Lebih dari separuh hidupnya, Subardi menghabiskan sebagai koster atau pelayan gereja. Baginya, ini adalah bentuk pelayanan dan pengabdian, meski ia seorang muslim.
Iklan
Selepas menunaikan ibadah salat Subuh, Subardi, bersiap berangkat kerja. Sebagai koster, Bardi harus datang lebih pagi untuk menyiapkan segala kebutuhan ibadah di Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Kharisma, Jakarta Selatan.
"Salah satu kewajiban koster itu nyiapin stola. Ini penting karena selalu dipake oleh majelis. Warnanya beda-beda tergantung tanggalnya. Kalau ibadah perjamuan, saya nyiapin sloki dan anggur. Saya sudah hafal berapa banyak sloki dan anggur yang dibutuhkan," ucap lelaki yang biasa disapa Bardi, saat ditemui DW Indonesia pertengahan Desember.
Selain itu, Bardi juga menyiapkan lembaran tata ibadah bagi majelis yang bertugas serta kotak persembahan jemaat. Ia juga memastikan kebersihan seluruh area gereja. Ini sudah dilakukannya lebih dari 30 tahun selama melayani jemaat GPIB Kharisma.
Dukungan keluarga
Sebelum bekerja sebagai koster, Bardi menjadi pekerja bangunan yang ikut membangun gedung serba guna GPIB Kharisma. Pada momen itu, ia ditawari oleh pengurus gereja pada saat itu untuk menjadi koster di GPIB Kharisma.
"Saya belum bisa jawab, Pak. Saya ini muslim. Saya harus tanya keluarga dulu," respons Bardi saat ditawari bekerja sebagai koster di gereja.
Butuh waktu tiga hari baginya untuk menerima pekerjaan tersebut. Keputusannya ini tak lepas dari respons positif keluarga yang mendukung Bardi bekerja sebagai koster.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
"Keluarga setuju-setuju saja kalau mau kerja di sini. Pesannya: Tapi kamu harus bisa membedakan. Kamu itu muslim. Ibadah jangan sampai lupa walaupun kamu kerja di tempat ibadah (agama) lain," ujarnya.
Hubungan baik dengan jemaat gereja
Seusai memastikan semua kesiapan kebutuhan ibadah gereja, Bardi menuju pintu gerbang gereja untuk menyambut para jemaat gereja yang datang.
Tak lupa, senyum ia sematkan sembari menyapa para jemaat yang sebagian besar sudah ia kenal. Komunikasi yang intensif, kata Bardi, membuat rasa kekeluargaan di gereja makin kental.
"Ada majelis jemaat gereja ini yang berkata: Pak Bardi, sebelum saya masuk surga, Pak Bardi duluan yang masuk surga karena Pak Bardi melayani semua keperluan apa pun yang di sini," ujar Bardi menceritakan salah satu momennya bersama jemaat.
Hubungan baik antara Bardi dan jemaat gereja juga didapati saat momen Lebaran dan Natal.
"Kalau saya mau lebaran, ada saja yang memberi. Ada sarung, kadang-kadang sembako, baju, kue kaleng. Saya bersyukur, orang dari keyakinan yang berbeda, tapi masih memperhatikan saya. Bahkan momen Natal seperti ini, ada saja yang memberi," tutur Bardi.
Iklan
Toleransi dan keterbukaan gereja
Pada awalnya, gereja cenderung melibatkan jemaatnya untuk menjadi koster.
"Dengan perkembangan situasi, zaman, dan kondisi seperti sekarang, kita terbuka untuk memberikan kesempatan juga (bagi non-Kristen)," ucap Ketua Majelis Jemaat GPIB Kharisma, Pdt. Betty Kailola.
Ia menyampaikan, perbedaan keyakinan tidak mengganggu pekerjaan Bardi sebagai koster di GPIB Kharisma.
''Setiap pegawai itu punya hari libur yang sama sebenarnya, setiap hari Senin. Tapi, secara khusus Pak Bardi tiap hari Jumat kita beri libur dan atas permohonannya juga agar bisa beribadah salat, menjalankan kewajiban agamanya," tutur Pdt. Betty.
Kepada DW Indonesia, Pdt. Betty mengungkap bahwa memberi kesempatan Bardi bekerja sebagai koster adalah salah satu cara membangun toleransi. Relasi dan kerja sama yang baik dapat dibangun meski memiliki perbedaan latar belakang.
Gereja-Gereja Paling Cantik Eropa
Gereja-gereja besar Eropa, baik yang disebut Dom, katedral, basilika atau lainnya, membuat orang kagum, terutama di masa Natal. Inilah pilihan gereja besar paling cantik dan paling terkenal di Eropa.
Foto: Oliver Berg/dpa/picture alliance
Basilika Santo Petrus, Vatikan
Gedung gereja ini ditambah kekayaan seni di dalamnya menjadi sebuah karya seni berukuran besar. Lagi pula, dengan luas 20.000 meter persegi, gereja ini salah satu yang terbesar dan terpenting di dunia. Dari gereja ini, semua pemimpin Katolik, yaitu Sri Paus, membawakan pesan dan ayat-ayat Alkitab untuk seluruh dunia.
