Dijajakan pacar, bahkan ada pula oleh orang tua sendiri, demikian nasib para pekerja seks yang ‘curhat' pada Maman Suherman, penulis buku peRempuan, yang mengupas dunia pelacuran di tanah air. Berikut perspektifnya.
Iklan
Di rentang waktu 1980-an, sejumlah teman yang peduli pada persoalan kesetaraan gender berkumpul merencanakan pendirian pusat krisis wanita, women crisis centre. Saya yang ikut hadir terhenyak oleh data yang dipaparkan, bahwa setiap hari ada lima perempuan yang menjadi korban perkosaan.
Hal itu pula yang “menginspirasi' saya sebagai mahasiswa Kriminologi untuk menulis skripsi tentang kekerasan seksual yang dialami perempuan. Selama dua tahun, 1987 – 1989, saya turun lapangan, masuk ke dalam sindikat perdagangan manusia dan pelacuran, khususnya pelacuran lesbian.
Saya bertemu dengan banyak perempuan korban kekerasan seksual, perkosaan, yang tak bisa keluar dari jerat yang mengikatnya untuk terus menjadi pemuas nafsu birahi sesaat dengan imbalan, yang tak pernah utuh diterimanya. Rata-rata hanya memperoleh 25 – 30 persen dari total penghasilan yang diperolehnya sebagai pekerja seks komersial.
Selebihnya diambil oleh germo, mucikari, pacar atau kekasih yang berkesan melindungi dan memberinya cinta padahal memorotinya, hingga petugas keamanan atau tukang pukul/body guard yang sengaja dipekerjakan oleh para germo untuk mengawasi mereka. Sesekali, mereka juga harus memberikan “tip” untuk petugas keamanan hotel/motel, tempatnya melayani pelanggan, agar tidak dihalang-halangi masuk ke hotel itu.
Berbagai peristiwa kekerasan seksual yang dialaminya, hampir tak pernah dilaporkan. Bahkan beberapa di antaranya harus meregang nyawa, dan itu pun tidak dilaporkan. Sebisa mungkin ditutupi oleh para germo dengan cara menyebar “uang tutup mulut” kepada aparat keamanan, agar peristiwa luka kemanusiaan ini tak perlu berlanjut hingga ke proses penyelidikan, penyidikan, pengadilan dan pemidanaan.
Saya pun meyakini, sebagaimana yang diucapkan oleh teman-teman yang berupaya mendirikan pusat krisis, bahwa angka lima kasus perkosaan dalam sehari hanyalah sebuah fenomena gunung es. Angka sebenarnya jauh lebih besar, cuma tidak terlaporkan dengan berbagai sebab.
Negara Yang Paling Getol Belanja Seks
Riset lembaga peneliti aktivitas pasar gelap, Havocsope, menghimpun data negara-negara paling banyak belanja prostitusi, dengan menggunakan data dari program kesehatan masyarakat, penegak hukum & media. Ini daftarnya
Foto: Fotolia/Photoinjection
#12. Indonesia: 2,25 miliar Dollar AS/Tahun
Di Indonesia, praktik pelacuran dilakukan secara gelap. Dianggap sebagai kejahatan moral, aktivitas prostitusi di Indonesia tersebar luas dan diatur. UNICEF memperkirakan 30 persen pelacur perempuan di Indonesia berusia di bawah 18 tahun. Tak hanya itu, banyak mucikasi yang masih berusia remaja. Akhir-akhir ini marak pemberitaan tentang artis-artis yang terjun di sektor prostitusi.
Foto: Getty Images
#11. Swiss: 3,5 miliar Dollar AS
Di Swiss disediakan garasi-garasi yang populer disebut sebagai “Bilik Seks“ untuk aktivitas pelacuran. Fasilitas yang didanai publik itu terletak jauh dari pusat kota. Di dalamnya terdapat kamar mandi, loker, meja kecil, mesin cuci dan shower. Di Zurich bahkan warga setuju anggaran kota dipakai sampai 2,6 juta dollar AS untuk proyek relokasi pelacuran agar dijauhkan dari pusat kota yang sibuk.
