Kebangkitan industri perikanan di Indonesia berdampak positif buat kesejahteraan nelayan, tapi menjadi kabar tak sedap bagi populasi ikan hiu yang menyusut secara drastis. Bantuan justru datang dari negara tetangga.
Iklan
Setiap hari potongan daging ikan hiu dijajakan pedagang di pasar ikan Tanjung Luar di pulau Lombok. Sejak beberapa tahun nelayan di pulau wisata di provinsi Nusa Tenggara Barat itu banjir rejeki berkat bisnis produk laut. Tidak cuma hiu, pasar itu juga menjual daging ikan Pari Manta dan ikan Sidat.
Tidak heran jika kebiasaan nelayan Lombok menjaring satwa lindung itu mengundang kekhawatiran aktivis lingkungan.
Seorang warga Singapura berupaya membujuk nelayan agar meninggalkan pekerjaannya dan beralih menjadi pemandu wisata bawah laut buat Lombok yang tengah kebanjiran pelancong asing. "Impian terbesar adalah mengajak sebanyak mungkin wisatawan, tapi tidak setiap hari karena mungkin akan merusak terumbu karang, tetapi seminggu sekali," kata Kathy Xu.
Perburuan Hiu di Raja Ampat
Perburuan yang marak, membuat hiu di kawasan Raja Ampat, Papua Barat semakin berkurang. Kresna Astraatmadja, seorang penyelam membagi pengalamannya lewat foto, saat bertemu kelompok nelayan pemburu hiu di kawasan itu.
Foto: DW/K. Atmadja
Raja Ampat surga hiu
Raja Ampat di Papua Barat adalah surga bagi para penyelam yang ingin menikmati kekayaan alam bawah laut. Kawasan ini juga terkenal memiliki populasi hiu yang sayangnya belakangan semakin menurun.
Foto: ROMEO GACAD/AFP/Getty Images
Hiu martil tanpa sirip
Hiu martil adalah jenis hiu langka yang ingin dilihat oleh banyak penyelam. Ironis, spesies langka ini ditemukan telah mati dengan kondisi menyedihkan: tanpa sirip, di sebuah pantai di Raja Ampat yang belum lama ini menyatakan diri sebagai kawasan perlindungan hiu dan pari manta.
Foto: DW/K. Atmadja
Bangkai hiu bergelimpangan
Pemandangan menyedihkan: bangkai-bangkai hiu bergelimpangan di pantai salah satu pulau di Raja Ampat. Setelah mengambil sirip, para pemburu sengaja merendam hiu yang telah mati di pinggir pantai dan setelah itu akan mengambil dagingnya untuk dijual.
Foto: DW/K. Atmadja
Sirip-sirip hiu ini dikeringkan dan siap dijual.
Lebih dari sepuluh juta hiu dibunuh di perairan nusantara setiap tahun. Itu membuat Indonesia menjadi pemasok utama dalam rantai bisnis yang bertanggung jawab atas kematian 73 juta hiu setiap tahun.
Foto: Kresna Astraatmadja
Ketidaktahuan menyebabkan kepunahan
Kemiskinan dan ketidakfahaman tentang perlunya melindungi hiu mendorong para nelayan memburu spesies yang terancam punah itu. Bisnis pariwisata Raja Ampat tidak menyentuh para nelayan, sehingga mereka terus memburu hiu yang sebetulnya menjadi daya tarik utama Raja Ampat.
Foto: Kresna Atmadja
Sirip hiu siap dijual ke Sorong
Sirip-sirip hiu dari perairan Raja Ampat yang telah kering siap dijual kepada penadah di Sorong, Papua. Sirip hitam laku Rp 1 juta per kilogram, sementara sirip hiu yang berwarna putih di ujung dijual dengan harga Rp 1,5 juta per kilogram. Permintaan yang tinggi membuat bisnis pembantaian hiu terus hidup.
Foto: Kresna Astraatmadja
Perahu tradisional pemburu hiu
Inilah perahu tradisional yang dipakai para nelayan memburu hiu di perairan Raja Ampat. Perahu ini dilengkapi tali sepanjang hingga seribu meter yang dipenuhi kail. Para pemburu biasanya terdiri dari kelompok nelayan yang ada di sekitar Raja Ampat.
Foto: DW/K. Atmadja
7 foto1 | 7
Perempuan 30 tahun itu memilih meninggalkan profesinya sebagai guru di Singapura agar bisa memusatkan perhatian kepada proyek di Lombok. "Mudah-mudahan saya bisa mengajak lebih banyak nelayan untuk beralih profesi."
