William Vahey seorang guru favorit dan disukai para murid. Tapi dibalik itu, guru yang juga pernah mengajar di sekolah elit di Jakarta itu, adalah pemangsa remaja pria mengerikan.
Iklan
Dia adalah salah satu guru yang disayangi di dunia kecil sekolah internasional yang melayani anak-anak dari diplomat, ekspatriat Amerika dan elit lokal. Dia adalah guru yang sering tiba paling pagi ke sekolah dan paling terlambat pulang. Dia pula yang membawa siswa-siswa ke tempat-tempat eksotis dan mentraktir para murid dengan kue-kue enak saat perjalanan karya wisata.
Itulah kepribadian William Vahey yang ditampilkannya di hadapan publik hingga lebih dari empat dekade, sampai akhirnya seorang pembantu rumah tangga yang membersihkan rumahnya di Nikaragua mengambil sebuah alat penyimpan data berkapasitas 16 gigabyte miliknya. Di dalamnya, ada sejumlah foto yang menjadi bukti sang guru ini telah mencabuli sejumlah laki-laki remaja, dalam karirnya selama menjadi guru di 10 sekolah, di empat benua.
Badan penyelidik Amerika Serikat FBI, menyebutnya sebagai pedofil berbahaya yang telah memicu krisis di masyarakat. Para orangtua menjadi cemas, bahwa anaknya bisa jadi merupakan salah satu korban guru favorit itu.
John Magagna, Direktur Search Associates, perusahaan perekrutan sekolah internasional terbesar di dunia berkeluh kesah: “Banyaknya insiden pencabulan ini mengejutkan saya.“
Korban tak sadar
Rupanya beberapa korban Vahey pun tak tahu mereka telah dicabuli. Biskuit Oreo yang ia diberikan pada anak-anak saat waktu tidur pada malam hari --ketika melakukan perjalanan ekstrakurikuler-- dicampur dengan obat tidur. Anak-anak tak sadarkan diri saat ia menyentuh mereka, dan mengambil pose untuk foto-foto cabul.
Vahey, 64 tahun usianya. Ia berasal dari West Point, New York. Ia kemudian berusaha bunuh diri di Nikaragua setelah pembantunya mencuri penyimpan data miliknya. Dia selamat dalam percobaan bunuh diri pertama itu. Tapi dalam upaya bunuh diri yang kedua kalinya, ia tewas setelah menikam dirinya sendiri di Minnesota pada tanggal 21 Maret 2014. Kematiannya meninggalkan ratusan mantan siswa yang bertanya-tanya apakah mereka pernah dilecehkan.
Negara yang Terapkan Kebiri Kimia
Kebiri kimia bertujuan menekan hasrat birahi pelaku kejahatan seksual khususnya pedofil. Caranya dengan menyuntikan hormon perempuan Estrogen. Efeknya tidak permanen. Inilah negara yang legalisasi kebiri kimia.
Foto: picture-alliance/dpa
Inggris
Inggris legalkan hukuman kebiri kimia mulai tahun 1950-an. Namun dalam prakteknya terjadi sejumlah penyimpangan. Yang paling memalukan adalah hukuman kebiri kimia terhadap pakar komputer Alan Turing (1952) karena perilaku homoseksual-nya. Ia meninggal diduga karena efek negatif suntikan hormon. Tahun 2009, pemerintah Inggris mohon maaf secara resmi dan Kerajaan Inggris meminta maaf resmi 2013.
Foto: picture-alliance/Jane Legate/Robert Harding
Amerika Serikat
Tidak semua negara bagian di Amerika Serikat terapkan hukuman kebiri kimia. Tapi sedikitnya 9 negara bagian menerapkan hukuman ini. Ekseskusi kebiri kimia pertama di negara paman Sam itu dilakukan pada tahun 1966 terhadap pelaku kejahatan seksual pedofil John Money.
Foto: Reuters/E. Munoz
Rusia
Parlemen di Moskow sahkan aturan kebiri kimia pada tahun 2011 terhadap pelaku kejahatan seksual pada anak-anak di bawah usia 14 tahun. Jika pelaku mengulangi lagi kejahatan fedofilia, yang bersangkutan bisa dihukum penjara seumur hidup. Aturan kebiri kimia diterapkan menimbang tingginya angka kejahatan seksual disertai pembunuhan terhadap anak-anak di negeri Beruang Merah itu.
Foto: picture-alliance/Bildagentur-online
Polandia
Parlemen Polandia pada 2009 mengesahkan aturan hukuman kebiri terhadap pelaku kejahatan seksual terhadap anak-anak. Aturan mulai diberlakukan pertengahan 2010. Sesuai aturan itu, pelaku kejahatan seksual terhadap anak-anak di bawah 15 usia tahun dipaksa melakukan kebiri kimia dan psiko-terapi untuk mengurangi hasrat seksualnya di akhir masa hukuman penjara.
Foto: picture-alliance/dpa
Korea Selatan
Inilah negara pertama di Asia yang legalkan hukuman kebiri kimia terhadap pelaku kejahatan seksual pada anak-anak (2011). Mirip seperti di Polandia, pelaku kejahatan seksual yang berusia di atas 19 tahun mula-mula dipenjarakan dan di akhir masa hukuman dipaksa menjalani kebiri kimia. Sejauh ini di negara tersebut tercatat 2 narapidana kasus perkosaan anak di bawah umur yang jalani kebiri kimia.