Foto: picture-alliance/AP
#10. Turki: 4 miliar Dollar AS
Prostitusi di negara ini legal dan diatur dengan undang-undang. Rumah bordil pun ada aturannya. Namun belakangan tdiak dikeluarkan izin-izin baru. Sementara itu, mempromosikan pelacuran di negara ini, dapat dikenai sanksi. Undang-undang imigrasi melarang orang masuk ke negara ini dengan tujuan bekerja di sector prostitusi.
Foto: Getty Images/M. Ozer
#9. Filipina: 6 miliar Dollar AS
Praktik prostitusi di Filipina terholong ilegal. Namun tetap saja wisata seks virtual yang melibatkan anak di bawah umur makin menjamur di Filipina. Yang mengenaskan, kemiskinan dan kemudahan akses internet membuat negeri tersebut menjadi magnet buat kaum pedofil dari seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
#8. Thailand: 6,4 miliar dollar AS
Di negeri gajah putih ini, prostitusi tidak sepenuhnya ilegal. Dalam praktiknya, pelacuran masih ditoleransi & ada sebagian aturan mengenainya. Prostitusi masih beroperasi secara sembunyi-sembunyi di banyak distrik. Para pejabat lokal kadang juga melindungi praktik pelacuran. Sejak Perang Vietnam, Thailand terkenal di antara para pelancong dari berbagai negara sebagai tujuan wisata seks.
Foto: Bear Guerra
#7. India: 8,4 milyar Dollar AS
Di India, pertukaran jasa seksual untuk uang tergolong legal. Tetapi sejumlah kegiatan terkait dengan itu seperti menjadi germo, memiliki atau mengelola rumah bordil, transaksi seks di hotel/tempat umum dianggap tindak kriminal. Prostitusi bisa legal hanya jika dilakukan di kediaman pribadi. Sementara anak-anak pelacur di India kerap berujung di dunia perdagangan manusia itu sendiri.
Foto: picture-alliance/dpa
#6. Korea Selatan: 12 milyar Dollar AS
Meskipun prostitusi di Korea Selatan ilegal, menurut catatan Korea Women's Development Institute, belanja layanan seks di Korsel bisa mencapai 12-13 miliar Dollar AS setahun, ataau sekitar 1,6 % dari produk domestik bruto nasional. Riset Korean Institute of Criminology memaparkan: 20 persen orang dewasa laki-laki berusia antara 20-64 mengeluarkan uang 580 Dollar AS per bulan untuk prostitusi.
Foto: AP
#5. Amerika Serikat: 14,6 miliar Dollar AS
Di Amerika, prostitusi secara umum ilegal. Namun di beberapa kawasan di Nevada, dilegalkan. Orang bahkan bisa melamar kerja di sektor prostitusi secara resmi. Karena legal, maka pemilik usaha sektor ini dikenai macam-macam aturan dari pemerintah, termasuk pajak, perlindungan tenaga kerja, standar upah minimum, asuransi, pemeriksaan kesehatan untuk mencegah penularan penyakit berbahaya.
Foto: Fotolia/macgyverhh
#4. Jerman: 18 miliar Dollar AS
Diperkirakan terdapat sekitar 400ribu pekerja seks di Jerman. Untuk memperbaiki kondisi sosial dan hak-haknya, diberlakukan undang-undang. Pekerja seks bisa mendapat jaminan sosial seperti profesi lainnya. Dalam amandemen undang-undang, bukan hanya pelaku yang memperjualbelikan manusia & memaksa orang melacur dikenai hukuman melainkan juga mereka yang memanfaatkan keadaan sulit para koban.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Reinhardt
#3. Jepang : 24 miliar Dollar AS
Pelacuran di Jepang telah ada sejak sepanjang sejarah negara itu. UU Anti-Prostitusi 1956 yang menyatakan"Tidak ada orang boleh melakukan prostitusi atau menjadi pelanggan prostitusi," dijadikan celah yang memungkinkan industri seks tumbuh subur, karena di Jepang, "industri seks" tidak identik dengan prostitusi.
