Kisah Sutino dan Perpustakaan Bemo yang Nyaris Padam
30 Agustus 2017
Perpustakaan bemo milik Sutino yang menawarkan buku buat anak-anak sekolah tergolong langka di Jakarta. Kendati nyaris padam, dia berharap kisahnya bisa menjadi inspirasi buat generasi muda.
Iklan
Deru mesin bemo yang dikendarai Sutino Hadi menyihir para bocah sekolah dasar layaknya panggilan pedagang keliling. Padahal dia tidak sedang menjual jajanan, melainkan menawarkan perpustakaan. Di dalam bemonya yang kecil itu dia menyimpan koleksi buku-buku cerpen dan cerita bergambar buat anak-anak.
"Dengan ini, kami menjadi suka membaca," kata Firda Dwi Sagita, bocah kelas tiga SD yang tinggal di sebuah sudut miskin Jakarta. Sutino yang kerap mangkal di kawasan Karet, Tanah Abang, rajin berkeliling menawarkan buku seusai membawa penumpang. Pria yang akrab disapa Kinong itu menceritakan bemo perpustakan dihibahkan oleh Universitas Tarumanegara.
"Tidak perlu lagi pergi jauh-jauh buat ke perpustakaan," kata Alfandi Mardiansyah, siswa kelas tiga lain yang berlangganan meminjam buku pada Sutino.
Bemo berwarna ungu itu "otomatis menyedot perhatian anak-anak", kisah Sutino. Selain buku, dia juga bekerjasama dengan Komunitas Ruang Rupa buat menampilkan layar tancap dengan film bertemakan edukasi di akhir pekan.
#PustakaBergerak Tebar Buku Hingga ke Pelosok Terpencil
Di tengah maraknya pemberangusan buku, Pustaka Bergerak tak kenal lelah bangkitkan minat baca dengan perahu, motor, becak bendi,dll. hingga ke pedalaman. Di Mandar, Nusa Pustaka dibangun sekaligus jadi museum maritim.
Foto: Maman Suherman
Perpustakaan di Mandar
Nusa Pustaka adalah perpustakaan milik Muhammad Ridwan Alimuddin di Desa Pambusuang Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi barat yang diresmikan Maret 2016.
Foto: Maman Suherman
Armada pustaka
Mengandalkan Armada Pustaka untuk membuka ruang baca ke masyarakat Sulawesi Barat, Muhammad Ridwan Alimuddin mendirikan ativitas literasi lewat Nusa Pustaka di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Foto: Maman Suherman
Ridwan, pejuang literasi
Muhammad Ridwan Alimuddin dulunya merupakan mantan wartawan. Ia punya kepedulian luar biasa terhadap buku dan usaha membangkitkan minat baca hingga ke pelosok.
Foto: M. Ridwan
Dengan perahu
Dengan perahu atau sampan, Ridwan berkelana membawa buku ke pulau-pulau kecil, agar bisa sampai kepada anak-anak di pelosok terpencil yang haus buku bacaan .
Foto: M. Ridwan
Museum maritim
Perpustakaan ini sekaligus merupakan museum maritim Mandar. Saat ini Perpustakaan Museum Nusa Pustaka mengoleksi lebih dari 6000 buku dan beberapa artefak kebaharian. Misalnya tiga unit sandeq, replika perahu, beberapa alat bantu kerja nelayan dan artefak bangkai perahu Mandar.
Foto: Maman Suherman
#TebarVirusLiterasi
Tujuan utama dibangunnya Nusa Pustaka adalah agar buku-buku dapat dimanfaatkan secara maksimal, mudah diakses masyarakat yang ingin membaca dan meminjam buku setiap saat.
Foto: Maman Suherman
Bisa membaca dimana saja
Nusa Pustaka itu menampung sedikitnya 6.000 buku bacaan, baik buku sastra, komik, budaya, maritim, maupun buku ilmu pengetahuan umum. Anak-anak bisa membaca di mana saja dengan santai, bahkan di luar perpustakaan.