Foto: Getty Images
5 foto1 | 5
Korban tak mau tahu
Seorang ayah dari salah satu murid di Caracas, Venezuela mengatakan, anaknya -- seperti banyak orang lain—merasa lebih baik tidak mencari tahu tentang itu. Tetapi, anak itu tidak bisa lupa satu fakta, bahwa: "Dia memakan kue-kue itu juga," ujar sang ayah, yang mau berbicara tentang isu itu, dengan syarat namanya tak disebutkan, guna melindungi identitas anaknya: "Semua anak yang ikut karya wisata itu juga makan."
Selama puluhan tahun aksi Vahey berlangsung. Sebuah konvensi Kalifornia anti penyiksaan seksual tak mampu melindungi anak-anak itu dari aksi Vahey yang mengambil serangkaian pekerjaan yang berhubungan dengan anak-anak. Baik kolega dan atasannya gagal untuk mempertanyakan mengapa dia begitu sering bersama dengan anak laki-laki melewati malam. Setidaknya dua kali, anak-anak jatuh sakit misterius ketika bersamanya dan tidak ada penyelidikan atas peran Vahey ketika itu.
Perilaku sejak remaja
Pada tahun 1969, Vahey, yang merupakan anak pilot Perang Dunia II ditangkap atas tuduhan pelecehan seksual anak. Polisi mengatakan ia menyentuh penis delapan anak laki-laki yang berusia antara 7 sampai 9 tahun, di sebuah sekolah di Orange County ketika ia menjadi guru renang.
Vahey, yang saat itu berusia 20 tahun, mengatakan kepada pihak berwenang ia mulai menyentuh para anak laki-laki pada usia 14 tahun saat mengikuti perkemahan Pramuka.
Psikiater mendiagnosa Vahey memiliki 'gangguan kepribadian,' seraya menambahkan bahwa gangguan tersebut seharusnya tak berpengaruh pada aksi penyalahgunaan seksual yang berbahaya bagi orang lain. Pengadilan bahkan memperbolehkan Vahey untuk mulai bekerja sebagai asisten guru sekolah publik setelah penangkapannya.
Vahey diputus bersalah atas perilaku cabul dan mesum yang dilakukannya. Dia diganjar hukuman penjara 90 hari dan lima tahun masa percobaan -- dengan syarat bahwa ia harus diawasi. ke halaman berikutnya
Negara Dengan Angka Pemerkosaan Anak Tertinggi Dunia
Kasus Angeline menelanjangi kegagalan pemerintah melindungi anak-anak. Tapi Indonesia bukan yang terburuk. Berikut daftar negara dengan tingkat pelecehan seksual anak-anak tertinggi di dunia versi IB Times.
Foto: Juri Rescheto
Inggris
Hampir lima persen bocah di Inggris pernah mengalami pelecehan seksual. 90% di antaranya dilakukan oleh kenalan sendiri. Tahun 2012/13, kepolisian mencatat lebih dari 18.000 kasus pelecehan seksual terhadap bocah di bawah 16 tahun. Pada tahun yang sama 4171 pelecehan dan pemerkosaan dilakukan terhadap bocah perempuan di bawah usia 13 tahun.
Foto: Fotolia/NinaMalyna
Afrika Selatan
Setiap tiga menit seorang bocah diperkosa di Afrika Selatan, ini menurut penelitian Trade Union Solidarity Helping Hand. Studi laín mengungkap satu dari empat laki-laki mengaku pernah memperkosa seseorang dan sepertiganya meyakini perempuan menikmati pemerkosaan. Beberapa korban pemerkosaan bahkan baru berusia enam bulan. Korban juga sering terinfeksi HIV/AIDS setelah diperkosa.
Foto: Getty Images/AFP/O. Andersen
India
Asian Centre for Human Rights melaporkan pelecehan seksual kepada anak-anak sedang mewabah di India. Laporan terakhir menyebut ada lebih dari 48.000 bocah yang diperkosa selama sepuluh tahun sejak 2001. Tahun 2011 saja kepolisian mencatat 7112 kasus pemerkosaan anak-anak. Menurut IB Times, pelaku pemerkosaan anak di India mencakup ayah, saudara, tetangga, dan guru sekolah.
Foto: UNI/Reuters
Zimbabwe
Kepada harian lokal NewsdeZimbabwe, kepolisian mengklaim kasus pemerkosaan anak-anak meningkat tajam sejak 2010, dari 2883 kasus menjadi 3172 di tahun berikutnya. Dalam banyak kasus, kata kepolisian, "pelakunya berasal dari lingkungan keluarga." Sebuah rumah sakit di Harare mengabarkan, pihaknya menangani lebih dari 30.000 bocah korban pemerkosaan dalam periode empat tahun.
Foto: DW/A. Stahl
Amerika Serikat
"Akan ada 500.000 bayi lahir tahun ini di Amerika Serikat yang akan menjadi korban pelecehan seksual sebelum mereka berusia 18 tahun," tulis Children Assessment Centre (CAC). Kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak tergolong tinggi di AS. Menurut data Departemen Kesehatan, 16% remaja antara 14 hingga 17 tahun mengaku pernah menjadi korban pelecehan seksual atau pemerkosaan.