Foto: T. Kitamura/AFP/Getty Images
#2. Spanyol: 26,5 miliar Dollar AS
Prostitusi sangat populer di Spanyo. Riset PBB melaporkan, 39 persen dari pria Spanyol setidaknya pernah satu kali menggunakan jasa pelacur. Angka survei Kementerian Kesehatan Spanyol tahun 2009 lebih rendah: 32 persen dari pria Spanyol pernah ‘jajan’ di pelacuran. Namun tetap saja, angka ini 14% lebih tinggi dibanding di Belanda yang liberal, atau di Inggris.
Foto: Getty Images/X.Malafosse
#1. Cina 73 miliar Dollar AS
Perdagangan seks terbesar di dunia malah ada di negeri tirai bambu, dimana prostitusi adalah ilegal. Bahkan pemerintah memperlakukan pekerja seks seperti penjahat. Namun meski penggerebekan sering dilakukan, tetap saja prostitusi merajalela di panti pijat, bar, karaoke dan klub malam. Di beberapa wilayah, bisnis erotis, seperti ‘pijat happy ending’ tidak dianggap sebagai prostitusi.
Foto: picture-alliance/dpa
12 foto1 | 12
Setiap hari ada 20 perempuan korban kekerasan
Di periode 1990-an, tepatnya di rentang 1998 – 2010, Komnas Perempuan mencatat, dalam kurun 13 tahun itu kasus kekerasan yang dilaporkan total mencapai 400.939. Dan, seperempatnya adalah kasus kekerasan seksual, yakni 93.960 kasus. Artinya, setiap hari ada 20 perempuan menjadi korban kekerasan seksual.
Data ini memantik perhatian saya untuk kembali “turun lapangan” dan meyakini bahwa angka itu pun hanyalah sebuah fenomena gunung es. Berbasis skripsi saya di tahun 1990, “Pola Pemerasan Dalam Kepelacuran Lesbian di Wilayah Jakarta Pusat, 1987 - 1989”, saya mendapat persetujuan dari sebuah penerbit untuk mengalihwacanakannya menjadi novel. Dan untuk mengaktualkan datanya, saya kembali turun mengamati fenomena kepelacuran di Jakarta.
Selama setahun, saya bertemu puluhan pekerja seks komersial usia muda, 15 – 19 tahun, perempuan dan laki-laki, yang siap melayani siapa saja – sejenis, lawan jenis, threesome, orgy – dengan berbagai bentuk jasa pelayanan seksual yang diinginkan konsumennya.
Persaingan di antara mereka untuk mendapatkan konsumen semakin ketat, membuat mereka “jor-joran” mempromosikan dirinya lewat media cetak (iklan mini di koran kota) hingga melalui media internet. Bahasa-bahasa sangat provokatif mereka hadirkan saat mengiklankan dirinya. Di internet, dengan hestek (#) khusus, mereka tak sungkan memasang foto-foto dirinya dengan beraneka gaya, dari yang biasa-biasa saja hingga sangat vulgar.
Sekitar 90% PSK yang saya wawancarai, tak terikat dalam sebuah jaringan, tak tunduk pada germo dan barisan tukang pukulnya. Mereka menjajakan dirinya sendiri. Membentuk jaringan dengan teman-temannya sesama PSK usia muda, jika ada yang meminta pelayanan threesome atau orgy sekali pun.
Rata-rata yang menjadi ‘'jaringannya” adalah teman satu sekolah (SMP,SMA) atau sekampus, atau satu profesi. Atau, teman satu kos-an dan satu apartemen. Jika hanya temannya yang melayani birahi pemesan, sosok yang mempertemukan dengan konsumen mendapatkan 10-20% dari nilai transaksi. Tidak ada kewajiban tertulis di antara mereka. Kisaran persentase sebesar itu dianggap wajar sebagai ungkapan “terima kasih”.
Dijajakan manajer, pacar…bahkan orangtua
Jadi, bukan berarti semuanya mendapatkan total 100% dari penghasilannya, meski tak menggunakan “jasa” germo atau terikat dalam sebuah sindikasi. Selain “uang terimakasih” kepada teman yang menjadi penghubung, tak sedikit di antara mereka yang mengangkat semacam asisten atau penghubung yang mengantar jemput ke lokasi yang disepakati bersama oleh konsumennya. Beberapa di antaranya menggunakan jasa penata make-upnya, yang disebutnya sebagai asistennya atau menejernya, hingga teman sekolah, teman sekampus atau pacarnya sendiri.
Sejumlah mahasiswi yang saya temui, tak jarang diantar oleh cowoknya, yang sekaligus rekan sekampusnya. Bahkan, beberapa di antara mereka, berhasil saya kenal dan wawancarai, melalui jasa cowoknya, yang menjajakannya melalui berbagai media sosial, termasuk melalui SMS/BBM/WA. Yang lebih mengkhawatirkan, ada di antara mereka yang justru dijajakan oleh ibu dan atau ayah kandungnya sendiri.
Berbagai kekerasan yang tak terlaporkan kerap saya dengar dari mulut mereka. Dalam beberapa pertemuan, saya bahkan melihat sendiri luka-luka dan lebam-lebam di tubuhnya. Tak sekali-dua, saya harus membantu membawa mereka ke klinik untuk mengobati lukanya yang masih berdarah dan menganga. Ada yang mengaku dihajar oleh kekasihnya, atau oleh ibu dan bapaknya sendiri yang ikut menjajakannya. Beragam penyebab. Termasuk, jika mereka dianggap mengecewakan pelanggan atau penghasilannya berkurang.
Dan, fenomena ini lagi-lagi meyakinkan saya, bahwa angka yang dipaparkan Komnas Perempuan, hanyalah sebuah fenomena gunung es. Masih banyak peristiwa kekerasan seksual yang tak terdata karena tak terlaporkan.
Rata-rata mengaku enggan melaporkan peristiwa kekerasan yang dialaminya karena mendapatkan ancaman dari pelaku. Tetapi lebih dari itu, “Ya, malulah kalau melapor. Berarti saya ketahuan dong, kalau jadi pelacur,” aku salah seorang di antara mereka.
“Teman saya pernah melapor. Bukannya langsung dilayani, malah ditertawakan, dihina dan dianggap pantas menerima kekerasan itu. Aparat bilang, ‘Itu risiko pelacur',” aku salah seorang PSK berusia 17 tahun.
Apa Yang Terjadi pada Tubuh, Jika Anda Puasa Seks?
Banyak situasi yang membuat Anda terpaksa tak lagi berhubungan seks, misalnya berpisah dengan pasangan, hubungan jarak jauh, dan lainnya. Tapi tahukan Anda, apa yang terjadi pada tubuh ketika berhenti melakukan seks?
Foto: Colourbox
1. Tidak, vagina tak bertambah "sempit"
Berpantang dari seks tidak membuat organ intim perempuan jadi semakin "sempit." Itu hanya mitos. Vagina elastis. Tapi berhenti berhubungan seks sementara waktu bukan berarti mengembalikan keperawanan. Yang terjadi adalah, jaringan lapisan vagina tak lagi terbiasa rileks dalam menanggapi rangsangan maupun penetrasi, sehingga ototnya perlu dilatih lagi saat kembali berhubungan seks.
Foto: Colourbox
2. Pada pria, berpotensi disfungsi ereksi
Aktivitas seksual secara teratur memiliki efek positif pada kemampuan ereksi pria. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Medicine, pria yang jarang atau berhenti berhubungan seks lebih berisiko mengalami disfungsi ereksi dibanding pria yang melakukannya secara rutin. Penis terdiri dari otot. Seperti halnya olahraga, seks secara teratur mengencangkan otot.
Foto: Fotolia/Atlantis
3. Sistem kekebalan tubuh jadi lebih rentan
Para peneliti di Wilkes University Pennsylvania menemukan bahwa orang yang berhubungan seks sekali atau dua kali seminggu daya tahannya lebih tinggi terhadap virus atau kuman, dibanding yang jarang berhubungan intim. Jika tak berhubungan seks, perbanyaklah olahraga dan minum multivitamin.