Foto: Maman Suherman
Dukungan sahabat
Motivator dan penulis Maman Suherman setia menemani perjuangan Ridwan. Ketika Maman ikut berlayar bersama perahu pustaka, perahu terbalik di lautan pada 13 Maret 2016, tepat pada hari peresmian Nusa Pustaka. Hampir semua warga di pantai bergegas berupaya menyelamatkan mereka dan buku-buku yang karam ke laut.
Foto: DW/M. Ridwan
Minat besar
Masyarakat setempat khususnya anak-anak amat antusias menyambut Nusa Pustaka. Bahkan ketika masih persiapan pembangunannya pun beberapa pelajar setiap hari sudah mampir ke Nusa Pustaka untuk bisa membaca buku.
Foto: Maman Suherman
Dukungan dari manca negara
David Van Reybrouck, sejarawan dari Belgia memberikan dukungan bagi inisiatif ini. Penulis karya sastra non-fiksi, novel, puisi dan drama ini berkunjung ke Nusa Pustaka dan berdiskusi dengan masyarakat setempat.
Foto: Maman Suherman
Andalkan berbagai armada demi ilmu pengetahuan
Armada Pustaka selain memiliki Perahu Pustaka, juga menyebar buku lewat Motor Pustaka, Sepeda Pustaka, Bendi Pustaka dan Becak Pustaka, yang menjadi tonggak gerakan literasi bersama.
Foto: Maman Suherman
Bendi pustaka
Delman atau bendi lazimnya juga disulap oleh para pegiat literasi ini menjadi perpustakaan keliling di Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Foto: Maman Suherman
Sang sais Bendi Pustaka
Rahmat Muchtar, keua dari kiri, adalah sais Bendi Pustaka. Ia berfoto bersama Maman dan Ridwan.
Foto: DW/M. Ridwan
13 foto1 | 13
Kisah bemo perpustakaan sempat terdengar hingga ke Istana Negara. Mei silam Presiden Joko Widodo mengundang Sutino dan pegiat literasi lain untuk bertatap muka.
Namun bemo Sutino mungkin tidak akan lama lagi berderu memanggil para bocah SD. Kebijakan ketat pemerintah provinsi DKI Jakarta terkait polusi kendaraan bermotor membuatnya sering menjadi incaran razia Departemen Perhubungan. Terlebih di usianya yang kini menginjak 59 tahun, Sutino mulai memikirkan pensiun.
Namun begitu ia berharap kisahnya bisa menjadi inspirasi. "Mudah-mudahan ide perpustakaan keliling akan dilanjutkan oleh generasi muda dengan kendaraan yang lebih baru," ujarnya.
Perpustakaan Paling Indah di Dunia
Perpusatakaan telah menopang peradaban manusia sejak lebih dari 4000 tahun. Bentuknya kini bisa bermacam-macam, ada yang serupa istana, sementara yang lain lebih mirip UFO. Inilah perpusataan paling spektakuler di dunia.
Foto: Imago/imagebroker
Perpustakaan Anna-Amalia, Weimar
Berdiri sejak lebih dari 300 tahun, perpusatakaan Anna Amalia di Weimar, Jerman, terkenal berkat aula berbentuk memanjang yang dibangun dengan gaya Rokoko (gambar). Tahun 2004 sebagian gedung perpusatakaan terbakar dilalap api. Butuh waktu tiga tahun bagi Jerman untuk merestorasi perpusatakaan bersejarah ini ke bentuk aslinya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Woitas
Universitas Teknik Delft
Perpusatakaan di kompleks Universitas Teknik Delft, Belanda, terlihat mencolok berkat desain atapnya yang modern dan ditumbuhi rumput. Atap unik itu menjadi tempat beristirahat pada mahasiswa di musim panas. Kubah berbentuk kerucut yang menjulang di tengah gedung memiliki tinggi 42 meter dan menyimpan rak buku setinggi empat lantai.