Foto: Frederic J. Brown/AFP/Getty Images
Indonesia
Kendati tidak termasuk dalam daftar negara dengan tingkat pelecehan seksual anak tertinggi di dunia, Indonesia mencatat kemunduran dalam hal perlindungan anak. Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat, 2014 silam dari 2.726 kekerasan terhadap bocah, 56% di antaranya berupa pelecehan seksual. Dari jumlah tersebut cuma 179 yang mengadu kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.
Setelah dua tahun masa percobaan, dia diizinkan untuk meninggalkan negara tanpa pengawasan hingga lulus kuliah pada tahun 1972. Kelonggaran semacam itu, umum pada waktu itu, kata Dan Scott, seorang pensiunan detektif sersan yang bekerja selama 26 tahun di Kantor Departemen Sheriff di Los Angeles yang menyelidiki kekerasan terhadap anak .
Nmaun Vahey diminta untuk mendaftar sebagai orang yang pernah melakukan kekerasan seksual dan memperbarui alamat setiap kali ia pindah. Tapi ia tidak pernah memperbarui informasi setelah pertama kalinya ia mendaftar pindah dan pihak berwenang mengacuhkan itu. Ketika datanya dimasukkan secara online pada tahun 2004, namanya tidak lagi terdaftar tinggal di Kalifornia.
Ditelan Bayangan: Anak Hilang di India
Ribuan anak dilaporkan hilang di India setiap tahun. Banyak dari mereka tidak ditemukan lagi. Ada yang lari dari rumah, ada juga yang diculik dan disiksa atau dijadikan pekerja paksa.
Foto: DW/B. Das
Nasib Tragis
Menurut penelitian yang diadakan Bachpan Bachao Andolan (Gerakan Selamatkan Anak-Anak - red) setiap jamnya, 11 anak hilang di India. Sedikitnya empat dari mereka tidak ditemukan lagi.
Foto: DW/B. Das
Di Dalam Sangkar
Pinky, 16, dibebaskan dari sebuah rumah keluarga kelas menengah di New Delhi, di mana ia ditahan dan dipaksa menjadi pembantu rumah tangga tanpa bayaran.
Foto: DW/B. Das
Mencari ke Mana-Mana
Seorang ayah ini menunjukkan foto anaknya yang hilang. Di tangan lain ia memegang kotak untuk mengumpulkan sumbangan. Dengan uang itu ia membiayai perjalanannya ke pelosok negeri untuk mencari anaknya.
Foto: DW/B. Das
Yang Melarikan Diri
Anak-anak yang melarikan diri dari rumah nasibnya biasanya berakhir sebagai pekerja paksa atau pekerja ilegal di perkebunan teh, pertanian, bengkel-bengkel dan industri karpet. Anak ini diselamatkan polisi yang mengadakan razia di sebuah bengkel yang mempekerjakan anak-anak secara paksa.
Foto: DW/B. Das
Tidak Putus Harapan
Pada foto ini, seorang anak laki-laki memegang erat foto saudara perempuannya yang hilang. Bahkan setelah enam tahun, keluarganya masih membagi-bagikan foto anak mereka dengan harapan ia suatu hari akan ditemukan.
Foto: DW/B. Das
Penantian Lama
Foto ini menunjukkan seorang anak hilang yang berhasil diselamatkan, dan sekarang berada di rumah penampungan. Ia sudah tinggal di sana selama setahun, dan menunggu dipersatukan lagi dengan keluarganya.
Foto: DW/B. Das
Reuni Membahagiakan
Arjun akhirnya dipersatukan lagi dengan ibunya. Ia bercerita, ia dulu dirantai, dan dipaksa bekerja di sebuah pertanian selama setahun. Ibunya berkata, ia tidak pernah hilang harapan.
Foto: DW/B. Das
Tindakan Pencegahan yang Tragis
Seorang ibu ini sudah kehilangan seorang anaknya. Sejak itu ia tidak pernah membiarkan anak-anaknya lepas dari pengamatan.
Foto: DW/B. Das
8 foto1 | 8
Vahey memulai karirnya mengajar di sekolah internasional selama satu tahun di Sekolah Amerika Serikat di Teheran, Iran. Ia melanglang buana mengajar di Timur Tengah dan Eropa. Dia mengajar sejarah, ilmu sosial dan mata pelajaran lain di Libanon, Spanyol, kembali ke Iran, lalu ke Yunani dan kemudian Arab Saudi. Hampir semua tempat ia mengajar adalah sekolah menengah atas.
Menikah dan punya anak
Pada saat ia tiba di Arab Saudi, Vahey sudah menikah dengan Jean Vahey dan memiliki dua orang anak. Istrinya dihormati sebagai administrator pendidikan internasional.
Vahey mengajar ilmu sosial di kelas delapan dan sembilan, melatih basket anak laki-laki, dan memimpin karya wisata sekolah ke Bahrain, Turki dan Afrika.
Setengah masa dinasnya dari sepanjang 12 tahun mengajar di Arab Saudi, ia menerima sertifikat kepala sekolah di New Jersey. Sertifikat itu didapatkannya pada bulan Maret 1986, tujuh bulan sebelum hukum setempat memberlakukan kewajiban pada semua guru baru dan administrator untuk menjalani pemeriksaan latar belakang pegawai. Juru bicara Departemen Pendidikan New Jersey, Mike Yaple mengatakan tidak ada dalam catatannya, bahwa Vahey menjalani pemeriksaan tersebut sebelum ia mendapat sertifikat.
Sosok terbuka dan peduli
Di Arab Saudi, Vahey tampil sebagai sosok terbuka dan peduli pada anak-anak, kata Max Crum, seorang mantan mahasiswa 38 tahun. "Ketika Anda masih anak-anak dan Anda memiliki guru yang tegas, berarti Anda takut kepada mereka. Vahey sama sekali tak seperti itu," kata Crum.
Pada tahun 1992, Vahey dan istrinya pindah ke sekolah bergengsi Jakarta International School di Indonesia, di mana ia kembali mengajar ilmu sosial, melatih basket dan mengembangkan reputasi untuk memimpin karya wisata dengan menginap dan berusaha menyenangkan siswa-siswa.
"Semua anak-anak tampaknya benar-benar menyukainya," kata Will Julius, seorang alumni yang kini berusia 21 tahun dan anak salah satu mantan guru di sana.
Setelah 10 tahun di Jakarta, Vahey pindah ke Escuela Campo Alegre di Venezuela, di mana Jean menjadi pengawas dan suaminya yang juga dipanggil dengan sebutan Bill mengambil pekerjaan mengajar di sebuah kampus di wilayah berbukit yang menghadap ibukota Caracas. ke halaman berikutnya
Hidup di Saluran Pembuangan Limbah: Anak-Anak Gelandangan di Bukares.
Banyak anak-anak tunawisma di Bukares mencari tempat berlindung di selokan-selokan kota. Kehidupan dalam selokan itu sangat kejam. Sebagian besar dari anak-anak itu kecanduan obat.
Foto: Jodi Hilton
Hidup di Bawah Tanah
Cristina, (19 tahun) yang kecanduan menghisap Aurolac, sejenis narkotika, hidup seperti banyak remaja lain di Rumania- tanpa rumah. Ia memanjat keluar dari selokan, tempat dimana ia dan saudara-saudaranya serta beberapa remaja lainnya tinggal. “Kami tak punya air untuk mandi dan kadang juga tak ada makanan“. Sekitar 1000 dari 6000 orang gelandangan di Bukares adalah anak-anak.
Foto: Jodi Hilton
Sebuah Rumah?
Banyak yang membangun ruang tamu sementara di bawah tanah. Carina kini tinggal di sebuah saluran besar yang dibangun untuk limbah air dan pemanas. Karena disana tak ada listrik ia menggunakan lilin untuk penerangan. Banyak dari anak-anak tunawisma Rumania yang dibesarkan dipanti asuhan, meninggalkan panti itu setelah cukup umur untuk hidup mandiri.
Foto: Jodi Hilton
Generasi Baru: Gelandangan Anak
25 tahun setelah revolusi Rumania, generasi baru, yakni anak-anak tunawisma dan pecandu obat menguasai jalan-jalan dan menjadikan saluran pembuangan limbah sebagai tempat tinggal. Hidup mereka pendek, tragis. Kadang-kadang anak-anak ini juga mempunyai anak yang sebagian besar dirawat oleh negara. Mona, (19 tahun) sedang mengandung anak kedua. Ia tinggal besama anak dan kekasihnya di bawah tanah.
Foto: Jodi Hilton
Bertahan Hidup Dalam Dingin
Remus, (20 tahun) tidur sendiri di sebuah ruangan yang ada di bawah kota. Rumahnya berada di Piata Victoriei, sebuah tempat penting di pusat kota Bukares. Remus berkata, ia lebih senang tinggal sendiri daripada hidup di saluran yang sudah banyak ditinggali orang. Ruangan yang ia tinggali terletak dekat dengan sistem pemanas negara, hingga saat musim dingin ruangan itu tetap terasa hangat.
Foto: Jodi Hilton
Bekas Anak-Anak Panti Asuhan
Panti Asuhan mulai diperkenalkan di Rumania pada masa berkuasanya diktator Nicolae Ceausescu yang melarang aborsi. Pada masa awal periode pasca komunis, yakni tahun 1990, kondisi panti asuhan di Rumania sangat mengenaskan. Semua barang-barang kebutuhan hidup berada dalam jumlah terbatas, termasuk makanan dan uang. Banyak anak yang melarikan diri dan mencari perlindungan.
Foto: Jodi Hilton
Tempat Pengedar dan Pengguna Narkotik
Seorang laki-laki ingin memasukkan tasnya ke dalam tanah lewat sebuah pintu masuk taman yang ada di dekat stasiun kereta api di bagian utara Bukares. Taman ini adalah tempat berkumpul pengedar dan pemakai narkotik. Stasiun ini adalah tempat dimana anak-anak jalanan Rumania pertama kali menemukan saluran bawah tanah untuk mereka tinggali.
Foto: Jodi Hilton
Kemiskinan Tersembunyi
Pasangan lanjut usia ini hidup di ruang bawah tanah, di sebuah daerah lingkungan kelas menengah di Bukares. Di ibukota Rumania, Bukares terdapat sekitar 6000 orang gelandangan. Banyak diantara mereka yang mencari tempat perlindungan saat musim dingin di bawah tanah.
Foto: Jodi Hilton
Jadi “High” Dengan Pengencer Cat
Pepita, (4 tahun) sedang makan snack sementara kakaknya, Cristina (19 tahun) sedang menghirup Aurolac dari sebuah kantung plastik. Aurolac adalah sejenis pengencer cat metal yang bisa membuat orang `high`. “Tak mudah hidup di saluran pembuangan. Kadang-kadang, disana ada banyak orang, sehingga saya tak bisa tidur”, kata Pepita. “Aku berharap bisa masuk TK” katanya lagi.
Foto: Jodi Hilton
Membesarkan Anak
Tak semua gelandangan tinggal di bawah tanah. Nicoleta, (32 tahun) sedang hamil anak ke 3. Bersama kekasihnya, ia membangun sebuah tenda dekat stasiun kereta api. Meski, anak-anaknya hidup dibawah asuhan negara, ia berharap bisa merawat anak ke tiganya sendiri. Tapi, ia takut, dinas sosial Romania akan membawa pergi anaknya, seperti yang sering terjadi jika ibu si anak seorang tunawisma.
Foto: Jodi Hilton
Keluar dari Jalanan
Sergiiu (24 tahun)- diterlantarkan saat kecil dan dibesarkan di panti asuhan. Ia lari, hidup di jalanan dan memakai obat-obatan. “Saya dulu hidup di saluran pembuangan. Tapi saya ingin keluar dari kecanduan obat, itu tak bisa terjadi di bawah sana. Karena itu saya pindah ke tempat yang tenang di bawah jembatan“, katanya. Kini, ia sedang berusaha mendapat ijasah dan lepas dari kehidupan jalanan.
Semua karyawan baru diminta untuk memberikan catatan bebas kriminal dari negara asal atau negara terakhir mereka tugas --jika mereka tinggal di negara itu selama lebih dari lima tahun. Dari Indonesia, Vahey, tak memiliki catatan kriminal.
Di Venezuela, guru populer itu kembali bertugas membawa anak-anak berkarya wisata. Pihak berwenang mungkin tak sadar atas adanya tanda peringatan, ketika dua siswa di bawah tanggung jawab Vahey sempat dilarikan ke rumah sakit setelah jatuh tak sadarkan diri di kamar hotel mereka, selama mengikuti perjalanan pertandingan basket. Uji toksisitas menunjukkan hasil negatif, sehingga sekolah mengirim pejabat keamanan untuk menyelidiki. Namun mereka tidak mampu untuk menentukan penyebab sakit tersebut dan Vahey tidak diselidiki.
Vahey juga menyelenggarakan acara tahunan: menginap selama seminggu ke Kosta Rika, dengan membawa 20 sampai 25 siswa, ujar orang tua dan staf sekolah. Inspektur pengawas sekolah Gregory Hedger mengatakan, ia terkejut ketika mengetahui kunjungan seperti itu diperbolehkan. Dia langsung berhenti mensponsori perjalanan tanpa orang tua sebagai pendamping.
Hukum Perkosaan di Berbagai Negara
Trauma berkepanjangan, hancurnya semangat hidup, bahkan berujung kematian, banyak kepahitan dialami korban perkosaan. Sudah saatnya semua negara memperbaiki perlindungan hukum terhadap korban kekerasan seksual.
Foto: Fotolia/Artem Furman
Jerman: No Means No
Tahun 2016 definisi perkosaan diperluas. Jika korban mengatakan 'TIDAK‘ terhadap aktivitas seksual, dan pihak lain tetap memaksa, maka pihka yang memaksa dapat diajukan ke pengadilan. Hukum Jerman sebelumnya terkait kekerasan seksual amat lemah. Sebuah kasus dianggap pemerkosaan hanya jika sang korban secara fisik mencoba melawan pelaku.
Foto: dapd
Perancis: Verbal pun Dapat Dihukum
Istilah "pemerkosaan" mencakup kegiatan seksual tanpa kesepakatan pihak yang terlibat atau adanya unsur pemaksaan. Pelanggar bisa mendapat ancaman vonis hingga 20 tahun penjara. Orang yang berulang kali secara verbal melecehkan orang lain secara seksual dapat dijatuhi vonis denda tinggi - atau bahkan hukuman penjara sampai dua tahun.
Foto: picture alliance/Denkou Images
Italia: Suami pun Bisa Dipenjara
Pada tahun 1996, Italia memperluas hukum kejahatan seks, mencakup pemaksaan aktivitas seksual dalam pernikahan. Ancaman bagi seseorang yang memaksa pasangannya berhubungan seks, sementara pasangannya menolak, bisa terancam hukuman 10 tahun penjara.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Gambarini
Swiss: Penetrasi Vagina
Swiss membatasi definisi pemerkosaan dengan kegiatan penetrasi pada vagina. Serangan pelecehan seksual lainnya dapat dikategorikan sebagai pemaksaan seksual – jika korban menolak, baik secara fisik maupun verbal. Hukuman untuk semua pelanggaran bisa divonis hingga 10 tahun penjara. Sejak tahun 2014, perkosaan dalam pernikahan dapat dikenai hukuman.
Foto: Fotolia/Ambelrip
Swedia: Korban terpaksa karena takut
Di bawah hukum pidana Swedia, membuka paksa baju orang lain dapat dikenai hukuman hingga 2 tahun penjara. Eksploitasi seks terhadap orang dalam "kondisi tak berdaya," seperti tertidur atau di bawah pengaruh obat/alkohol, termasuk pemerkosaan. Sejak 2013, perkosaan juga termasuk serangan terhadap orang yang tidak menolak karena takut, hingga tercipta kesan terjadinya hubungan seks konsensual.