Foto: Colourbox
4. Libido nenurun
Terdapat kontroversi mengenai itu. Beberapa ahli menyebutkan aktivitas seksual rutin "menyalakan" libido. Berhenti melakukannya bisa mengurangi hasrat dan hambat respon hormonal untuk gairah. Jika berhenti seks, tubuh dan pikiran menyesuaikan diri dengan kehidupan baru.Namun pakar lain tak setuju dengan hal itu. Menurut mereka, hal itu dikembalikan lagi pada pengalaman individu itu sendiri.
Foto: imago/emil umdorf
5. Bisa menjadi stres
Berhubungan seks bisa melepas stres dan ketegangan dalam tubuh secara fisik dan emosional. Penelitian menemukan bahwa orang yang tak melakukan hubungan seksual secara teratur memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dalam menanggapi stres daripada orang yang melakukannya. Olahraga bisa menjadi alternatif untuk mengurangi rasa stres ini.
Seks membantu melepas rasa resah. Para peneliti Skotlandia menemukan orang-orang yang tidak memiliki kehidupan seksual lebih mereka berat menghadapi situasi sulit, dibanding mereka yang berhubungan seksual paling tidak dua minggu sekali. Sebab, saat berhubungan seks, otak melepaskan hormon pemicu rasa senang, seperti endorfin dan oksitoksin.
Foto: Fotolia/Yuri Arcurs
7. Jantung jadi lebih berisiko
Kehidupan seksual yang baik sangat terkait dengan kesehatan jantung. Anda bisa menyeimbangkannya dengan olahraga. Jantung akan kembali sehat daripada sebelumnya, ketika Anda berhenti berhubungan seks.
Foto: Fotolia/Dmytro Tolokonov
8. Memerlukan pelumas tambahan
Berhubungan seks secara teratur pada dasarnya adalah cara ‘memanaskan‘ organ seksual. Ahli kesehatan seksual menunjukkan bahwa proses pelumasan gairah dapat dipicu dari seks yang rutin. Jika Anda berhenti untuk sementara waktu, Anda mungkin perlu sedikit bantuan pelumas ekstra di 'wilayah intim'.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Karmann
9. Menurunkan risiko infeksi saluran kemih dan penyakit menular seksual
Infeksi saluran kemih sering disebabkan oleh perpindahan bakteri ke saluran kemih akibat berhubungan seks. Tidak berhubungan seks mengurangi resiko ini. Selain itu, juga menghindarkan dari risiko penyakit menular seksual.
Para ilmuwan telah menunjukkan bahwa aktivitas seksual meningkatkan pertumbuhan neuron di hippocampus otak. Berhenti seks tidak membuat otak tumbuh sama sekali. Jika tiba-tiba Anda menjadi sangat produktif dan menyelesaikan teka-teki silang untuk pertama kalinya dalam enam minggu tak berhubungan seks, bisa jadi hanya karena Anda merasa bosan.
Foto: Fotolia/Mopic
10 foto1 | 10
“Kalau saya melapor, itu berarti saya melaporkan ibu bapak saya sendiri,” aku seorang lainnya, yang menjajakan diri “dibantu” oleh orangtuanya sendiri.
Fenomena ini yang kemudian menjadi latar penulisan novel saya yang terbaru, yang terbit pertengahan 2016, berjudul ‘peREmpuan'. Ini kelanjutan dari ‘RE:' yang berbasis dari hasil skripsi saya ditambah data-data terbaru di tahun 2013.
Rawan kekerasan
Karena ingin melanjutkan serial fiksi ini, saya kembali turun lapangan untuk mendapatkan fakta-fakta teraktual. Sejumlah PSK usia muda yang saya temui, tampak ngeri dengan berbagai kejadian belakangan ini, yang menimpa perempuan-perempuan yang dikabarkan dan disebutkan oleh media sebagai ‘berstatus' PSK. Dua kejadian terakhir, adalah peristiwa seorang perempuan yang dibunuh dan dimasukkan dalam kotak plastik lalu dibuang di bawah kolong jembatan tol, dan seorang perempuan lainnya yang ditemukan sudah terbunuh secara sadis dengan sejumlah luka menganga di tubuhnya. Keduanya ditemukan di wilayah Jakarta Utara.
“Mereka sudah menjadi korban pembunuhan, dan diberitakan pula sebagai PSK, padahal itu baru pengakuan dari para pelaku. Coba bayangkan bagaimana perasaan keluarga yang ditinggalkan. Semoga saya tidak mengalami nasib seperti ini,” tutur seorang perempuan pengusaha berusia 21, yang saya temui di apartemennya. Selain berbisnis kuliner dan busana, ia juga melayani lelaki hidung belang yang mau merogoh koceknya Rp 3 juta untuk pelayanan singkat, 3 jam.
Pelacur Anak di Jerman
Diperkirakan, dari 400 ribu prostitusi di Jerman, sekitar 10 persennya masih di bawah umur. Sulit mengetahui berapa angka pastinya dan sangat sedikit informasi mengenai pelaku maupun pelanggan layanan prostitusi anak.
Foto: Fotolia/Pedro Nogueira
Jumlah PSK
Tidak ada angka resmi tentang jumlah penyedia layanan seks di Jerman. Menurut organisasi Hydra di Berlin, diperkirakan sekitar 400.000 perempuan mengandalkan hidupnya dari bisnis prostitusi. Dari jumlah tersebut, 10 persen masih berada di bawah umur.
Foto: picture alliance / Photoshot
Negara Asal
Banyak perempuan dari Eropa Timur atau Afrika yang datang ke Jerman untuk menjajakan diri. Namun banyak prostitusi anak-anak yang memang berasal dari Jerman sendiri. Organisasi bantuan Mitternachtsmission dari Dortmund mengatakan, dua pertiga prostitusi remaja yang meminta bantuan mereka adalah anak-anak Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Pecandu Narkoba
Jumlah siswi sekolah yang melakukan kegiatan prostitusi juga terhitung banyak. Sebagian dari mereka merupakan pecandu obat bius. Mereka terjun ke dunia gelap ini untuk mendapatkan uang yang dipakai untuk membeli obat bius. Kebanyakan dari mereka adalah remaja yang lari dari rumah dan tidak punya tempat tinggal yang tetap.
Foto: Fotolia/NatUlrich
Terjerat di Dunia Hitam
Berbagai penyebab kenapa remaja di bawah umur terjerumus ke dalam dunia prostitusi. Ada yang dibujuk teman atau kerabatnya. Ada juga terpedaya oleh orang yang mereka anggap baik dan mereka kemudian dipaksa melakukan prostitusi. Banyak pria yang menjerat perempuan muda ke praktik prostitusi dengan berpura-pura jadi pacarnya.
Foto: picture-alliance/ANP XTRA
Sulit untuk Keluar
Tidak mudah mengajak remaja yang menjadi korban untuk keluar dari jeratan prostitusi. Mereka sering tidak peduli atau sadar kalau dirinya sudah jadi korban prostitusi. Atau, anak perempuan yang tengah pubertas misalnya, cenderung ingin memberontak terhadap norma-norma yang ada. Mereka menganggap, prostitusi sebagai pemberontakan dan tindakan mendobrak tabu.
Foto: Fotolia/Pedro Nogueira
5 foto1 | 5
Kakak kandungnya pun, yang cuma berbeda usia setahun darinya, juga menjalani profesi ganda yang sama. Keduanya bukan berasal dari kalangan bawah, tapi kalangan menengah kota. Orangtuanya terpandang, dan kedua kakak-beradik ini tinggal terpisah di apartemen berbeda yang disewanya Rp 6-8 juta per bulan. Keduanya pun mengendarai mobil sedan mulus seharga Rp200 jutaan.
“Pemberian orangtua?” tanyaku.
“Beli sendiri,” aku keduanya.
“Orangtua kalian tahu kalau kalian punya mobil?”
“Tahulah. Kalau pulang ke rumah, kami bawa mobil.”
“Mereka pernah nanya, kalian dapat mobil dari mana?”
“Nggak, mereka nggak pernah nanya.”
Saat terakhir bersua dengan salah seorang di antara mereka, saya melihat luka besar di kakinya. “Di lempar pot bunga oleh pacar saya,” akunya.
Penyebabnya, karena pacarnya meminta uang dan ia tak memberikannya. “Salah saya. Dia yang cari klien, tapi saya belum kasih bagiannya,” akunya sambil menahan rasa sakit.
