Maizidah diperkosa dan dipaksa menikah dengan pemerkosanya. Jadi korban KDRT dan pernah juga dijual. Perbudakan dan perdagangan manusia masih jadi persoalan serius di abad modern ini. Opini Monique Rijkers.
Iklan
"Saya ini pernah jadi korban macam-macam. Korban perkosaan, korban kekerasan dalam rumah tangga dan korban perdagangan manusia,” ujar Maizidah Salas, "Setelah mengalami semua itu, sekarang saya baru merasa hidup itu indah,” itulah yang tercetus dari mulut Maizidah Salas saat berbicara dengan penulis setelah melewati masa-masa kelam bertubi-tubi.
Pengalaman pahit dalam kehidupan Maizidah berawal dari pemerkosaan yang berujung justru pada pernikahan dengan pelaku pemerkosa. Pernikahan tidak harmonis yang disertai kekerasan dalam rumah tangga memaksa Maizidah menjadi buruh migran ke Taiwan selama empat tahun sehingga ia pun mahir berbahasa Mandarin.
Maizidah sempat terpilih sebagai penerima beasiswa dari pemerintah Jerman, namun batal berangkat ke Jerman karena mengalami kecelakaan.
Ditemui usai menerima penghargaan Pahlawan Anti Perdagangan Manusia 2018 yang diberikan oleh pemerintah Amerika Serikat, Maizidah menjadi penerima penghargaan dari Indonesia setelah vakum sejak 2009.
Maizidah mengaku ia menjadi korban perdagangan manusia karena perlakuan tidak manusiawi yang ia peroleh sebagai buruh migran. Yang ia alami di Indonesia: Proses berbelit-belit yang panjang, masa tunggu ke negara penempatan hingga saat diserahkan ke pihak agen di negara penempatan pun tak luput dari bahaya.
Maizidah mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh agen buruh migran di Taiwan. Saat tiba di rumah majikan, Maizidah tidak mendapat jatah libur, tidak pernah menerima gaji dan bahkan tidak boleh beribadah (sholat lima waktu).
Pengalaman buruk membuat Maizidah ingin membantu sesama perempuan yang menjadi buruh migran agar tidak mengalami perlakuan buruk seperti dirinya, apalagi regulasi tidak memberikan perlindungan secara maksimal terhadap para buruh migran.
Maizidah akan terlibat bersama ILO atau Organisasi Buruh Internasional PBB untuk memasukkan pasal yang melindungi buruh migran sejak dari desa dalam undang-undang.
Saat ini Maizidah membangun kampung buruh migran di Wonosobo, tempat asalnya dengan mendirikan sekolah gratis bagi anak-anak buruh migran dan membangun koperasi sembako.
Inilah Negara Sarang Perbudakan
Sebanyak 45 juta manusia masih bekerja di bawah paksaan. Sebagian negara bahkan ikut memetik keuntungan dari praktik keji tersebut. Celakanya Indonesia masuk dalam daftar sepuluh besar Indeks Perbudakan Global 2016
Foto: picture-alliance/e70/ZUMA Press
1. India
Sekitar 270 juta penduduk India masih hidup di bawah garis kemiskinan. Menurut Indeks Perbudakan Global, negeri raksasa di Asia Selatan itu saat ini masih mencatat jumlah pekerja paksa sebanyak 18.354.700 orang. Sebagian besar bekerja di sektor informal. Sementara sisanya berprofesi prostitusi atau pengemis.
Foto: picture alliance/Photoshot
2. Cina
Maraknya migrasi internal kaum buruh menjadikan Cina lahan empuk buat perdagangan manusia. Pemerintah di Beijing sendiri mengakui hingga 1,5 juta bocah dipaksa mengemis, kebanyakan diculik. Saat ini lebih dari 70 juta penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. Menurut Indeks Perbudakan Global, Cina masih memiliki sekitar 3.388.400 budak.
