Ratusan akun palsu dalam media sosial dimanfaatkan para buzzer untuk mendukung dan mengejek kandidat calon presiden. Pendapatan mereka bisa mencapai hingga 50 juta Rupiah per bulan.
Iklan
Hampir setiap hari, "Janda", ibu rumah tangga dengan 2.000 pengikut di Twitter membagikan tips gaya hidup, mengeluh tentang kehidupan kota dan memuji bagaimana pemerintahan Presiden Joko Widodo memperbaiki hidupnya sebagai seorang ibu muda.
Namun "Janda” sang Ibu rumah tangga tidak eksis. Pemilik akun Twitter itu sebenarnya adalah pria paruh baya yang belum menikah. Ia menawarkan layanan media sosial politik untuk mendukung terpilihnya kembali Presiden Jokowi.
Pria paruh baya tersebut adalah pemimpin dari salah satu kelompok yang disebut "buzzer". "Medan pertempuran kami adalah media sosial. Konten yang kami buat untuk pemilu mencapai setidaknya satu juta orang per minggu," kata pemilik akun Janda, yang menolak untuk menyebutkan namanya karena pekerjaannya secara hukum berada di area abu-abu.
Mereka Yang Tersandung Kasus UU ITE
Hadirnya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik membuat orang harus lebih hati-hati dalam bertindak dan berucap di media sosial. Berikut ini orang-orang yang pernah tersandung kasus UU ITE. Simak daftarnya.
Foto: Getty Images/AFP/Bahtiar
Ariel "Peterpan"
Nazriel Ilham alias Ariel, mantan vokalis grup band Peterpan, dijerat pasal berlapis yakni UU ITE dan juga UU Pornografi pada 2009 silam. Ia dituduh merekam video porno yang diduga mirip dengannya bersama artis peran Luna Maya serta Cut Tari. Sekalipun tidak menyebarkan, dia dinyatakan bersalah karena video itu beredar luas ke publik. Ariel divonis 3,5 tahun penjara dan denda 250 juta rupiah.
Foto: dapd
Koin Untuk Prita
Bisa dibilang UU ITE mulai marak menjadi perbincangan setelah kasus Prita Mulyasari (2008/2009). RS Omni International Alam Sutera, Tangerang, menggugat Prita karena ia mengirim email kepada rekan-rekannya berisikan keluhan atas layanan RS itu. Atas tindakannya Prita diwajibkan membayar denda sebesar 204 juta rupiah. Ini memicu simpati publik yang kemudian membentuk kelompok ‘’Koin Untuk Prita’.
Foto: STR/AFP/Getty Images
Hary Tanoesoedibjo
Pada tahun 2017, bos MNC Group ini diduga melanggar pasal 29 nomor 11 tahun 2008 UU ITE. Hal ini bermula ketika Hary Tanoe mengirimkan pesan singkat kepada Kepala Subdirektorat Penyidik Tindak Pidana Korupsi Kejaksaan Agung Yulianto. Agung menilai pesan-pesan yang dikirim Hary Tanoe sebagai ancaman. Atas dasar itulah pada 28 Januari 2016, Agung melaporkan Hary Tanoe ke Bareskrim Polri.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Ibrahim
Baiq Nuril Makmun
Mantan guru honorer SMA 7 Mataram, Baiq Nuril, harus merasakan kenyataan pahit saat ia divonis bersalah terkait tindak pidana UU ITE. Ia merekam pembicaraan telfon dengan kepala sekolah SMA 7 Mataram saat itu - inisial M. Ia merasa M melontarkan kalimat-kalimat bernada pelecehan. Ironisnya M justru melaporkan Baiq Nuril ke polisi. Akhirnya September 2018, MA memvonis Baiq enam bulan penjara.
Foto: Getty Images/AFP/Pikong
Vanessa Angel
16 Januari 2019 Vanessa Angel resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus prostitusi online. Ia dijerat pasal 27 ayat 1 UU ITE. Hal ini karena Vanessa dengan sengaja mengirimkan foto dan video tak senonoh melalui pesan elektronik di handphone kepada muncikari. Foto dan video inilah yang kemudian tersebar dan digunakan oleh para mucikari untuk menawarkan Vanessa kepada pelanggan prostitusi online.
Foto: instagram.com/vanessaangelofficial
Ahmad Dhani
Paling anyar, pentolan grup musik Dewa 19, Ahmad Dhani akhirnya divonis Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan pidana 1,5 tahun karena terbukti bersalah atas kasus ujaran kebencian. Ia terbukti melakukan ujaran kebencian dengan tiga cuitan di akun Twitter @AHMADDHANIPRAST. Pria asal Surabaya ini dijerat Pasal 45A ayat 2 UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. (rap/hp)
Foto: Getty Images/AFP/Bahtiar
6 foto1 | 6
Dalam wawancara dengan Reuters, lebih dari selusin anggota tim buzzer, konsultan media sosial dan pakar siber menjelaskan berbagai bentuk operasi media sosial yang, menurut mereka, menyebar propaganda, baik atas nama Jokowi maupun Prabowo.
Di bawah UU ITE, pembuatan dan penyebaran berita palsu adalah ilegal, tetapi memiliki akun media sosial dengan nama palsu tidak, kecuali akun tersebut meniru dan berpura-pura menjadi orang lain. Kebanyakan buzzer memegang akun dengan nama palsu.
Tiga tim buzzer yang langsung terlibat dalam kampanye saat ini menggambarkan bagaimana mereka mengoperasikan ratusan akun media sosial yang dipersonalisasi. Satu tim menolak sangkaan bahwa mereka menyebarkan berita palsu, sementara dua tim lain mengatakan mereka tidak peduli dengan keakuratan konten.
Tim kampanye dari kedua kandidat presiden membantah menggunakan buzzer atau menyebarkan berita palsu.
Ross Tapsell, seorang ahli politik dan media di Australia National University, mengatakan bahwa sudah menjadi hal yang normal untuk kandidat di Asia Tenggara menyewa ahli strategi kampanye online, yang menggerakkan sepasukan orang untuk menyebarkan konten di media sosial.
"Jadi tidak ada hubungan langsung sama sekali dengan kandidat," katanya.
Kampanye buzzer telah jauh melampaui upaya Facebook dan perusahaan media sosial lainnya untuk membatasi penciptaan akun palsu dan penyebaran berita palsu, kata pakar siber. Reuters menemukan bahwa meskipun akun robot kadang-kadang dihapus, akun palsu yang dipersonalisasi seperti "Janda" tersebar luas di platform Twitter dan Facebook, meskipun melanggar aturan perusahaan.
Bagaimana Media Sosial Ubah Otak Anda
Pernah merasa tidak bisa menyetop diri menggunakan media sosial? Media sosial memang asik dan disukai masyarakat luas. Tapi apa itu sehat buat otak Anda?
Foto: picture-alliance/dpa/S. Kahnert
Tidak Bisa Mengontrol Diri?
Menurut data yang dikumpulkan lembaga pendidikan TED (Technology, Entertainment, Desain) sepertiga penduduk dunia menggunakan media sosial. Lima sampai 10 persen pengguna internet menyatakan sulit mengontrol waktu saat menggunakan media sosial. Menurut hasil pemindaian otak, ada bagian otak yang alami gangguan, dan itu bagian yang sama seperti pada pengguna narkoba.
Foto: Imago/All Canada Photos
Menyebabkan Kecanduan
Bagian otak yang terganggu terutama yang mengontrol emosi, perhatian dan pengambilan keputusan. Orang merasa senang pada media sosial, karena segera memberikan "imbalan" tanpa perlu upaya besar. Oleh sebabnya itu otak ingin mendapat stimulasi makin banyak, dan akhirnya menyebabkan ketagihan. Seperti halnya ketagihan obat terlarang.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Tampak Seperti Multi-Tasking
Orang tampaknya mampu melaksanakan multi-tasking antara pekerjaan dan berkomunikasi dengan teman atau membaca berita terakhir dari teman lewat media sosial. Itu tampaknya saja. Semakin banyak menggunakan media sosial menyebabkan semakin kurangnya kemampuan otak untuk menyaring "gangguan" dan menyebabkan otak tidak mampu menempatkan informasi dalam ingatan.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Klose
Bergetar Atau Tidak?
