Festival gamelan terbesar di Eropa diselenggarakan untuk pertama kalinya di München. Selain menjadi tuan rumah acara ini, München melalui museum kotanya selama 30 tahun menjadi tempat orang-orang bermain gamelan.
Iklan
Indonesia memberikan julukan baru bagi kota München, yakni Kota Gamelan Eropa. “Kami dengan senang hati memberikan julukan baru bagi München sebagai The Gamelan City of Europe“, ujar Arif Havas Oegroseno, Duta Besar RI untuk Jerman. Hal tersebut disampaikan Dubes Oegroseno dalam sambutannya pada pembukaan acara “Internationales Gamelan Musikfestival München, Indonesia # Bronze.Bamboo.Beats”, 8 Juni 2018 di Münchner Stadtmuseum, München, Jerman.
Andil Kota Munchen dalam mempromosikan gamelan di Eropa terlihat nyata. Tidak hanya sebagai tuan rumah dan penyelenggara kegiatan festival ini, namun juga mempromosikan gamelan di Eropa selama kurang lebih 30 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, lebih dari 20 ribu orang dari berbagai negara mengikuti kegiatan bermusik gamelan yang diselenggarakan museum ini. Untuk itu tidak berlebihan kiranya jika kota ini diberikan julukan sebagai Kota Gamelan Eropa.
Jerman Rasa Indonesia: Festival Gamelan München 2018
Festival musik gamelan diselenggarakan di München dengan penari dan pemain gamelan bukan hanya dari Indonesia, tetapi juga dari Austria, Prancis dan Meksiko.
Foto: Miranti Hirschmann
Tari Indonesia dari Berlin ke München
Tari Janger diiringi gamelan oleh kelompok Puspa Githa Pertiwi dari Berlin menjadi pertunjukan yang digelar pada hari pembukaan "Internationales Gamelan Musikfestival München" (Jumat, 8 Juni 2018). Kelompok Puspa Githa Pertiwi menggunakan Rumah Budaya Indonesia di Berlin sebagai tempat latihan gamelan.
Foto: Miranti Hirschmann
Orang Austria main gamelan Bali
Parade gamelan Bali atau Baleganjur mengawali festival di hari pembukaan dan hari kedua. Baleganjur ini dibawakan oleh kelompok Balagita dari Universitas Graz, Austria, yang terdiri dari 19 mahasiswa dan dosen jurusan "ethnomusicology". Mereka bermain gamelan dan berjalan kaki sejauh1,8 km menuju lokasi festival gamelan internasional yaitu Münchner Stadtmuseum, Museum Kota München.
Foto: Miranti Hirschmann
Instrumen gamelan di Austria terbatas
Pemimpin Balagita Universitas Graz - Austria, Ass.Prof. Dr.phil. M.A. Kendra Stepputat, mengatakan belum banyak orang di Austria yang mengenal musik Bali. Balagita pun hanya memainkan gamelan Baleganjur dengan keterbatasan alat-alat yang mereka miliki.
Foto: Miranti Hirschmann
Datang langsung dari Bali
Kelompok Gamelan Salukat dengan 21 penabuh gamelan dan 3 penari khusus didatangkan dari Pengosekan Bali untuk ambil bagian pada Festival Gamelan München 2018. Kelompok ini membawakan aransemen klasik, aransemen Gamelan Kebyar karya Regog dan aransemen kontemporer dari komposer musik Bali Dewa Ketut Alit, yang juga pemimpin kelompok ini. Mereka juga bawakan tarian Bali kreasi modern.
Foto: Miranti Hirschmann
Gamelan multikultur
Kelompok Gong Puspawarna asal Paris, Prancis terdiri dari 17 penabuh dan 3 penari, membawakan 5 aransemen klasik dan modern. Aransemen klasik yang dibawakan adalah pengiring Tari Legong Keraton. Tarian ini dibawakan gemulai oleh 3 penari asal Indonesia, Jepang dan seorang mantan peserta program beasiswa Darmasiswa Kemdikbud RI asal Meksiko.
Foto: Miranti Hirschmann
Orang Prancis senang gamelan
Pemimpin Gong Puspawarna, Theo Marigeau mengakui mereka latihan amat keras jelang penampilan di festival ini. Mereka menggunakan koleksi gamelan KBRI Paris yang selalu mendukung dengan menyediakan tempat bahkan melengkapi alat-alat gamelan. Theo Marigeau berharap festival gamelan seperti ini dapat dilaksanakan secara reguler. Penulis: Miranti Hirschmann/na
Foto: Miranti Hirschmann
6 foto1 | 6
Perwakilan pemerintah kota München dalam pidatonya juga menyampaikan kekaguman pada kekayaan budaya gamelan dan perannya dalam mempromosikan people to people contact di berbagai negara. Menanggapi pernyataan Dubes RI mengenai julukan München sebagai Kota Gamelan Eropa, pemerintah kota München menyampaikan akan memberi perhatian dan sumber daya lebih kepada pengembangan dan promosi gamelan dan musik gamelan di kota ini.