Foto: Fotolia/Gerhard Seybert
Amerika Serikat: Bahkan terjadi di kampus
Definisi kekerasan seksual bervariasi dari satu negara bagian ke negara bagian lain. Di Kalifornia, misalnya kedua pihak pasangan harus secara jelas menyetujui tindakan seksual, jika tak mau dianggap sebagai perkosaan. Aturan ini juga berlaku untuk mahasiswa di kampus-kampus, di mana dilaporkan meluasnya kekerasan seksual dalam beberapa tahun terakhir
Foto: Fotolia/Yuri Arcurs
Arab Saudi: Melapor malah dihukum
Negara ini menetapkan hukuman mati bagi pemerkosaan, meski masih sulit menjerat pelaku yang memperkosa istri mereka. Ironisnya perempuan yang melaporkan perkosaan malah bisa dihukum jika dianggap "aktif" berkontribusi dalam perkosaan. Misalnya, perempuan yang bertemu dengan laki-laki yang kemudian memperkosa mereka, dapat dihukum karena dianggap mau bertemu dengan lelaki itu.
Foto: picture-alliance/Bildagentur-online/AGF
7 foto1 | 7
Tujuh tahun kemudian, Vahey mengajar di kampus Southbank International School London, Westminster, yang memiliki sekitar 350 siswa dari 70 negara. Vahey menjadi menjalani dua pemeriksaan latar belakang kriminalitas di Inggris, negara yang belum pernah ia sambangi sebelumnya.
Setelah satu tahun, Vahey mendirikan 'Travel Club,' sebuah majalah untuk ekspatriat di London. Website sekolah menggambarkan perjalanan 13 hari ke Nepal pada tahun 2012, yang termasuk berwisata ke Himalaya, kegiatan arung jeram dan safari gajah. Tahun 2013, tujuan perjalanan musim semi dengan siswa kelas enam sampai sembilan adalah Panama.
Dewan Gubernur Southbank, Chris Woodhead, mengatakan ada anak laki-laki yang dalam perjalanan merasa sakit dan Vahey mengambil anak itu ke dalam kamarnya, tampaknya "untuk merawatnya." Beberapa bulan kemudian guru mendengar gosip di sebuah minibus dan insiden diselidiki, kata Woodhead, tapi "Orangtua anak itu setuju bahwa masalah ini tidak harus dikejar." ke halaman berikutnya
Inilah Provinsi Paling Rawan Pelecehan Seksual
Indonesia belakangan didaulat sedang menghadapi darurat pemerkosaan dan pelecehan seksual. Ironisnya provinsi Aceh tergolong yang paling banyak mencatat kasus pencabulan terhadap perempuan dan anak-anak.
Foto: Imago/Xinhua
Darurat Pelecehan Seksual?
Menurut data Komisi Nasional Perempuan, tahun 2016 Indonesia mencatat lebih dari 6000 kasus kekerasan seksual. Sebagian di antaranya terjadi di rumah tangga. Sementara sisanya di komunitas-komunitas sosial. Tapi provinsi mana yang paling rawan tindak kekerasan seksual?
Foto: Getty Images
#1. Aceh
Yayasan Kita dan Buah Hati mendaulat Aceh sebagai provinsi dengan tingkat kasus pelecehan seksual tertinggi di Indonesia. Korban tidak cuma perempuan. Menurut data Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak-anak, daerah Syariat Islam itu tahun 2015 mencatat 147 kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Simanjuntak
#2. Jawa Timur
Lembaga Bantuan Hukum Surabaya mencatat sepanjang tahun 2015 terdapat 116 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak-anak di Jawa Timur. Angka tersebut sudah banyak menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 183 kasus kekerasan.
Foto: Getty Images
#3. Jawa Barat
Setiap bulan 17 perempuan di Jawa Barat mengalami pelecehan seksual. Catatan muram tersebut berasal dari Data Kekerasan Seksual yang dipublikasikan Komisi Nasional untuk Perempuan. Menurut Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak, kabupaten Bandung dan Bandung Barat menjadi daerah yang mencatat kasus kekerasan seksual tertinggi.
Foto: Imago/Xinhua
#4. DKI Jakarta
Menurut data kepolisian, sepanjang 2014 Jakarta mencatat 63 kasus pemerkosaan terhadap perempuan. Sementara kasus pelecehan seksual yang melibatkan bocah di bawah umur tercatat hampir mendekati angka 300 kasus.
Foto: Ulet Ifansasti/Getty Images
#5. Sumatera Selatan
Tahun 2014 Sumatera Selatan mencatat 111 kasus pemerkosaan dan pelecehaan seksual terhadap perempuan. Jumlahnya tidak banyak berubah di tahun 2015.
Ketika Vahey melanjutkan dinasnya ke Sekolah Nikaragua, istrinya tinggal di London. Di Nikaragua, Vahey mengajar sejarah dunia untuk kelas sembilan dan geografi dengan cara yang begitu menarik. Banyak siswa bertanya mengapa guru lain tidak bisa melakukan hal yang sama.
Pada sebuah akhir pekan sebelum Thanksgiving, setelah pembantu Vahey yang dipecat karena mencuri, ia diam di rumah, kata Rafael, seorang penjaga rumah yang menolak memberikan nama terakhir karena sensitifnya isu itu. Pada hari Minggu, rumah itu gelap gulita.
Pada hari Senin, seorang karyawan sekolah menemukan Vahey tak bergerak di tempat tidurnya. Yang memeriksa berpikir ia mati. Tapi kemudian ketika kantung jenazah dibuka, polisi dan paramedis menyadari Vahey masih hidup. Seorang dokter di rumah sakit mengatakan jantungnya lemah dan kadar racun dalam darahnya tinggi, tapi ia bisa pulang setelah dua hari. Demikian diceritakan seorang dokter yang tak mau disebutkan namanya. Vahey mengatakan kepada rekan-rekannya, ia digigit oleh laba-laba beracun.
Kekerasan terhadap Anak
Jumlah kekerasan terhadap anak-anak di Indonesia mengkhawatirkan. Sebagian terjadi di sekolah-sekolah. Memang sudah ada upaya penanganan tindak kriminal tersebut, tetapi kendala pelaksanaannya banyak.
Foto: picture alliance/abaca
Tujuh dari 10 Anak Alami Kekerasan
Menurut organisasi Plan International dan International Center for Research on Women (ICRW), tujuh dari 10 anak di Asia alami kekerasan di sekolah. Situasi anak Indonesia sangat mengkhawatirkan, sekitar 84% alami kekerasan. Kekerasan Yang terjadi berupa kekerasan fisik, seksual, emosional dan ancaman kekerasan oleh guru, pegawai sekolah, antar murid dan dari anggota keluarga.
Foto: Reuters/B. Yip
Belajar tanpa Ancaman
Menurut pakar komunikasi Irsyad Hadi dari Plan International, laporan tersebut didasari riset yang melibatkan 1.742 murid, perempuan dan laki-laki, usia antara 12 dan 15 dari 30 SMP negeri di Jakarta, Serang dan Banten, dari Januari sampai Maret 2014. Mark Pierce dari Plan International seksi Asia mengatakan, tiap anak punya hak atas pendidikan yang bebas kekerasan dan ancaman.
Foto: picture alliance/Robert Harding World Imagery
Tidak Anggap Kekerasan Salah
Salah satu fakta menyedihkan yang juga disampaikan oleh Pierce dari Plan International: anak-anak kerap tidak melaporkan kekerasan yang mereka alami. Salah satu alasannya adalah karena merasa takut. Tapi sering juga karena mereka tidak menganggap kekerasan yang mereka alami sebagai sesuatu yang salah.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Nath
Laporan Tidak Sesuai Kenyataan
Sebagai contoh dari yang disampaikan Pierce: 339 kasus kekerasan terhadap anak terjadi di Provinsi Gorontalo dalam rentang waktu 2013 hingga 2015. Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim mengatakan, angka tersebut belum mencerminkan kenyataan di lapangan, karena banyak kasus tak dilaporkan. Masyarakat belum sepenuhnya pahami dampak kekerasan terhadap anak, kata Idris Rahim.
Foto: Fotolia/Gina Sanders
Takut Tekanan
Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Abdul Haris Semendawai, mengungkapkan aspek lain: kendati banyak kasus dilaporkan, tidak semua kasus diusut hingga di bawa ke persidangan. Ia menduga, ada tekanan yang dialami korban maupun saksi. "Apalagi, tindak pidana yang melibatkan anak, biasanya dilakukan oleh kelompok atau disebut sebagai kejahatan terorganisir," sambung Haris.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Burgi
5 foto1 | 5
Pada awal Desember, ia mengirim pesan email massal ke sekolah, menyatakan: "Ada rasa kagum, heran dan sukacita, bahwa saya menemukan diri saya dapat menulis untuk Anda. Minggu terakhir telah cukup banyak petualangan, dan saya beruntung untuk mengatakan saya jauh lebih baik."
Dalam perjalanan menuju ke Atlanta untuk tes medis, Vahey menulis: "Saya siap untuk semester kedua dan berharap untuk kembali ke sekolah pada bulan Januari."
Pada awal Maret, seorang pembantu muncul dan menyerahkan stik USB kepada kepala sekolah Gloria Doll. Ia mengatakan Doll harus melihatnya. Ada folder dalam stik USB itu yang ditandai dengan nama dan tanggal perjalanan sekolah tahun 2008: "Panama Trip", ''Perjalanan ke Kosta Rika", ''Basketball Trip" dan "Musim Semi 2013". Doll mengklik folder terakhir, di mana ia menemukan foto-foto anak laki-laki dalam kondisi tidak sadar, banyak yang berambut pirang atau merah dan usianya antara 12 dan 14 tahun. Beberapa gambar anak tak bercelana, dengan tangan manusia menyentuh testis dan anus mereka. Anak-anak lain dalam foto itu tampak dalam posisi seks oral.
Doll yang mengkonfrontir itu pada Vahey, menyebutkan anak-anak itu diberi sejenis obat tidur. Ketika berbincang dengan Vahey, pedofil itu mengatakan: "Saya pernah dicabuli, itulah sebabnya saya melakukan ini. Saya telah melakukan ini seumur hidup saya."
Bunuh diri kedua
Vahey mengatakan ia telah menelan lebih dari 100 pil tidur pada November 2013 setelah menemukan stik USB-nya telah diambil orang. Doll menuntut pengunduran diri Vahey.
Vahey terbang ke Atlanta pada hari berikutnya. Para pejabat AS segera memberitahu polisi Nikaragua, tapi Vahey telah meninggalkan negara itu. Di Miami, ia mengganti pesawat. Agen khusus dari FBI telah menyampaikan informasi itu, tapi dalam pemeriksaan tas tak ada yang ilegal, jadi pejabat berwenang tidak memiliki alasan untuk menahannya.