Sejalan dengan penggunaan medsos lewat ponsel pintar, muncul fenomena baru "phantom vibration syndrome". Orang merasa ponsel bergetar, tapi sebenarnya tidak. Menurut sebuat studi, 89% dari pengikut riset rasakan ini, sedikitnya sekali dalam dua minggu. Tampaknya: otak menerima rasa gatal dan mengubahnya menjadi getaran yang dirasakan tubuh. Sepertinya teknologi mulai mengatur ulang sistem syaraf.
Foto: Getty Images/AFP/W. Zhao
Makin Terfokus pada Diri Sendiri
Media sosial juga menyebabkan otak makin banyak melepas Dopamin, yang sebabkan tubuh merasa senang. Menurut ilmuwan, pusat pemberian imbalan pada otak menunjukkan aktivitas lebih tinggi, jika orang bicarakan pandangan mereka, daripada jika mendengarkan pendapat orang. Itu tidak mengherankan. Tapi dalam interaksi langsung, hanya 30-40% isinya mengenai diri sendiri. Sementara dalam media sosial 80%.
Foto: imago/Westend61
Imbalan untuk Bicara Tentang Diri Sendiri
Semua bagian otak yang berkaitan dengan orgasme, motivasi, cinta terstimulasi hanya dengan menggunakan media sosial. Dan itu lebih besar lagi dampaknya, jika Anda menyadari bahwa Anda punya "penonton". Misalnya jumlah "likes" di Facebook atau jumlah "followers" di Twitter tinggi. Jadi tubuh memberikan imbalan sendiri kepada kita, hanya karena membicarakan tentang diri sendiri lewat internet.
Sebaliknya dampak positif juga ada. Menurut studi hubungan pacaran terhadap sejumlah pasangan, sebagian besar cenderung lebih saling suka, jika awalnya berkenalan lewat jalur maya. Dibanding jika kenal lewat interaksi langsung. Kemungkinan ini disebabkan karena orang lebih bisa anonim di dunia virtual, dan lebih punya kesempatan mengemukakan tujuan yang ingin dicapai dalam hidup.
Foto: DW
7 foto1 | 7
Diperlukan sinergi
Informasi salah yang disebarkan oleh akun asli - yang sering dikooptasi oleh tim buzzer - merajalela di Facebook, Instagram, WhatsApp dan Twitter. Perusahaan media sosial tersebut mengatakan mereka bekerja dengan pemerintah untuk memberantas konten palsu.
Perwakilan dari Twitter, Facebook, dan Whatsapp memberi tahu Reuters mereka secara teratur menghapus akun-akun palsu di Indonesia, tetapi mereka menolak untuk menyebutkan jumlah.
Seorang juru bicara Twitter mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka sedang berupaya menghapus jaringan akun yang terlibat dalam penyebaran informasi yang salah.
Facebook, yang menganggap Indonesia sebagai pasar terbesar ketiga di dunia dengan perkiraan 130 juta akun, mengatakan ada pelatihan bagaimana menandai berita palsu, yang kemudian dievaluasi oleh moderator dan dihapus jika melanggar standar komunitasnya.
Facebook Beli WhatsApp
Facebook terus mengembangkan sayap. Mark Zuckerberg membeli perusahaan penyedia jasa pesan pendek yang populer di kalangan remaja : WhatsApp seharga 19 milyar Dolar AS.
Foto: picture-alliance/dpa
Hidup Tanpa WhatsApp?
Bagi banyak pengguna smartphone, hidup tanpa WhatsApp kini sulit dibayangkan lagi. Lebih 450 juta pengguna WhatsApp di seluruh dunia setiap hari memanfaatkan layanan ini untuk saling berkomunikasi. Khususnya di kalangan remaja jasa pengiriman pesan pendek ini amat ngetren.
Foto: picture-alliance/dpa
Kerabat Baru
Jasa pengirim pesan Messenger dari Facebook tidak lagi populer. Dengan membeli WhatsApp seharga 19 milyar Dolar AS, Facebook hendak menggenjot lagi posisi bisnisnya dengan jasa pengiriman pesan pendek ke ranking terdepan.