Lagi-lagi saya tetap percaya, bahwa angka dari Komnas Perempuan, yang terus bertambah besar, bahwa saat ini, setiap 24 jam terjadi 35 kekerasan seksual terhadap perempuan, atau setiap dua jam terjadi tiga kekerasan seksual, hanyalah fenomena gunung es.
Pekerja Seks Komersial di Bangladesh
Prostitusi dilegalkan di Bangladesh sejak tahun 2000. Tapi kini marak prostitusi paksa terhadap anak di bawah umur, yang menjadi masalah besar di negara yang warganya mayoritas beragama Islam itu.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
Prostitusi Paksa
Di Bangladesh banyak perempuan dipaksa menjadi pelacur saat masih anak-anak. Kebanyakan berasal dari keluarga miskin di pedesaan. Anak perempuan dijual kepada penyelundup manusia seharga 20,000 Taka (3 juta Rupiah). Ada pula yang menjadi pelacur karena ditipu lelaki yang mengiming-imingi akan mengawini mereka.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
Obat Kuat Sapi
Banyak pekerja seks komersial mengkonsumsi Steroid Oradexon, yang biasanya digunakan peternak untuk menggemukkan sapi. Germo memberikan obat kuat itu kepada pelacur yang baru datang, untuk meningkatkan daya tahan mereka. Pegiat hak asasi mengatakan, penggunaan steroid itu sudah lazim, dan dalam jangka panjang bisa berakibat fatal.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
Suntikan Bagi Anak di Bawah Umur
Steroid tidak berfungsi pada pekerja seks komersial di bawah umur, dalam kisaran usia antara 12 sampai 14 tahun. Untuk meningkatkan daya tahan dan gairah, germo di Bangladesh biasanya memberikan suntikan semacam dopping.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
Kecanduan Steroid
NGO ActionAid melaporkan steroid oradexon digunakan oleh sekitar 90 persen pekerja seks komersial di Bangladesh yang berusia antara 15 hingga 35 tahun. Banyak yang kecanduan. Data resmi menyebutkan, sekitar 200.000 perempuan bekerja sebagai pelacur.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
Penyuluhan di Rumah Bordil
ActionAid 2010 lalu memulai kampanye penyuluhan bagi pelacur berusia muda di rumah-rumah bordil di Bangladesh. Mereka menjelaskan bahayanya dan menolong yang kecanduan steroid. ActionAid melaporkan, perempuan yang memakai steroid, berat badannya naik pesat, tapi juga mengalami gangguan tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit kulit serta sakit kepala akut.
Foto: GMB Akash
Terinfeksi HIV
Surat kabar lokal kerap memberitakan kasus infeksi HIV di kalangan pelacur Bangladesh. Tapi sejauh ini tidak ada data akurat hasil penelitan. Pekerja seks komersial biasanya berkilah, pelanggan tidak mau memakai kondom, sehingga mereka berisiko tinggi terinfeksi penyakit akibat hubungan seksual.
Foto: AP
Pelacur di Bawah Umur
Pelacuran anak-anak di bawah umur menjadi masalah serius di Bangladesh. Lembaga anak-anak PBB (UNICEF) menaksir sekitar 10,000 anak di bawah umur dieksploitasi industri seks komersial di negara itu. Sumber lain menyebutkan, angkanya jauh lebih tinggi, mencapai 29,000 pelacur di bawah umur.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
Diserang Kelompok Islam Radikal
Sebuah kelompok Islam radikal menyerang sebuah rumah bordil di selatan Bangladesh, melukai sekitar 30 pelacur dan menghancurkan tempat tinggal 500 pekerja seks komersial. Serangan semacam itu, makin sering dilancarkan di negara berpenduduk mayoritas Islam tersebut.
Foto: M.-U.Zaman/AFP/GettyImages
8 foto1 | 8
Yang tak terlaporkan, dari perempuan-perempuan yang mendapat label: penyandang masalah sosial, masih terbilang besar. Berbagai alasan menjadi penyebabnya. Yang paling perih yang pernah saya dengar adalah kalimat: “Kalau kami melapor, kami malah mendapat malu! Aib kami jadi tersebar! Ketika nyawa pun hilang, terbunuh, kami tetap di posisi yang salah. Di posisi yang dianggap pantas menerima risiko itu!”