Foto: Reuters
3. Pakistan
Sebanyak 2.134.900 penduduk Pakistan bekerja sebagai budak di pabrik-pabrik dan lokalisasi. Angka perbudakan tertinggi tercatat di dua provinsi, Sindh dan Punjab. Sejumlah kasus bahkan mengindikasikan orangtua di sejumlah wilayah di Pakistan terbiasa menjual putrinya untuk dijadikan pembantu rumah tangga, pelacur, nikah paksa atau sebagai bayaran untuk menyelesaikan perseteruan dengan suku lain.
Foto: Roberto Schmidt/AFP/GettyImages
4. Bangladesh
Indeks Perbudakan Global mencatat sebanyak 1.531.500 penduduk Bangladesh bekerja sebagai budak. Hampir 80% di antaranya adalah buruh paksa, sementara sisanya dijual untuk dinikahkan atau dijadikan prostitusi. Saat ini Bangladesh mencatat 390.000 perempuan menjadi korban pelacuran paksa.
Foto: picture-alliance/e70/ZUMA Press
5. Uzbekistan
Uzbekistan adalah produsen kapas terbesar keenam di dunia. Selama musim panen ratusan ribu penduduk dipaksa bekerja tanpa bayaran. Pemerintah berupaya memerangi praktik tersebut. Tapi Indeks Perbudakan Global 2016 mencatat tahun lalu sebanyak 1.236.600 penduduk masih bekerja sebagai budak di Uzbekistan.
Foto: Denis Sinyakov/AFP/Getty Images
6. Korea Utara
Berbeda dengan negara lain, sebanyak 1.100.000 budak di Korea Utara bukan bekerja di sektor swasta, melainkan untuk pemerintah. Eksploitasi buruh oleh pemerintah Pyongyang sudah lama menjadi masalah. Saat ini sebanyak 50.000 buruh Korut dikirim ke luar negeri oleh pemerintah untuk bekerja dengan upah minim. Program tersebut mendatangkan lebih dari 2 miliar Dollar AS ke kas negara.
Foto: picture alliance/AP Photo/D. Guttenfelder
7. Rusia
Pasar tenaga kerja Rusia yang mengalami booming sejak beberapa tahun silam banyak menyerap tenaga kerja dari berbagai negara bekas Uni Sovyet seperti Ukraina, Uzbekistan, Azerbaidjan atau bahkan Korea Utara. Saat ini sebanyak 1.048.500 buruh paksa bekerja di Rusia. Celakanya langkah pemerintah yang kerap mendiskriminasi buruh dari etnis minoritas justru membantu industri perbudakan.
Foto: picture-alliance/dpa
8. Nigeria
Tidak sedikit perempuan Nigeria yang dijual ke Eropa untuk bekerja di industri prostitusi. Namun sebagian besar buruh paksa mendarat di sektor informal di dalam negeri. Tercatat sebanyak 875.500 penduduk Nigeria bekerja di bawah paksaan.
Foto: UNICEF/NYHQ2010-1152/Asselin
9. Republik Demokratik Kongo
Serupa dengan negara-negara Afrika Sub Sahara lain, Republik Demokratik Kongo mencatat angka tertinggi dalam kasus perbudakan anak. Sebagian besar bekerja di sektor informal, prostitusi atau bahkan dijadikan tentara. Jumlah budak di RD Kongo mencapai 873.100 orang.
Foto: AFP/Getty Images
10. Indonesia
Menurut catatan Walk Free Foundation, kebanyakan buruh paksa di Indonesia bekerja di sektor perikanan dan konstruksi. Paksaan juga dialami tenaga kerja Indonesia di luar negeri seperti di Arab Saudi atau Malaysia. Secara umum Indonesia berada di urutan kesepuluh dalam daftar negara sarang perbudakan dengan jumlah 736.100 buruh paksa.
Foto: Getty Images
10 foto1 | 10
Minimnya sosialisasi
Menurut Maizidah Salas yang kini aktif menyuarakan perlindungan buruh migran dan anti-perdagangan manusia, sumber utama perdagangan manusia adalah korban tidak tahu cara bermigrasi secara aman akibat minimnya sosialisasi bahkan di kantong-kantong buruh migran.