Kebangkitan Industri Perikanan
Xu berhadapan dengan industri perikanan yang sedang melejit, antara lain berkat tingginya permintaan pasar di Cina akan sirip ikan Hiu. Indonesia sedang menjelma menjadi lahan perburuan ikan hiu terbesar di dunia.
Pasar Tanjung Luar adalah salah satu pusat penjualan ikan hiu di Indonesia. Selama hari baik, nelayan bisa membawa 300 ekor ikan hiu untuk dijual di pasar. "Kadang-kadang jumlahnya terlalu banyak, sehingga kami tidak bisa menjual semuanya di dalam pasar," kata Ismail, pengusaha perikanan lokal.
Sejauh ini Xu cuma berhasil mengajak beberapa nelayan untuk beralih ke sektor pariwisata. Rata-rata dua bulan sekali mereka memandu pelancong asing yang sebagian besar berasal dari Singapura untuk menyelam.
Kesejahteraan Nelayan vs Konservasi?
Perburuan Hiu di Australia
Kalau mau selamat, hiu harus menghindari perairan Australia. Di kawasan itu, mereka kini diburu. Pemerintah Australia ingin memburunya, karena dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan kematian.
Foto: picture-alliance/dpa
Menjauhlah
Tujuh serangan hiu mematikan telah terjadi dalam tiga tahun terakhir di Australia. Salah satu jenis hiu terbesar dan paling berbahaya adalah: Hiu macan, hiu putih dan hiu banteng. Sejauh ini, sudah 172 hiu ditangkap, lebih dari 50 ekor di antaranya yang berukuran ekstra besar dan berbahaya dibunuh.
Foto: picture-alliance/dpa
Protes kemarahan
Tak lama setelah pemerintah Australia mengumumkan keputusan kontroversial, ribuan orang berdemonstrasi menentang perburuan hiu. Bahkan salah satu korban --yang terkena serangan hiu dan nyaris tewas -- mencerca tindakan brutal terhadap hiu.
Foto: Rodger Bosch/AFP/Getty Images
Pertimbangan yang meragukan
"Saya tahu bahwa banyak orang Australia yang menyukai laut, diinginkan adanya perlindungan yang lebih baik dari serangan hiu, " kata Perdana Menteri Australia Barat Colin Barnett. Barnett juga mengatakan ini untuk keamanan penyelam, peselancar, perenang dan keluarga. Tapi banyak di antara mereka yang terkejut atas keputusan ini.
Foto: Getty Images
Singa di lautan
Bahkan hiu putih besar sekarang diburu. Padahal sebenarnya, eksistensinya perlu dilindungi karena spesies mereka berada dalam ancaman bahaya besar. Namun, pemerintah dianggap menandatangani kebijakan tergesa-gesa. Untuk berapa lama kebijakan ini, belumlah jelas. Dengan demikian, terjadi bias di tatanan penguasa, dimana hiu dianggap sebagai monster mengerikan dan berbahaya.
Foto: picture-alliance/dpa
Indah tapi mematikan
Tentunya, tak semua hiu berbahaya. Sebagian besar serangan hiu yang menimpa perenang, penyelam atau peselancar dilakukan oleh hiu harimau. Sebenarnya makhluk ini makan segala sesuatu yang datang padanya: kura-kura, burung, ikan -termasuk hiu lain juga disantap. Dan bahkan mereka juga menggasak ban mobil, marka dan barang-barang lain. Itulah sebabnya ia juga dikenal sebagai "pemakan limbah" .
Foto: Imago/imagebroker
Penasaran tapi fatal
Hiu harimau sangat penasaran. Itulah mengapa terjadi dalam beberapa kasus, hiu mencoba merasakan dulu, apakah manusia cukup pas sebagai mangsa. Biasanya, mereka mengeluarkan kembali dengan cukup cepat, karena mereka tidak suka daging manusia. Tapi jika manusia telanjur cedera akibat gigitan tajam hiu dan berdarah, mereka bisa meninggal dunia, jika pertolongan pertama tidak cepat tiba.
Foto: picture-alliance/wildlife
Beresiko rendah
Biasanya hanya sedikit minat hiu untuk memangsa manusia. Kecelakaan serius jarang terjadi. Menurut peneliti, jumlah orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat diserang hiu: rata-rata lima orang. Di seluruh dunia, tercatat rata-rata sekitar 63 orang meninggal setiap tahunnya karena serangannya. Risikonya 1 berbanding 240 juta, demikian kata ketua perlindungan hiu "Shark Project", Gerhard Wegner
Foto: gemeinfrei
Mangsa berharga
Hiu diburu tidak hanya karena mereka berbahaya. Menurut “Sharklife Conservation Group", lebih dari 100 juta hiu dari semua jenis yang diburu setiap tahunnya. Sekitar 70 spesies hiu kini terancam punah.