Jangankan mereka yang tak melaporkan peristiwa kekerasan seksual yang dialaminya, masih dari Komnas Perempuan, terkuak fakta, bahwa dari data mitra Komnas Perempuan, Forum Pengadalayanan di lima wilayah (Jateng, Sumbar, Aceh, Jatim, Sulawesi), ditemukan fakta bahwa 80% korban kekerasan seksual menempuh jalur hukum. Tetapi, 50% di antaranya diselesaikan dengan mediasi. Ada yang dinikahkan dengan sang pelaku kekerasan seksual itu, dianggap tidak cukup bukti dan juga karena korban kelelahan berhadapan dengan (proses) hukum. Sementara sisanya, 40% berhenti di tahap awal, dan hanya 10% yang maju ke persidangan. Dengan catatan: tak semua pelaku kekerasan seksual dipidana dengan hukuman maksimal!
Air mata, darah dan nyawa perempuan di negeri ini, memang masih terbilang sangat murah! Entah, hingga kapan?
Penulis:
Maman Suherman adalah konsultan kreatif acara televisi, penulis buku di bawah kelompok KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). Sebelumnya merupakan Pemimpin Redaksi di Kelompok Kompas Gramedia (1986-2003); Direktur Operasional dan Managing Director di Rumah Produksi/Biro Iklan Avicom - Auvikomunikasi Mediaprima (2003-2011) menghasilkan lebih dari 50 judul acara televisi berbagai genre, juga iklan
@maman1965
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Kencing Nanah Berpotensi 'Tidak Terobati'
Jawatan kesehatan publik di Inggris menyatakan, penyakit gonore berisiko menjadi penyakit tidak terobati. Setidaknya 16 kasus "super-gonore" telah terdeteksi oleh Public Health England (PHE) sejak Maret 2015.
Foto: picture-alliance/dpa/Klett GmbH
Penyakit menular seksual
Gonore atau gonorrhea atau kencing nanah, adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, berupa infeksi pada lapisan dalam uretra, leher rahim, rectum , tenggorokan dan bagian putih mata (konjungtiva).
Foto: picture-alliance/Gladden W. Willis/OKAPIA
Munculnya kekebalan terhadap antibiotika
Pakar kesehatan di Inggris memperingatkan, Gonore berisiko menjadi penyakit tidak dapat diobati karena munculnya terus resistensi yang kebal terhadap antibiotika. Jenis itu ditemukan Maret 2015 di Leeds, Inggris. Strain itu tidak bisa lagi diobati antibiotik azitromisin, yang biasanya diberikan bersama ceftriaxone.
Foto: picture-alliance/Gladden W. Willis/OKAPIA
Obat harus tepat
Para dokter dan apotek harus memastikan pemberian obat yang tepat bagi pasien. Asosiasi Kesehatan Seksual dan HIV Inggris memperingatkan sejumlah apotek hanya menawarkan pengobatan secara oral. Menggunakan hanya satu dari dua obat tersebut membuat bakteri gonore lebih mudah mengembangkan kekebalan.
Foto: Fotolia
Mengancam nyawa
Tanpa pengobatan yang tepat, gonore dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang yang serius, termasuk kemandulan dan penyakit radang panggul yang berpotensi mengancam nyawa.
Foto: Fotolia
Berdampak bagi bayi
Jika ibunya mengidap penyakit ini, sang anak yang akan dilahirkan kemungkinan juga bisa terancam kebutaan permanen.
Foto: Colourbox
Pengidap
Hampir 35.000 kasus gonore dilaporkan di Inggris tahun 2014, dan menjadi jenis infeksi bakteri menular seksual kedua paling banyak di Inggris setelah klamidia.
Foto: Fotolia
Pencegahan
Sebagai pencegahan, lakukan hubungan seks monogami dengan memastikan pasangan tak terinfeksi,atau penggunaan kondom, menggunakan toilet higienis, dan berobat ke dokter jika mengalami gejala gangguan.