Festival Gamelan Internasional München, yang digelar selama 10 hari dari tanggal 8 – 17 Juni 2018, merupakan festival gamelan terbesar pertama yang diselenggarakan di Eropa. Festival ini diikuti oleh sekitar 300 peserta dan 20 grup gamelan dari berbagai negara antara lain Indonesia, Amerika Serikat, Kanada, Spanyol, Belanda dan Jerman. Tidak hanya menyuguhkan pertunjukan gamelan, 20 grup gamelan tersebut juga berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan para peserta melalui workshop yang menjadi bagian dari acara festival ini.
Indonesia memberikan julukan bagi kota München sebagai “The Gamelan City of Europe”
00:22
Salah satu keunikan festival kali ini terlihat dari pertunjukan gamelan yang disajikan dengan memadukan alunan tradisional gamelan Bali dan musik kontemporer. Festival dibuka dengan pertunjukan dari grup gamelan Salukat dan grup Kiai Fatahillah yang dimainkan bersamaan dengan tabuhan lonceng gereja (carillon) Mariahilfkirche.
Sebelum dibuka secara resmi oleh Dewan Kota München, Dr. Constanze Söllner-Schaar, acara festival juga diawali dengan parade Baleganjur, yaitu prosesi pawai yang diiringi musik gamelan dari gereja Mariahilfkirche ke Münchner Stadmuseum.
Acara pembukaan Festival Gamelan Internasional Munchen turut dimeriahkan dengan penampilan berbagai jenis gamelan dan aneka cit arasa aliran musik dari grup Puspa Gita Pertiwi, Gamelan Salukat, Tingklik dan India, Balawan dan Batuan Ethic Fusion,
Kyai Fatahillah dan Jegog Art Project. Sebanyak kurang lebih 10 ribu pengunjung diharapkan akan melihat berbagai penampilan pertunjukan musik gamelan di berbagai tempat di München selama 10 hari tersebut.
na/vlz (KBRI Berlin)
Nasi Tumpeng Raksasa di Berlin
Acara tahunan KBRI Berlin kembali digelar di Mall of Berlin. Kali ini tema yang diusung "hutan tropis Indonesia". Puncak acara adalah pemotongan tumpeng raksasa oleh Dubes RI Fauzi Bowo.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Hutan Tropis Indonesia
Acara mempromosikan Indonesia ini digelar selama dua hari, 16-17 Juni 2017, di Mall of Berlin. Tema yang diangkat adalah hutan tropis di Indonesia. Tidak hanya seni budaya saja yang ditampilkan, tetapi juga digelar diskusi yang membahas minyak sawit berkelanjutan.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Antusiasme Warga Berlin
5000 pengunjung diperkirakan hadir dalam gelar budaya selama dua hari tersebut. Piazza Mall of Berlin disulap menjadi "belantara hutan". Tampak dekorasi pohon dan semak belukar hingga ke bangian lantai atas mal.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Selamatkan Flora dan Fauna
Stan-stan organisasi lingkungan seperti BOS (Borneo Orangutan Survival), dan WWF turut hadir dalam acara tersebut. Mereka tanpa lelah memberikan informasi kepada pengunjung akan pentingnya kepedulian masyarakat terhadap kondisi flora dan fauna yang terancam.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Diperkenalkan Sejak Dini
Anak ini sedang dirias untuk menjadi orangutan. Ini salah satu upaya organisasi lingkungan untuk mengenalkan hewan terancam ini kepada anak-anak dengan cara yang tidak menggurui.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Jembatan Komunikasi
Selain stan-stan organisasi lingkungan, ada juga stan biro perjalanan dan biro-biro konsultan yang berperan sebagai jembatan antar budaya, Indonesia-Jerman, dan berbagai keahlian. Seperti yang dilakukan Dwi Anoraganingrum dari IndoCon (foto).
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Tarian Nusantara
Di panggung secara silih berganti pengunjung disuguhi berbagai pertunjukan, antara lain gamelan, tari Saman, angklung, pencak silat, tari Enggang (foto)m dan pembacaan dongeng untuk anak-anak.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Dangdutan di Berlin
Goyang dangdut sepertinya tidak boleh ketinggalan di ajang-ajang pengenalan budaya Indonesia. Di acara KBRI kali ini pun, Batik Band menutup penampilan mereka dengan alunan musik dangdut.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Tumpeng Raksasa
Ini acara yang ditunggu-tunggu para pengunjung Mall of Berlin. Nasi tumpeng kreasi koki Kai Kwee ini dibuat selama empat hari dengan bantuan banyak relawan. Porsinya diperkirakan cukup untuk 1000 orang. Dubes Fauzi Bowo memberikan potongan pertama tumpeng kepada dua pengunjung mal yang beruntung.