Foto: picture-alliance/dpa
Kematian perlahan
Dari semua organnya, sirip hiu yang kerap jadi sasaran. Di Cina dan negara-negara Asia lainnya, sup sirip ikan hiu dianggap makanan lezat. Banyak hiu ditangkap hanya untuk diamputasi siripnya di atas akapal penangkap ikan, lalu sisa tubuhnya begitu saja dibuang kembali ke laut Hiu yang mengalami luka serius berdarah dan mati perlahan-lahan dalam kondisi tersiksa.
Foto: Gerhard Wegner/Sharkproject
Obyek yang diinginkan
Gigi hiu yang mengesankan membuat para wisatawan dan kolektor bersedia merogoh kocek lebih dalam. Biasanya gigi-gigi hiu untuk menjadikannya sebagai kalung atau membiarkannya berdebu di ruang tamu. Gigi hiu putih besar dapat tumbuh hingga 19 cm panjangnya.
Foto: Getty Images
Keanekaragaman hayati
Hiu adalah ikan purba. Mereka sudah ada selama beberapa juta tahun. Dalam perjalanan evolusi mereka telah mengembangkan segala macam bentuk dan ukuran - bahkan tampak lucu - seperti hiu martil ini. Kenapa kepala membesar secara ekstrim, tidak sepenuhnya dipahami.
Foto: imago/imagebroker
Ikan terbesar
Ada hiu berukuran kecil, seperti hiu kerdil yang hanya sepanjang 20 sentimeter. Ada juga yang berukuran raksasa, seperti hiu paus. Panjangnya bisa lebih dari 13 meter dan beratnya 12 ton. Tapi hiu paus ini sama sekali tidak berbahaya. Hewan ini hanya menyantap palnkton dan makhluk hidup berukuran kecil. Hiu paus bahkan bisa dielus.
Foto: ASIF HASSAN/AFP/Getty Images
Pipih dan tak berbahaya
Ini juga seekor hiu. Walau penampilannya cenderung seperti ikan pari. Hiu malaikat berenang di dasar laut dan memburu mangsanya di sana. Jadi hiu jenis ini tidak mengincar para penyelam, melainkan siput laut, ikan berukuran kecil dan kepiting.
Foto: Fotolia/macdivers
13 foto1 | 13
Kisah Sukses Konservasi Alam
Upaya melindungi dunia fauna butuh perjuangan keras. Tahun ini beberapa keberhasilan penting tercapai.
Foto: picture-alliance/dpa
Keputusan Bersejarah Bagi Perlindungan Hiu
Bulan Maret, 178 negara anggota konvensi perdagangan internasional spesies terancam (CITES) memutuskan untuk meregulasi perdagangan lima jenis hiu. Para pedagang kini memerlukan ijin dari CITES untuk membuktikan bahwa hiu diperoleh secara legal. Sekitar 100 juta hiu dibunuh setiap tahunnya untuk sup sirip hiu atau terjebak dalam jaring nelayan.
Foto: imago/imagebroker
"Kembalinya" Rusa Yang Terancam Punah
Populasi rusa Andes Selatan (Huemul) di Chili hampir musnah. Habitatnya dirusak sapi yang dibiarkan peternak bergerak bebas di taman nasional. Rusa ini juga menjadi sasaran para pemburu. Kampanye anti pemburuan liar dan peternakan berkesinambungan berhasil mewujudkan kondisi yang lebih baik bagi rusa Huemul. Hewan ini kini kembali ke wilayah pembiakkan alamnya dan populasinya bertambah.
Foto: Perla Carvajal
Ruang Gerak Bebas Beruang Kutub
Di abad 19 dan 20, beruang kutub diburu dan pemukiman manusia merambah ke wilayah tempat tinggalnya. Tapi di tahun 1973, Kanada, Greenland, Norwegia, dan AS menandatangani perjanjian untuk melindungi beruang kutub. 40 tahun kemudian, upaya tersebut berlanjut. Tahun ini, Rusia mendirikan kawasan perlindungan baru di Arktik, Taman Nasional Beringia dan zona sekitar kepulauan Wrangel dan Herald.