Pernyataan Maizidah tersebut diperkuat data IOM, organisasi migrasi Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak tahun 2005 hingga 2017 terdapat 8929 kasus perdagangan manusia yang menimpa 6130 perempuan dan 2799 pria. Khusus tahun 2017 tercatat ada 78 kasus.
Masih adanya kasus membuktikan peran pemerintah belum memadai dalam memberantas perdagangan manusia. Celah dalam proses perekrutan, pengiriman hingga penempatan masih banyak yang bolong.
Kasus perdagangan manusia terbesar meliputi menjadi pekerja rumah tangga, pekerja kapal ikan, dipaksa menjadi pekerja seksual dan pekerja serabutan (melakukan beberapa jenis pekerjaan) yang semuanya bisa menjurus pada perbudakan manusia sebab para pekerja ini bekerja dengan jam kerja panjang, menerima perlakuan kasar, tidak mendapat atau diperbolehkan memegang gaji sendiri, tidak memiliki dokumen identitas, pembatasan kebebasan serta tempat tinggal yang buruk dan makanan/minuman tidak memadai.
Data yang cukup mencemaskan adalah kasus yang menimpa anak berusia di bawah 18 tahun, terdapat 1159 kasus. Secara global IOM mendata, Indonesia negara dengan kasus perdagangan manusia usia anak paling banyak.
Bandingkan dengan data negara Myanmar 10 kasus, Kamboja 8 kasus dan Thailand yang hanya memiliki satu kasus saja. Kesulitan mencegah perdagangan manusia adalah aktor perdagangan manusia terutama adalah individu-individu yang mudah mendekati korban atau keluarga korban dengan iming-iming pekerjaan tanpa formalitas prosedur.
Data IOM menyebutkan individu sebagai perekrut utama dibandingkan agen buruh migran. Namun sayangnya ada 246 kasus warga negara Indonesia yang terjerumus pada perdagangan orang dan berakhir sebagai budak modern setelah mencari pekerjaan sendiri.
Tujuh Negara Tujuan Favorit TKI
Sebanyak lebih dari 6 juta tenaga kerja Indonesia saat ini bekerja di 146 negara di seluruh dunia. Tujuh di antaranya adalah negara yang paling banyak mempekerjakan buruh asal Indonesia.
Foto: Getty Images
#1. Malaysia
Dari tahun ke tahun Malaysia menjadi tujuan utama tenaga kerja asal Indonesia. Menurut data BNP2TKI, sejak tahun 2012 sudah lebih dari setengah juta buruh migran melamar kerja di negeri jiran itu. Tidak heran jika remitansi asal Malaysia juga termasuk yang paling tinggi. Selama tahun 2015, TKI di Malaysia mengirimkan uang sebesar dua miliar Dollar AS kepada keluarga di Indonesia.
Lebih dari 320.000 buruh Indonesia diterima kerja di Taiwan sejak tahun 2012. Lantaran Taiwan membatasi masa kerja buruh asing maksimal 3 tahun, kebanyakan TKI mendarat di sektor formal. Tahun lalu TKI Indonesia yang bekerja di Taiwan menghasilkan dana remitansi terbesar ketiga di dunia, yakni 821 juta Dollar AS.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Chang
#3. Arab Saudi
Sejak 2011 Indonesia berlakukan moratorium pengiriman TKI ke Timur Tengah, terutama Arab Saudi. Namun larangan itu cuma berlaku buat sektor informal seperti pembantu rumah tangga. Sementara untuk sektor formal, Indonesia masih mengrimkan sekitar 150 ribu tenaga kerja ke Arab Saudi sejak tahun 2012. Dana yang mereka bawa pulang adalah yang tertinggi, yakni sekitar 2,5 miliar Dollar AS tahun 2015
Foto: picture-alliance/dpa/M. Irham
#4. Hong Kong
Sedikitnya 137 ribu TKI asal Indonesia diterima bekerja di Hongkong sejak 2012. Uang kiriman mereka pun termasuk yang paling besar, yakni sekitar 673,6 juta Dollar AS. Kendati bekerja di negara makmur dan modern, tidak sedikit TKI yang mengeluhkan buruknya kondisi kerja. Tahun 2014 silam ribuan TKW berunjuk rasa di Hong Kong setelah seorang buruh bernama Erwiana dianiaya oleh majikannya.