Foto: picture-alliance/dpa
Penemu WhatsApp
Jan Koum adalah penggagas WhatsApp, dan bersama sahabatnya Brian Actom, pada 2009 mendirikan perusahaan layanan jasa itu. Ini merupakan sejarah sukses terbesar dari sektor bisnis teknologi. Jan Koum belum lama ini masih sesumbar :"Kami ingin lebih besar, dan tidak berniat menjualnya". Kini, dia yang besar, dalam artian kaya raya.
Foto: picture-alliance/dpa
Raksasa Komunikasi
Para pengamat yang pesimis, meramalkan masa kejayaan Facebook akan segera berlalu. Tapi setelah fase pendirian di Palo Alto, kini markas perusahaan di Menlo Park di selatan San Francisco, tumbuh menjadi raksasa komunikasi, yang menghubungkan milyaran orang di seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Tetap Tertawa
Mark Zuckerberg selalu tampil santai dengan pakaian gaya anak muda. Ia tertawa makin lebar, setelah mengakuisisi WhatsApp, karena salah satu pesaing kuat sudah ditaklukkan. Dengan "chat realtime" via smartphone sedunia, pelan-pelan layanan sms klasik dengan ponsel akan tamat riwayatnya.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Instagram Sudah Jadi Keluarga
Instagram : jasa layanan dimana penggunanya bisa memposting foto dan melakukan konfigurasi baru, sejak Desember 2012 sudah jadi anggota keluarga Facebook. Saat itu, Instagram dibeli relatif murah seharga satu milyar Dolar AS.
Foto: picture alliance/AP Images
Korban Berikutnya?
Tinggal masalah waktu, Snapchat juga akan diambil alih. Dengan app ini, para pengguna bisa mengirim pesan, foto atau video yang beberapa waktu kemudian menghapus konten secara otomatis. Snapchat kini juga ngetren di kalangan remaja. Facebook tahun lalu sudah mengajukan tawaran akuisisi senilai 3 milyar Dolar AS. Tawaran ditolak para petinggi Snapchat, karena dinilai terlalu rendah.
Foto: picture-alliance/dpa
7 foto1 | 7
Bagi Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, upaya itu tidak cukup. Dia mengatakan pemerintah telah meminta perusahaan media sosial untuk bekerja dengan pihak berwenang untuk membuat prosedur operasi standar yang memungkinkan berita palsu dan hoaks untuk langsung ditandai dan dihapus. Mereka belum memenuhi permintaan Kementerian.
"Kami menduga hal ini akan menjadi jauh lebih buruk ketika pemilihan umum semakin dekat," kata Harry Sufehmi, salah satu pendiri Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah). Organisasi yang memberantas berita palsu tersebut pernah mendaftarkan hampir 500 informasi hoaks di media sosial yang terkait dengan politik pada tahun 2018.
Dia adalah satu dari tiga ahli yang penelitiannya menemukan bahwa proporsi yang lebih besar dari penyebaran informasi yang salah menargetkan Jokowi, seperti misalnya informasi yang menggambarkannya sebagai anti-Islam, antek Cina atau Komunis.
Seorang pemimpin tim buzzer mengecek dua ponsel yang memiliki lebih dari 250 akun Facebook, Instagram, Whatsapp, YouTube dan Twitter, semuanya dengan persona palsu. Dia memperbarui lima akun dengan postingan memuji prestasi Jokowi atau mengejek Prabowo.
Dia membantah menyebarkan informasi yang salah, dan lebih fokus kepada konten yang menyoroti kebajikan kliennya. Tapi dia mengaku, dia memang mencari kesalahan lawan sebagai bagian dari "paket lengkap" posting dan video yang dia jual seharga 200 juta Rupiah sebulan.
Stafnya yang berjumlah 15 orang, yang ia sebut sebagai "pasukan siber", tersebar di seluruh Indonesia. Banyak di antara mereka tidak menyadari identitas utama klien, katanya.
Dia mengatakan kepada Reuters bahwa dia dibayar oleh penasihat tim kampanye Jokowi.
Ace Hasan Syadzily, Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi- KH Ma'ruf Amin, membantah klaim kelompok tersebut, dan mengatakan "tim kampanye memiliki kewajiban untuk melawan narasi yang salah atau negatif " terhadap Jokowi.
