YS, siswa SMP di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), bunuh diri dengan cara gantung diri. YS meninggalkan surat wasiat soal ayahnya yang kini dipenjara karena membunuh ibunya.
Iklan
YS bunuh diri pada Senin (14/10) di rumahnya sekitar pukul 08.30 Wita. Sebelum gantung diri, YS menuliskan surat berisi curahan hati mengenai ayahnya.
"Isi surat intinya terima kasih kepada kakak dari ibu kandungnya yang mengurus dirinya. Dia (YS) meminta maaf karena sering membuat budenya marah. Dan dia (menyampaikan) menyesal belum sempat niatnya kesampaian balas dendam ke ayahnya atas meninggal ibunya," ujar Kasat Reskrim Polres Kupang Kota, Iptu Bobby Jacob Mooynafi, Kamis (17/10/2019).
Curahan hati siswa SMP YS ini ditulis dalam buku yang ditemukan di dekat jasad korban. YS juga menandatangani pesan yang ditulis pada buku yang ditindih dengan batu kecil warna putih tersebut.
Kabar kematian YS, menurut Iptu Bobby, diketahui ayahnya. Ayah YS saat ini menjalani hukuman pidana penjara di Lapas Penfui Kupang.
Ayah YS, menurut Iptu Bobby, menganiaya istrinya hingga tewas dan memasukkan jasadnya ke lubang bekas galian WC.
"Lalu dicor pakai semen," kata dia.
YS lalu meluapkan curahan hatinya tak bisa membalaskan dendam ke ayahnya yang kini ada di dalam sel. Iptu Bobby membenarkan YS yang bunuh diri ini pernah menerima sepeda dari Presiden Jokowi.
Bagi-bagi sepeda ini dilakukan Jokowi pada Senin, 8 Januari 2018, saat kegiatan pembagian Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Makin banyak anak-anak derita depresi yang berujung pada kasus bunuh diri. Waspadai penyebab dan pemicu depresi berikut ini.
Foto: Fotolia/Nicole Effinger
Stres
Anak jaman sekarang banyak dikelilingi faktor pemicu stress. Tuntutan berprestasi di sekolah atau dalam klub olahraga, PR bertumpuk, serta tekanan lingkungan. Stres melemahkan hampir semua sistem biologi dalam tubuh. Kortisol dalam tubuh diproduksi terus, hingga anak mudah mengalami perubahan emosi secara dramatis hingga depresi. Hindari faktor stres dengan melakukan kegiatan secara rasional.
Foto: picture-alliance/blickwinkel
Broken Homes
Goncangan dalam keluarga seperti perceraian, atau orang tua yang cekcok terus menerus, mempengaruhi secara signifikan perilaku dan psikologi anak. Hasil riset yang dipublikasikan dalam Journal of Marriage and Family menunjukkan, anak-anak dari keluarga yang pecah akibat perceraian, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan depresi dan perasaan tertekan dibanding anak dari keluarga utuh.
Foto: goodluz - Fotolia
Porsi Bermain Kurang
Bermain merupakan kebutuhan penting bagi anak-anak. Dengan bermain otak punya kesempatan berkembang dan belajar. Anak juga belajar memecahkan masalah, mengontrol sendiri kehidupannya, mengembangkan kompetensi serta mengeksplorasi minat. Pakar gangguan mental pada anak Peter Gray, PhD menyebut, kurang bermain secara aktif membuat anak tak mampu pecahkan masalah dan tidak kompeten.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Schlesinger
Kecanduan Game Elektronik
Anak-anak yang bermain game elektronik di depan layar computer, tablet atau smartphone lebih dari lima jam sehari, menurut riset yang dilansir dalam American Journal of Industrial Medicine menunjukkan kecenderungan lebih mudah depresi dan mengalami masalah emosional. Main game lebih 20 jam seminggu, menyusutkan sel otak yang berkorelasi pada kapasitas untuk mengembangkan empati dan persahabatan.
Foto: dpa
Kebanyakan Konsumsi Gula
Di zaman modern ini konsumsi gula, berupa kue-kue, manisan dan minuman berkarbonasi, amat tinggi di kalangan anak-anak. Peneliti psikiatri Inggris Malcolm Peet membuat analisa yang menunjukan tingginya konsumsi gula berkorelasi erat dengan maraknya kasus depresi dan skizoprenia. Gula juga menekan aktivitas hormon pertumbuhan di otak. Pada penderita depresi dan skizoprenia, level hormon ini rendah.
Foto: Colourbox
Menggunakan Antibiotika
Obat-obatan antibiotika merusak keseimbangan flora dan bakteri usus yang berperan penting menjaga kesehatan mental. Laporan peneliti di McMaster University yang melakukan riset dengan tikus yang diberi antibiotika dalam jangka panjang, menunjukkan hewan ini menjadi lebih mudah cemas dan bagian otaknya yang mempengaruhi emosi serta perasaan juga mengalami gangguan.
Foto: picture-alliance/dpa/F. May
Terpapar Racun
Racun kini cemari lingkungan di mana-mana. Mulai dari pestisida untuk tanaman, bahan pembersih, unsur pengawet, cemaran logam berat pada bahan makanan hingga cemaran dari emisi kendaraan. Dalam bukunya: The UltraMind Solution, Mark Hyman, MD merinci simptoma dari dampak paparan racun, antara lain depresi dan gelisah tanpa sebab. Solusinya, lakukan detoksifikasi untuk menghilangkan gejala depresi.