Foto: Getty Images/AFP/P. Lopez
#5. Singapura
Menurut BNP2TKI, sebagian besar buruh Indonesia di Singapura bekerja di sektor informal sebagai pembantu rumah tangga. Sejak 2012 sebanyak 130 ribu TKI telah ditempatkan di negeri pulau tersebut. Tahun 2015 saja tenaga kerja Indonesia di Singapura mengirimkan duit remitansi sebesar 275 juta Dollar AS ke tanah air.
Foto: Getty Images
#6. Uni Emirat Arab
Lebih dari 100 ribu tenaga kerja Indonesia ditempatkan di Uni Emirat Arab sejak tahun 2012. Dana remitansi yang mereka hasilkan pun tak sedikit, yakni 308 juta Dollar AS pada tahun 2015.
Foto: picture-alliance/dpa
#7. Qatar
Lantaran moratorium, pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Timur Tengah banyak menurun. Qatar yang tahun 2012 masih menerima lebih dari 20 ribu TKI, tahun 2015 jumlahnya cuma berkisar 2400 tenaga kerja. Sejak 2012 sedikitnya 46 ribu buruh Indonesia bekerja di negeri kecil di tepi Arab Saudi itu. Hampir 100 juta Dollar AS dibawa pulang oleh TKI Indonesia tahun 2015 silam.
Foto: imago/imagebroker
7 foto1 | 7
Berkat teknologi internet, peluang mendapat pekerjaan di luar negeri memang terbentang luas namun dapat berpeluang menjadi korban eksploitasi meski ada sekitar 950 kasus pencari kerja tidak mendapatkan pekerjaan apapun. Undang-udang Anti-perdagangan Orang tahun 2007 melarang segala bentuk perdagangan orang dengan jerat hukuman penjara tiga hingga sampai 15 tahun. Hukuman ini berlaku pula untuk perusahaan yang terlibat dalam perdagangan orang.
Letak Indonesia yang berbatasan dengan Singapura dan Malaysia menjadi jalur rentan arus buruh migran tak berdokumen untuk keluar dari wilayah Indonesia.
Tak heran negara tujuan terbanyak korban perdagangan manusia adalah ke Malaysia, lalu ke wilayah Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Qatar dengan kasus antara 200 sampai 3000-an.
Singapura, Taiwan dan Hong Kong memiliki kasus sekitar 100 hingga di bawah 100. Menurut Laporan Tahunan Perdagangan Manusia 2017 yang dipublikasikan oleh pemerintah Amerika Serikat, Malaysia tetap menjadi tujuan utama bagi pekerja migran Indonesia; diperkirakan lebih dari satu juta dari 1,9 juta pekerja Indonesia yang berstatus tidak resmi berada di Malaysia.
5 Negara Paling Berbahaya bagi Perempuan
Ancaman kesehatan, kekerasan seksual dan perbudakan harus dihadapi perempuan di banyak negara. Ini lima negara yang paling berbahaya menurut Thompson Reuters Foundation dan Foundation for Sustainable Development.
Afghanistan
Sejak kecil hidup adalah perjuangan bagi anak perempuan Afghanistan. 87% dibiarkan buta huruf, dan 70-80% dipaksa menikah. Punya keluarga juga jadi tantangan besar. Jumlah kematian perempuan ketika hamil dan 42 hari setelah keguguran mencapai 400 dari 100.000 (untuk bandingan: di Inggris hanya 8). Di samping itu tingkat KDRT sangat tinggi. Foto: perempuan sedang menunggu layanan medis di Kabul.
Foto: picture alliance/Ton Koene
Republik Demokratik Kongo
Kongo adalah salah satu negara dengan tingkat kekerasan bermotif seksual paling tinggi di dunia. American Journal of Public Health memperkirakan, 1.150 perempuan diperkosa tiap hari di negara ini, yang berarti 420.000 per tahun. Kondisi kesehatan perempuan juga sangat buruk, 57% perempuan hamil dinyatakan menderita anemia, atau kekurangan sel darah merah.