Pada Maret 2014, pihak sekolah menyatakan kepada orang tua murid bahwa Vahey telah mengundurkan diri. Vahey saat itu melakukan perjalanan ke Luverne, Minnesota, di mana saudaranya, adik ipar dan ibunya tinggal. Ibunya tinggal di sebuah panti jompo. Di sebuah hotel, Vahey menikam dirinya sendiri di dada dengan pisau. Dia meninggalkan catatan meminta maaf kepada keluarganya. "Ia salah satu pedofil yang paling produktif karena dari angka korbannya pun sudah jelas," kata Agen Khusus FBI, Sharon Dunlap.
Setidaknya 60 dari 90 atau lebih anak-anak dalam gambar berasal dari sekolah Southbank, demikian menurut polisi. Sejumlah besar orang tua mengatakan mereka tidak ingin tahu apakah anak-anak mereka dilecehkan. kembali ke halaman 1
Filipina: Anak-anak dari Wisata Seks
Mereka terlihat berbeda dari anak-anak lain, tumbuh tanpa ayah dan dalam kemiskinan. Mereka adalah anak-anak wisatawan seks di Filipina.
Foto: DW/R. I. Duerr
Tergantung pada Industri Seks
Kemiskinan dan tidak adanya peluang kerja, kerap membawa gadis-gadis muda di kota Olopango, terjun dalam dunia prostitusi. Banyak juga perempuan muda dari kota lian datang ke sini untuk mencari pekerjaan di bar. Di negara bermayoritas Katolik ini , alat kontrasepsi sulit didapat. Akibatnya, setiap tahun lahir ribuan anak berayahkan wisatawan asing. Kebanyakan dari mereka tumbuh dalam kemiskinan.
Foto: DW/R. I. Duerr
Generasi tanpa Ayah
Daniel (4 tahun) kemungkinan tidak akan pernah mengenal ayahnya, seorang Amerika. Kedua kakaknya berayahkan orang Filipina, yang juga meninggalkan ibunya. Sejak bertahun-tahun ia bekerja di sebuah bar. Agar dapat memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anaknya, kini ia berharap dapat bekerja di sebuah pabrik elektro milik Korea Selatan.
Foto: DW/R. I. Duerr
Warisan Wisata Seks
Bermain dengan bola basket merupakan aktivitas favorit Ryan (tengah). Ayahnya berasal dari Jepang. Ibu Ryan masih bekerja sebagai PSK di sebuah bar di Olongapo. Ryan memiliki empat saudara, juga dengan ayah yang berbeda-beda.
Foto: DW/R. I. Duerr
Peluang Karir?
Anak berkulit putih, seperti Sabrina (tengah) kadang dijuluki "Bangus" atau Ikan Bandeng. Dalam lingkungan mereka, anak-anak ini biasanya "dibedakan". Namun, berkat wajah mereka kadang mereka beruntung bisa berkarir di Dunia film atau mode. Sabrina, maupun ibunya, tidak memiliki kontak lagi dengan ayahnya di Jerman.
Foto: DW/R. I. Duerr
Ditinggal sebelum Bertemu
Setiap hari Leila menyandang ranselnya yang penuh dengan buku dan pensil. Gadis berusia lima tahun ini tidak sabar lagi untuk bisa pergi ke sekolah tahun depan. Ayahnya 'kabur' kembali ke Amerika Serikat Saat Leila masih berada dalam kandungan.
Foto: DW/R. I. Duerr
Tanpa Peluang
Ayah Ayla merupakan seorang Amerika berkulit hitam. Ibunya, yang tidak pernah belajar membaca dan menulis, dulu bekerja sebagai PSK . Sekarang ia membuka jasa cuci baju.
Foto: DW/R. I. Duerr
Stigma Seumur Hidup
Anak-anak yang berayahkan warga Afrika atau Afro-Amerika kerap menghadapi "diskriminasi" di lingkungan mereka, dengan menyebut mMereka "Negro".
Foto: DW/R. I. Duerr
Tidak Mampu Berobat
Lester masih berusia satu tahun saat ayahnya meninggal. Selama tujuh tahun, ibunya, Jessica, hidup bersama dengan ayah Lester, seorang Amerika, yang merupakan manajer di sebuah bar tempat Jessica bekerja. Lester menderita pneumonia parah. Namun ibunya yang kini bekerja di sebuah laundry tidak memapu membawanya ke dokter.
Foto: DW/R. I. Duerr
Hidup Baru
Putra Angela, Samuel, berayahkan seorang warga Swiss. Angela tidak memiliki kontak lagi dengannya sejak ia mengandung Samuel. Kini Angela bersuamikan orang Filipina, dan telah dikaruniai bayi. Pekerjaannya di bar ia tinggalkan demi suaminya.
Foto: DW/R. I. Duerr
Kabar Terputus
Sejak lahir ibu Rachel, Pamela (kiri), tunarungu dan tunawicara. Pada usia 16 tahun, Pamela mulai bekerja di bar di Olongapo. Dengan ponslenya, Rachel menunjukkan foto ibunya, Saat berumur sekitar 20 tahun, bersama pacar Jermannya. Sejak kelahiran Rachel, ayahnya kerpa mengirim uang dari Jerman. Namun sejak beberapa bulan, tidak ada kabar lagi darinya.