135 menara kecil dan ribuan patung menghiasi bagian depan gereja bergaya Gotik ini, yang di Italia disebut Duomo di Santa Maria Nascente. Pembangunannya sudah dimulai 1386, tapi baru diselesaikan enam ratus tahun kemudian, yaitu di tahun 1965. Keistimewaan lainnya adalah atapnya yang bisa dijalani orang.
Foto: Ralph Goldmann/dpa/picture alliance
Katedral Notre Dame di Paris
Ketika gereja "Notre Dame de Paris" mulai dibangun di Abad Pertengahan, gaya gotiknya banyak ditiru di seluruh Prancis. Sekarang dia jadi salah satu bangunan indah yang menghiasi tepian sungai Seine, dan termasuk warisan budaya UNESCO. Akibat kebakaran besar yang terjadi April 2019, gereja itu menderita kerusakan berat. Rekonstruksinya baru akan selesai Desember 2024.
Foto: Nigel Stripe/Zoonar/picture alliance
Sagrada Familia di Barcelona, Spanyol
Gereja ini adalah percampuran antara gaya Gotik, Art Nouveau dan modernisme. Penampilannya sama uniknya dengan sejarahnya. Pembangunannya dimulai akhir abad ke-19, berdasarkan rancangan Antoni Gaudí, dan masih berlangsung sampai sekarang. Setiap tahun, gereja itu dikunjungi jutaan wisatawan. Pembangunannya dibiayai dengan tiket masuk dan sumbangan.
Foto: Global Travel Images/picture alliance
Westminster Abbey di London
Di gedung katedral yang berusia lebih dari 700 tahun ini, secara tradisional para raja dan ratu Inggris serta Irlandia Utara dimahkotai, menikah, dan didoakan saat mangkat. Pangeran William dan Kate Middleton menikah di gereja ini tahun 2011. Mungkini ini alasannya, mengapa Putri Kate sudah tiga kali mengadakan konser Natal di gereja ini.
Nama resminya sangat jarang digunakan, dan biasanya disebut Kölner Dom. Kedua menaranya yang setinggi 157 meter mengagumkan, walaupun masih kalah dibanding menara gereja Ulmer Münster yang tingginya 162 meter. Gereja ini mulai dibangun tahun 1248, dan baru selesai tahun 1880.
Foto: Andreas Rentz/Getty Images
Frauenkirche di Dresden, Jerman
Gereja bernama Frauenkirche (Gereja Perempuan) adalah gereja terbesar di dunia yang dibangun dengan batu pasir. Pembangunannya mulai 1726 sampai 1743, dan jadi simbol gaya Barock di kota Dresden. Di akhir Perang Dunia II, gereja ini rusak berat , kemudian terbakar dan runtuh 15 Februari 1945. Setelah Revolusi Damai di Jerman Timur, mulai 1994 gereja ini mulai dibangun lagi dan 2005 diresmikan.
Gereja yang jadi lambang kota Wina ini mulai dibangun di abad ke-12, dan baru selesai beberapa ratus tahun setelahnya. Sekarang, Stephansdom dianggap salah satu bangunan bergaya Gotik yang paling penting di Austria. Menaranya memiliki anak tangga 343 buah. Di menara utara yang tingginya 68 meter juga tergantung lonceng gereja kedua terbesar di Eropa, yang bisa berayun dengan bebas.
Foto: Georg Hochmuth/APA/picture alliance
Katedral Veit di Praha
Nama aslinya "Katedrála svatého Víta, Václava a Vojtěcha". Ini gereja paling besar dan terkenal di Ceko, dan berdiri di atas lahan Istana Praha. Ini juga jadi makam bagi beberapa pahlawan, kaisar dan orang yang dianggap suci. Salah satunya adalah Santo Nepomuk. Untuk membuat makamnya digunakan lebih dari satu ton perak, membuat lokasi ini menjadi lokasi katedral paling berharga di Eropa.
Foto: Oliver Wintzen/robertharding/picture alliance
Gereja Kayu di Borgund, Norwegia
Di provinsi Vestland di Norwegia berdiri bangunan tertua Eropa yang dibuat dari kayu. Gereja di Borgund ini adalah salah satu contoh seni arsitektur paling hebat dari Norwegia. Gereja ini hanya bisa dimasuki pengunjung dari bulan Mei hingga September. Di sebelahnya ada pusat informasi tentang gereja tersebut dan agama yang tersebar di zaman Abad Pertengahan. (ml/hp)
Sementara untuk Bardi, koster bukan sekadar pekerjaan untuk mendapat gaji. Menjadi koster berarti juga melayani sesama umat beragama.
"Pelayanan bukan hanya di masjid, di rumah, di gereja pun kita juga namanya pelayanan. Kita melayani sesama 'kan boleh-boleh saja. Walaupun saya muslim, saya bisa melayani nonmuslim. Rasanya saya puas, gitu lho," kata Subardi.