Temu Akbar Relawan Jokowi se-Eropa di Belanda
Temu Akbar Relawan Jokowi se-Eropa di Belanda, 3 Maret 2019.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Lebih 1000 relawan dan simpatisan
Sekitar 1400 relawan dan simpatisan pasangan calon presiden Jokowi-Ma'ruf Amin berkumpul dekat kota Den Haag, Belanda, hari Minggu, 3 Maret 2019. Acara diselingi dengan sajian-sajian budaya nusantara berupa musik dan tarian.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Politisi Demokrat, PDIP dan PSI
Acara diramaikan oleh para caleg dan wakil partai dari Jakarta. Dalam gambar tampak di panggung anggota DPR dari Partai Nasdem Okky Asokawati (kiri), politisi muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany Alatas (tengah) dan Juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Ruhut Sitompul (kanan).
Foto: DW/H. Pasuhuk
Dari berbagai negara
Para relawan dari lebih 20 negara Eropa datang untuk mendengarkan pesan-pesan Presiden Jokowi (lewat video) dan tim kampanye Jokowi-Ma'ruf Amin yang datang dari Jakarta.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Datang dengan biaya sendiri
Para relawan dan simpatisan datang dari berbagai negara dengan biaya sendiri, dari utara sampai selatan Eropa. Dalam foto tampak rombongan relawan dari Austria.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Rombongan relawan Inggris
Puluhan relawan dan simpatisan dari Inggris juga hadir di Belanda. Untuk acara ini, mereka kebanyakan menginap 2 malam di Amsterdam dan sekitarnya.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Semangat militan perempuan pendukung Jokowi-Maruf Amin
Para relawan dengan semangat militan memenuhi ruangan dengan teriakan sliogan sahut-menyahut. Kebanyakan yang hadir adalah perempuan.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Konsolidasi relawan dari seluruh Eropa
Acara di Belanda diorgansiasi oleh kelompok relawan seperti Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP), Bravo-5, Gerakan Wadyabala Jokowi (GWJ) Jaringan Kemandirian Nasional (Jaman), Pos Raya, Satu Indonesia, Teman Jokowi, serta berbagai organisasi kelompok relawan mandiri lainnya.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Diramaikan tim kampanye dari Jakarta
Tim kampanye dari Jakarta yang hadir di Belanda antara lain juru bicara tim kapanye Ruhut Sitompul (kanan), pengamat politik Andy Widjajanto (kedua dari kanan) dan politisi PDIP Budiman Sujatmiko (kedua dari kiri). (Teks: Hendra Pasuhuk/ap)
Foto: DW/H. Pasuhuk
8 foto1 | 8
Tim buzzer lain mengatakan mereka dibayar oleh penasihat untuk Prabowo, sementara tim ketiga mengatakan mereka menyediakan layanan untuk agensi media sosial yang digunakan oleh kedua tim kampanye.
Anthony Leong, koordinator tim digital Prabowo, membantah mereka menggunakan tim buzzer, dan mencatat bahwa tim kampanye mereka mewajibkan "10.000 sukarelawan digital" untuk menggunakan nama asli dan hanya mengizinkan mereka memposting "konten positif".
Pekerjaan yang menyenangkan
Menurut para buzzer yang diwawancarai, "prajurit siber" junior dapat dibayar antara 1 juta hingga 50 juta Rupiah per proyek tergantung pada jangkauan akun media sosialnya.
"Bagi kami, pekerjaannya menyenangkan ... dan gajinya layak," ungkap buzzer yang mengatakan dia adalah kontraktor untuk agen media sosial yang digunakan oleh tim kampanye Jokowi dan Prabowo.
Dia mengatakan perannya adalah menciptakan trending topic selama momen kunci pemilu, menggunakan tagar dan konten yang disediakan oleh agennya.
"Bagi saya, tidak ada hoaks atau konten negatif. Materi hanya datang dari klien," katanya kepada Reuters.
