1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perjalanan Anak Tegal sampai ke Tegel

1 Februari 2019

Semua dimulai dari mimpi sederhana untuk bisa naik pesawat, Eropa adalah benua pertama yang ingin saya kunjungi semasa SMA. Oleh Vita Safitri.

Vita Savitri Reise nach Deutschland
Foto: Privat

Tanggal 31 Agustus saya berangkat dari Tegal menuju Jakarta dengan kereta api. Lalu terbang dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Tegel, Berlin. Oleh Vita Safitri. Semua dimulai dari mimpi sederhana untuk bisa naik pesawat, Eropa adalah benua pertama yang ingin saya kunjungi semasa SMA. Diawali dari belajar bahasa Jerman, kemudian saya melanjutkan studi di Universitas Negeri Yogyakarta sebagai mahasiswi ilmu Pendidikan Bahasa Jerman.

Banyak sekali program beasiswa untuk pergi ke Eropa dan yang berhubungan dengan Bahasa Jerman saya daftarkan namun tidak berhasil hingga akhirnya saya mendapatkan beasiswa kursus musim panas oleh DAAD selama satu bulan pada September 2018. Berlin adalah kota yang saya pilih.

Vita Safitri, mahasiswi UNY di BerlinFoto: Privat

Tanggal 31 Agustus saya berangkat dari Tegal menuju Jakarta dengan menggunakan kereta api. Kemudian penerbangan saya dari Bandara Soekarno-Hatta menuju bandara Tegel, Berlin. Dalam perjalanan, saya sangat bersyukur karena banyak sekali orang-orang baik yang saya temui.

Sesampainya di Berlin, saya dijemput oleh seorang kakak tingkat baik hati yang berstatus mahasiswa S1 di Berlin. Bahkan beliau juga yang mengantarkan saya mencoba Kubideh. "Belum ke Berlin kalau belum makan Kubideh,” katanya.

Belajar bahasa Jerman di negerinya

Transportasi di Kota Berlin itu teratur. Sangat mudah untuk pergi kemana-mana dengan transportasi umum. Cukup dengan download aplikasi bernama BVG, kita akan dengan mudah mengakses informasi terkait transportasi umum di Berlin. Selain itu, sebagai orang Indonesia saya juga banyak bertemu orang-orang setanah air. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa.

IIK atau Institut für Internationale Kommunikation adalah tempat di mana saya mengambil kursus B1. Tempat kursus yang nyaman dan menyenangkan. Pernah ada pengalaman dengan salah satu karyawan disitu, saya meminta maaf karena saya banyak bertanya padanya. Namun dia menjawab dengan sangat ramah dan mengatakan: "Oh tidak apa-apa. Ini memang sudah pekerjaan saya. Kamu bisa bertanya apa saja, dan saya siap membantu selagi kamu disini.”

Tempat kursus bahasa Jerman IIK di BerlinFoto: Privat

Belajar bahasa Jerman di negeri Jerman, ini merupakan pengalaman yang luar biasa. Karena ketika saya keluar dari tempat kursus, saya selalu punya kesempatan mempraktikan materi yang telah saya pelajari. Walaupun dalam banyak kasus, pelayan di toko atau restauran cenderung menjawab dengan bahasa Inggris. Cara teraman yang bisa kita lakukan adalah mengatakan, "Entschuldigung. Ich verstehe aber kein Englisch” yang artinya "Maaf. Saya tidak mengerti bahasa Inggris.” Dengan begini, mereka akan melanjutkan berbicara dalam bahasa Jerman.

Banyak pendatang

Namun banyak orang Jerman juga bilang, "Berlin ist gar kein Deutschland” artinya "Berlin itu bahkan bukan Jerman sama sekali”.

Dikatakan seperti ini karena kelihatannya lebih banyak orang asing dibanding orang Jerman yang tinggal di Berlin. Banyak sekali orang asing yang kita temui yang tidak bisa berbicara bahasa Jerman.

Banyak sekali orang-orang berdatangan ke Berlin dengan berbagai tujuan dan menggantungkan mimpi mereka di kota ini. Salah satunya saya sendiri. Seorang anak Tegal, sebuah kota kecil di pesisir Pantura yang bahkan bisa sampai sendirian ke Tegel, Berlin.

Untung tidak ada warga Jerman yang bisa menebak aksen saya ketika berbahasa Jerman. Karena terkadang dengan tidak sengaja saya mengeluarkan aksen ngapak kental.

*Vita Safitri adalah mahasiswi ilmu Pendidikan Bahasa Jerman di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
 

**DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: dwnesiablog@dw.com. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri.