan bahwa kakak beradik itu memiliki ikatan yang kuat. Keduanya menghabiskan waktu bersama di Swiss pada akhir 1990-an. "Kim Jong Un dan Kim Yo Jong melalui banyak hal bersama," ungkap Bong Youngshik dari Universitas Yonsei di Seoul kepada DW. Ia pun menambahkan bahwa hubungan keduanya tetap terjaga ketika mereka kembali ke Korea Utara.

Siapakah Kim Yo Jong?

Pada Januari 2017, Departemen Keuangan AS pernah menjatuhkan sanksi pada Kim Yo Jong yang saat itu masih berusia 28 tahun bersama dengan pejabat Korea Utara lainnya karena melakukan "pelanggaran berat hak asasi manusia."

Pada Oktober 2017, Kim Jong Un pun mengangkat Kim Yo Jong menjadi anggota politbiro - dewan pimpinan partai komunis - menggantikan bibinya, Kim Kyong Hee, yang mempunyai peran sentral saat mantan pemimpin Korea Utara Kim Jong Il masih hidup.

Dalam wawancara sebelumnya dengan DW, Michael Madden, seorang pengamat Korea Utara dari Universitas Johns Hopkins, dalam situs web "38 North", mengatakan bahwa Kim Yo Jong adalah salah satu "orang kepercayaan terdekat" diktator Korea Utara Kim Jong Un.

"Kim Yo Jong adalah anak bungsu dari tujuh anak Kim Jong Il, dan adik perempuan dari Kim Jong Un. Ibunya, Ko Yong Hui, adalah anggota dari Kelompok Seni Mansudae yang terkenal dan merupakan istri sah Kim Jong Il," kata Madden.

"Kim Yo Jong menerima les privat di rumah dan bersama dengan Kim Jong Un menempuh pendidikan di dua sekolah di dekat Bern, Swiss, selama tahun 1990-an sampai awal tahun 2000-an. Dia kemudian berkuliah di Korea Utara dan mengambil kelas di Eropa Barat tak lama setelahnya," tambah Madden.

Kim Yo Jong adalah anak bungsu dari tujuh anak Kim Jong Il, dan adik perempuan Kim Jong Un.Foto: picture-alliance/Yonhap

Kim Yo Jong pertama kali terlihat berdiri di samping sekretaris pribadi ayahnya, Kim Ok, yang diduga merupakan simpanan Kim Jong Il, pada konferensi ketiga Partai Buruh pada September 2010.

Pada 2012, Kim Yo Jong dilaporkan diberi jabatan manajer tur untuk Kim Jong Un di bawah Komisi Pertahanan Nasional.

Pada Oktober 2014, Kim Yo Jong juga dilaporkan mengambil alih tugas negara ketika Kim Jong Un yang sedang sakit tengah menjalani perawatan medis. Pada November 2014, ia diangkat sebagai wakil direktur Departemen Propaganda dan Agitasi Partai Buruh Korea (WPK).

"Sebagai salah satu pembantu dekat saudara laki-lakinya, dia melakukan tugas-tugas administrasi tambahan - menerima laporan, memberi pengarahan kepada saudaranya, meneruskan instruksinya, memanggil pejabat senior," papar Madden.

Tahun lalu, Kim Yo Jong terlihat bersama kakaknya di berbagai acara pertemuan, termasuk pertemuan Kim Jong Il dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Presiden AS Donald Trump. Para pengamat mengatakan dia juga bekerja untuk meningkatkan citra internasional kakaknya.

Kim Yo Jong menghilang dari publik untuk waktu yang singkat setelah pertemuan denuklirisasi di Vietnam yang gagal antara Kim Jong Un dan Trump. Namun, dia muncul kembali beberapa bulan kemudian.

Dipersiapkan untuk perannya di masa mendatang?

Mereka yang tidak mendukung Kim Yo Jong berpendapat bahwa Kim Yo Jong terlalu muda dan tidak berpengalaman untuk memimpin Korea Utara. Selain itu, masyarakat Korea Utara dinilai sangat patriarkis, dan tidak akan mudah bagi seorang wanita untuk memimpin negara. Namun, beberapa pengamat mengatakan Kim Yo Jong mungkin menjadi pilihan terbaik dalam skenario saat ini.

Sebelum mengambil alih kepemimpinan pada 2011, Kim Jong Un sudah dipersiapkan oleh ayahnya dan partai pendukungnya. Media Korea Utara juga terus memuji Kim muda, memproyeksikan dia sebagai pemimpin Korea Utara berikutnya. Kim Yo Jong telah melakukan perannya secara efektif, dan media lokal menyambutnya secara positif.

Lee Seong-hyon dari Sejong Institute mengatakan bahwa Kim Yo Jong sudah menikmati “status orang monor dua tidak resmi di Korea Utara" karena latar belakang keluarganya.

(rap/gtp)

 

Shamil Shams dan Julian Ryall turut berkonribusi dalam artikel ini.