6 Kabar Hoax yang Menyulut Perang
Ia bisa memicu konflik, menggulingkan pemerintahan dan memecah belah satu bangsa: kabar bohong alias Hoax sejak lama ikut menggerakkan sejarah peradaban manusia. Inilah kisahnya:
Foto: Fotolia
Fenomena Beracun
Kabar bohong kembali mengalami kebangkitan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada hakikatnya, berita palsu yang marak di media-media sosial saat ini tidak berbeda dengan propaganda hitam yang disebar buat memicu perang dan kebencian pada abad silam. Fenomena itu mengandalkan jumlah massa untuk membumikan sebuah kebohongan. Karena semakin banyak yang percaya, semakin nyata juga sebuah berita
Foto: Fotolia/svort
Oplah Berganda buat Hearst
Pada 1889 pengusaha AS William Hearst ingin agar AS mengobarkan perang terhadap Spanyol di Amerika Selatan. Untuk itu ia memanfaatkan surat kabarnya, Morning Journal, buat menyebar kabar bohong dan menyeret opini publik, antara lain tentang serdadu Spanyol yang menelanjangi perempuan AS. Hearst mengintip peluang bisnis. Karena sejak perang berkecamuk, oplah Morning Journal berlipat ganda
Kebohongan Memicu Perang Dunia
Awal September 1939, Adolf Hitler mengabarkan kepada parlemen Jerman bahwa militer Polandia telah "menembaki tentara Jerman pada pukul 05:45." Ia lalu bersumpah akan membalas dendam. Kebohongan yang memicu Perang Dunia II itu terungkap setelah ketahuan tentara Jerman sendiri yang membunuh pasukan perbatasan Polandia. Karena sejak 1938 Jerman sudah mempersiapkan pendudukan terhadap jirannya itu.
Foto: Getty Images/H.Hoffmann
Kampanye Hitam McNamara
Kementerian Pertahanan AS mengabarkan bahwa kapal perang USS Maddox ditembaki kapal Vietnam Utara pada 2 dan 4 Agustus 1964. Insiden di Teluk Tonkin itu mendorong Kongres AS menerbitkan resolusi yang menjadi landasan hukum buat Presiden Lyndon B. Johnson untuk menyerang Vietnam. Tapi tahun 1995 bekas menhan AS, Robert McNamara, mengakui insiden tersebut adalah berita palsu.
Foto: NATIONAL ARCHIVES/AFP/Getty Images
Kesaksian Palsu Nariyah
Seorang remaja putri Kuwait, Nariyah, bersaksi di depan kongres AS pada 19.10.1990 tentang kebiadaban prajurit Irak yang membunuh puluhan balita. Kesaksian tersebut ikut menyulut Perang Teluk. Belakangan ketahuan Nariyah adalah putri duta besar Kuwait dan kesaksiannya merupakan bagian dari kampanye perusahaan iklan, Hill & Knowlton atas permintaan pemerintah Kuwait.
Foto: picture alliance/CPA Media
Operasi Tapal Besi
April 2000 pemerintah Bulgaria meneruskan laporan dinas rahasia Jerman tentang rencana pembersihan etnis ala Holocaust oleh Serbia terhadap etnis Albania dan Kosovo. Buktinya adalah citra udara dari lokasi kamp konsentrasi. Laporan tersebut menggerakkan NATO untuk melancarkan serangan udara terhadap Serbia. Rencana yang diberi kode "Operasi Tapal Besi" itu tidak pernah terbukti hingga kini.
Foto: Yugoslav Army/RL
Bukti Kosong Powell
Pada 5 Februari 2003 Menteri Luar Negeri AS, Colin Powell, mengklaim memiliki bukti kepemilikan senjata pemusnah massal oleh Irak pada sebuah sidang Dewan Keamanan PBB. Meski tak mendapat mandat PBB, Presiden AS George W. Bush, akhirnya tetap menginvasi Irak buat meruntuhkan rejim Saddam Hussein. Hingga kini senjata biologi dan kimia yang diklaim dimiliki Irak tidak pernah ditemukan.
Foto: AFP/Getty Images
7 foto1 | 7
Pradipa Rasidi, seorang peneliti di Universitas Indonesia, mengatakan kebanyakan buzzer adalah mereka yang baru lulus, "karena sulit mencari pekerjaan setelah lulus dari universitas dan gaji (buzzer) lebih tinggi ".
Tetapi risiko hukumnya nyata. Aktivitas buzzer dapat berujung penjara jika mereka dinilai melanggar hukum.