Foto: Phil Moore/AFP/Getty Images
Pakistan
Banyak praktek budaya dan agama di Pakistan jadi ancaman bagi perempuan, terutama nikah paksa, serangan air keras, hukum rajam. Menurut Komisi HAM Pakistan, per tahun lebih dari 1.000 anak dan perempuan jadi korban pembunuhan demi kehormatan. 90% alami kekerasan domestik. Foto: protes 29 Mei 2014 atas pembunuhan wanita hamil Farzana Parveen oleh keluarganya, karena kawin dengan pria pilihannya.
Foto: AAMIR QURESHI/AFP/Getty Images
India
Walaupun jadi negara demokrasi terbesar di dunia, contoh mengejutkan seperti pemerkosaan massal serta pembunuhan korban perkosaan menunjukkan, India bisa jadi tempat sangat berbahaya bagi perempuan. Peneliti memperkirakan, sekitar 50 juta kasus pembunuhan anak atau janin terjadi dalam tiga dekade terakhir. Jumlah anak yang dipaksa menikah dan penjualan manusia juga jadi ancaman besar.
Foto: Chandan Khanna/AFP/Getty Images
Somalia
Tingkat kematian perempuan saat mengandung, perkosaan, mutilasi genital dan kawin paksa sudah jadi masalah sehari-hari perempuan Somalia. Negara ini dianggap tidak punya hukum dan ketertiban. 95% perempuan Somalia menghadapi mutilasi genital pada usia sekitar 4-11 tahun. Dalam usia melahirkan, hanya sekitar 9% perempuan dapat melahirkan dengan fasilitas medis memadai.
Foto: Reuters
5 foto1 | 5
Mampukah mekanisme baru lindungi buruh migran?
Sejauh ini pemerintah Indonesia telah menciptakan mekanisme baru demi memperkuat prosedur identifikasi korban yang sejalan dengan peningkatan sosialisasi Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (RAN PTPPO) 2015-2019.
Tahun 2015 Presiden joko Widodo sudah meneken Konvensi Anti-Perdagangan Manusia khususnya Perempuan dan Anak tingkat ASEAN. Namun di lain pihak, pemerintah belum memenuhi standar minimal anti-perdagangan manusia di sejumlah daerah rawan perdagangan manusia yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur.
Pemerintah masih tidak melaksanakan secara konsisten prosedur penyelidikan dan perlindungan korban perdagangan manusia. Kurangnya pengetahuan otoritas penegak hukum dan yudisial terkait hukum anti-perdagangan manusia elah menghambat proses penyelidikan, peradilan, dan penuntutan anti perdagangan manusia. Pemerintah juga masih bergantung pada organisasi internasional dan LSM serta belum mendanai pelayanan perlindungan bagi korban.
Sementara menurut Global Slavery Index atau Indeks Perbudakan Global 2018 yang memberikan peringkat negara berdasarkan jumlah orang dalam perbudakan modern, serta analisis tindakan yang diambil pemerintah untuk merespons, dan faktor-faktor yang membuat orang rentan bekerja sebagai budak, Indonesia masih termasuk peringkat BB (nilai 50-59) yang berarti Indonesia baru sampai tahap memperkenalkan tanggapan terhadap perbudakan modern dan perlindungan bagi mereka yang rentan terhadap perbudakan modern.
Mengacu pada data Indeks Perbudakan Global 2018, terdapat 1,2 juta orang yang bekerja dengan kondisi jam kerja panjang, upah minim dan kondisi tempat bekerja tidak memadai yang menjurus pada perbudakan modern di Indonesia. Mereka ini bisa berada di pabrik, industri tekstil atau perkebunan dan sektor perikanan. Salah satu kampanye untuk meningkatkan kesadaran adalah dengan menjadikan tanggal 23 Agustus sebagai Hari Anti Perdagangan Manusia dan Perbudakan Modern.
Berdasarkan data ini perjuangan pemerintah Indonesia melawan perdagangan manusia dan perbudakan modern masih sangat panjang. Meski sudah ada penurunan kasus tahun 2017 tetapi penegakan hukum terhadap pelaku belum nyata.