Foto: Nicholas Kane/Arcaid/picture alliance
Biblioteca Joanina, Coimbra
Harian Inggris "The Daily Telegraph" pernah membaptis perpusatakaan di Coimbra, Portugal, ini sebagai salah satu yang paling spektakuler di dunia. Adalah raja Johann V. yang memerintahkan pembangunannya. Setiap rak pada perpustakaan ini dibuat dengan kayu mawar dan kayu hitam. Kini Biblioteca Joanina menjadi bagian Fakultas Hukum Universitas Coimbra.
Foto: picture-alliance/akg-images/H. Champollion
Bibliotheca Alexandrina, Alexandria
Perpusatakaan paling terkenal di dunia ini pernah habis terbakar 2000 tahun silam. Hingga saat itu Bibliotheca Alexandrina adalah wadah terbesar ilmu pengetahuan di dunia dengan lebih dari 490.000 lembar papirus. Tahun 2002 silam pemerintah Mesir merenovasi perpusataakaan ini dengan dana sekitar 220 juta Dollar AS.
Foto: picture-alliance/Arco Images GmbH
Klosterbibliothek St. Gallen
Sejak lebih dari 1300 silam berdiri perpusatakaan biara di St. Gallen, Swiss. Istana pengetahuan ini tidak cuma menyimpan buku, tetapi juga mengoleksi sejumlah mumi dan artefak kuno asal Mesir. Aula perpustakaan (gambar) termasuk yang paling indah di dunia. Perpustakaan ini terdaftar sebagai Warisan Budaya UNESCO sejak 1983.
Foto: picture-alliance/Stuart Dee/robertharding
Perpustakaan Filologi, FU Berlin
Lantaran bentuknya yang menyerupai kepala manusia, perpusatakaan Filologi di Free University Berlin ini mendapat julukan "otak." Gedungnya didesain oleh arsitek ternama Inggris, Norman Foster dan tuntas dibangun tahun 2005 silam.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Andree/Helga Lade
Library of Congress, Washington
Perpustakaan nasional ini dibangun 1800 silam dan habis terbakar 14 tahun kemudian. Presiden ketiga AS, Thomas Jefferson lalu menawarkan perpustakaan pribadinya yang memiliki koleksi 6500 judul buku. Bagian paling spektakuler dari Library of Congress adalah aula utamanya yang didesain dengan gaya Renaissance.
Foto: picture-alliance/JOKER/H. Khandani
Trinity College Library, Dublin
Memanjang sejauh 64 meter dan lebar 12 meter, aula utama perpusatakaan Trinity College ini pantas dijuluki "Long Room." Awalnya ruangan ini cuma memiliki atap datar yang terbuat dari gipsum. Tahun 1858 sejumlah arsitek meninggikan ruangan perpustakaan dan membangun atap melengkung dengan kayu Oak.
Foto: Imago/imagebroker
National Library of China, Beijing
Dengan koleksi lebih dari 30 juta judul buku, perpustakaan nasional Cina termasuk tujuh perpustakaan terbesar di dunia. Dibangun tahun 1809, perpustakaan ini dulu bernama "Perpusatakaan Ibukota." Sejak tahun 1928 namanya diubah menjadi "Perpustakaan Beijing." Baru tahun 1998 pemerintah Cina mengizinkan nama perpustakaan diubah menjadi yang sekarang.
Foto: Getty Images/AFP/W. Zhao
El Ateneo Grand Splendid, Buenos Aires
Gedung ini bukan perpustakaan, melainkan toko buku. "Ateneo" di Argentina memiliki sejarah panjang. Dibangun 1919, awalnya gedung ini berfungsi sebagai gedung teater. Pada dekade 1920an pemiliknya menyulap Ateneo menjadi bioskop. Baru pada tahun 2000 pemiliknya mengubah gedung bersejarah ini menjadi toko buku yang dilengkapi dengan kedai kopi dan aula membaca.