Ketiga buzzer yang diwawancarai oleh Reuters menolak untuk memberi nama atau memberikan rincian cara kerja mereka karena adanya risiko tersebut.
Namun, mendapat hukuman dari perusahaan media sosial tidak menimbulkan kekhawatiran: tidak ada yang pernah memiliki akun palsu atau posting yang dihapus.
Perusahaan Yang Tinggalkan Facebook Setelah Skandal Data Pribadi
Beberapa perusahaan besar menyatakan mereka meninggalkan Facebook atau untuk sementara berhenti menggunakan media sosial ini. Tapi Facebook mengatakan, tidak banyak perusahaan yang ikut aksi #deletefacebook.
Foto: Getty Images/J. Kempin
Playboy Enterprises
Playboy Enterprises mengatakan telah menutup laman Facebook-nya saat skandal seputar media sosial itu berkembang. Playboy mengatakan, skandal privasi ini adalah insiden terakhir setelah lama mengalami kesulitan memposting ke situs tersebut karena aturan ketat Facebook. Sekitar 25 juta orang sebelumnya berinteraksi dengan halaman Facebook Playboy.
Foto: Getty Images/J. Kempin
SpaceX dan Tesla
Elon Musk, miliarder di belakang produsen mobil listrik Tesla dan program roket SpaceX, menulis di Twitter bahwa dia akan menghapus akun Facebook kedua perusahaannya. Keputusan itu tampaknya spontan setelah Musk menulis dia "tidak menyadari" bahwa SpaceX punya akun Facebook. Akun kedua perusahaan masing-masing memiliki sekitar 2,6 juta pengikut sebelum dihapus.
Foto: Reuters/T. Baur
Mozilla
Perusahaan di balik browser populer Firefox mengatakan dalam sebuah pernyataan, perusahaan itu "mengusahakan jeda" iklan Facebook-nya. Namun dikatakan, mereka tidak akan menghapus akun Facebook-nya, tetapi berhenti memposting pembaruan rutin pada akun. "Jika Facebook mengambil tindakan yang lebih tegas dalam cara berbagi data pelanggan... kami akan mempertimbangkan (langkah itu) kembali," katanya.
Foto: LEON NEAL/AFP/Getty Images
Sonos
Perusahaan AS yang khusus membuat sound system ini mengatakan, mereka menarik iklan-iklannya dari Facebook dan platform media sosial lainnya termasuk Instagram. Sonos mengatakan, apa yang terjadi akhir-akhir ini "membangkitkan tanda tanya", apakah Facebook serius ingin menjaga kerahasiaan data-data pribadi. Tapi Sonos tidak menghapus akun Facebooknya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Sonos
Commerzbank
Salah satu bank terbesar Jerman, Commerzbank, menyatakan akan memberhentikan untuk sementara iklan di Facebook. Direktur Utama Commerzbank mengatakan kepada harian ekonomi Jerman Handelsblatt: Kami jeda dulu dari iklan di Facebook. Perlindungan data dan mempertahankan citra perusahaan sangat penting bagi kami." Commerzbank akan menanti perkembangan lebih jauh untuk menentukan langklah selanjutnya.
Foto: Daniel Roland/AFP/Getty Images
Dr. Oetker
Perusahaan makanan Jerman Dr. Oetker menyerahkan keputusan kepada pengikutnya di Twitter. "Kami akan menghapus halaman Facebook kami jika didukung 1.000 retweet," tulis perusahaan itu si Twitter, 21 Maret lalu. Hari itu juga akun Facebooknya di-nonaktif-kan. Namun hari berikutnya akun Facebook Dr. Oetker aktif lagi. Di Twitter mereka menulis, "tidak mungkin" melakukan promosi tanpa Facebook.
Foto: Dr. Oetker
Tanggapan dari Facebook
Mengenai mundurnya beberapa perusahaan dari Facebook, perusahaan media sosial itu mengatakan: "Sebagian besar perusahaan yang kami ajak bicara minggu ini senang dengan langkah-langkah yang telah kami canangkan untuk lebih melindungi data pribadi, dan mereka percaya bahwa kami akan menanggapi tantangan ini dengan baik dan menjadi mitra yang lebih baik." (Alexander Pearson/hp/yf)