Memberantas perdagangan manusia tidak bisa dilakukan oleh seorang Maizidah Salas saja tetapi membutuhkan begitu banyak pihak, termasuk peningkatan kesadaran di masyarakat dimulai dari para pencari kerja itu sendiri agar mengetahui proses perekrutan, pemberangkatan dan penempatan yang benar.
Ketika ditanya apa yang ingin Maizidah Salas katakan agar publik ikut serta dalam melawan perdagangan manusia, ia berkata, "Mari bersatu melawan perdagangan orang karena menjadi korban perdagangan orang itu mengalami trauma seumur hidup. Manusia bukan untuk dijual, tapi untuk disayang.”
@monique_rijkers : wartawan independen, IVLP Alumni, pendiri Hadassah of Indonesia, inisiator Tolerance Film Festival dan inisiator #IAMBRAVEINDONESIA.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis
*Bagi komentar Anda dalam kolom di bawah ini.
Inilah Tujuh Industri Surga Buruh Anak
Menurut Unicef, di seluruh dunia terdapat sekitar 152 juta juta anak yang bekerja sebagai buruh. Berikut tujuh sektor yang paling sering mengeksploitasi anak-anak sebagai pekerja berupah rendah.
Foto: dpa
Kopi
Menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO), sektor pertanian adalah yang paling aktif memanfaatkan jasa anak di bawah umur. Banyak perkebunan kopi di seluruh dunia mengeksploitasi buruh anak untuk memanen biji kopi, antara lain di Indonesia, Kolombia, Tanzani, Kenya, Uganda, Meksiko, Nikaragua, Honduras, Panama dan Pantai Gading.
Foto: dpa
Kapas
Panen kapas secara tradisional sering melibatkan anak-anak, terutama di negara yang bergantung pada ekspor kapas seperti Pantai Gading. Menurut LSM pemantau industri kapas, Cotton Campaign, buruh anak di industri kapas juga marak di Uzbekistan dan Turkmenistan, di mana bocah sering dipaksa keluarga untuk bekerja mencari nafkah.
Foto: Issouf Sanogo/AFP/Getty Images
Batu-bata
Kementerian Tenaga Jerja AS menyusun daftar berisikan 15 negara, di mana banyak buruh anak bekerja di sektor konstruksi, antara lain untuk memproduksi batu-bata. Selain Brazil dan Peru, Argentina, Cina, Korea Utara dan Ekuador termasuk yang paling banyak menyimpan kasus buruh di bawah umur.
Potret muram buruh anak yang sempat mencuat berkat kasus di Kamboja dan Bangladesh bukan hanya fenomena regional. Hampir semua negara yang mengekspor produk garmen kerepotan mengawasi praktik terlarang tersebut. Dalam gambar ini terlihat bocah pengungsi Suriah yang bekerja di pabrik kain di Gaziantep, Turki,
Foto: picture-alliance/AP Photo/L. Pitarakis
Gula
Panen tebu di sejumlah negara seperti Guatemala, Filipina dan Kamboja tidak jarang melibatkan anak-anak. ILO menemukan ribuan buruh anak bekerja di perkebunan tebu di Filipina, di mana banyak bocah berusia kurang dari tujuh tahun bekerja dengan upah rendah.
Foto: dpa
Tembakau
ILO mencatat industri tembakau adalah salah satu yang paling mengancam kesehatan buruh anak lantaran jam kerja yang panjang, terik matahari, paparan zat kimia berbahaya, kewajiban mengangkut hasil panen yang berat dan risiko diserang hewan liar. Rata-rata buruh anak di industri rokok tembakau bekerja selama 10 jam per hari.
Foto: Getty Images/AFP/C. Khanna
Emas
Buruh anak di tambang emas adalah hal lumrah di sejumlah negara Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Para bocah menghadapi risiko tinggi, mulai dari ledakan di dalam tambang atau terpapar zat kimia berbahaya. Mereka juga sering harus mengkonsumsi air kotor dan berisiko tinggi terkena penyakit malaria, meningitis dan TBC.