Foto: picture alliance/dpa
Bison Jerman Kembali ke Alam Liar
April lalu, delapan bison Eropa dilepas ke hutan di barat Jerman. Ini pertama kalinya bison bisa bergerak bebas dalam 300 tahun terakhir. Hewan ini diburu hingga hampir punah. Bison liar terakhir dibunuh di tahun 1920an. Namun, kebun binatang dan pihak swasta memelihara 12 bison yang bisa berkembang biak. Hewan inilah yang menjadi nenek moyang 4000 bison Eropa masa kini.
Foto: Horst-Günter Siemon
Primata Kalahkan Prospektor
Perusahaan minyak dan gas Total dari Perancis menyatakan tidak akan mengeksplorasi minyak di situs warisan budaya dunia tertua Afrika bulan Mei lalu. Taman Nasional Virunga di Republik Demokratik Kongo adalah rumah bagi banyak spesies langka, termasuk gorila pegunungan, simpanse dan gajah. Keputusan ini diambil setelah adanya aksi kampanye dari organisasi WWF.
Foto: Reisedoktor/Wikipedia
Kemenangan Lebah Madu
Komisi Eropa bulan Mei lalu memutuskan untuk membatasi penggunaan tiga jenis pestisida yang membahayakan populasi lebah madu di benua tersebut. Lebah memainkan peran penting dalam penyerbukan tanaman. Bahan kimia yang disebut sebagai neonikotinoid, tidak akan lagi digunakan bagi bibit, tanah atau daun tanaman yang penting bagi lebah.
Foto: Reuters
Pulau Pulih Kembali
Pekerjaan tiga dekade untuk membangun kembali ekosistem asli di pulau Mauritius kini membuahkan hasil. Di Ile aux Aigrettes seluas 25 hektar, Mauritius Wildlife Foundation menciptakan tempat penampungan bagi tanaman dan hewan yang ternacam punah, seperti burung kacamata zaitun ini. Lebih dari 100 spesies lenyap dari Mauritius setelah pulau ini mulai dihuni manusia di tahun 1500an.
Foto: Vikash Tatayah/Mauritian Wildlife Foundation
Pemburuan Serigala Berlanjut
Populasi serigala abu-abu di AS hampir musnah. Tapi berkat kebijakan proteksi nasional eksistensi hewan ini kembali pulih. Bahkan, kini dipertimbangkan untuk menghapus jenis hewan tersebut dari daftar hewan yang terancam di beberapa negara bagian. Tapi apakah ini kisah sukses? Tanpa proteksi pemerintah, pakar khawatir serigala akan kembali diburu dan pekerjaan puluhan tahun sia-sia.
Foto: picture-alliance/dpa
8 foto1 | 8
Namun betapapun juga, menangkap hiu masih menjadi opsi paling menguntungkan buat nelayan lokal. "Kami mendapat uang lebih banyak dari menjual ikan hiu ketimbang memandu wisatawan. Kadang-kadang malah sepuluh kali lipat lebih besar," kata Sulaiman.
Xu sering mengajak wisatawan berkunjung ke Pasar Tanjung Luar buat menyaksikan dampak penangkapan hiu. Menurut Badan Pangan Dunia, FAO, Indonesia setiap tahunnya menangkap sekitar 110.000 ton ikan hiu.
Sejauh ini cuma ikan hiu paus saja yang masuk dalam daftar satwa dilindungi oleh pemerintah.
Namun begitu, bukan perburuan hiu yang memangkas populasi pemangsa laut tertua di dunia itu, melainkan tangkapan sampingan. Hiu yang secara tidak sengaja terjerat jaring nelayan juga mendarat di pasar-pasar ikan.
Kathy Xu sendiri belum akan menyerah dengan proyeknya. Kendati perspektif yang muram, ia tetap bahagia melakukan pekerjaan barunya itu. "Semakin sering saya menyelam, semakin saya mencintai ikan hiu," ujarnya. "Saya tidak ingin cucu saya tidak bisa menikmati pengalaman serupa."
Satwa Langka yang Cuma Bisa Ditemukan di Indonesia
Indonesia dikaruniai kekayaan flora dan fauna tak terhingga. Tapi beberapa di antaranya nyaris punah. Inilah sejumlah satwa langka yang cuma hidup di kepulauan Nusantara.
Foto: public domain
Komodo
Satwa langka ini cuma hidup di sejumlah pulau di kawasan Nusa Tenggara. Komodo mampu tumbuh sepanjang tiga meter dan berbobot hingga 70 kilogram. Dunia barat baru mengenal komodo saat penjanjahan Belanda. Kala itu Letnan Felix van Steijn van Hensbroek memerintahkan pakar zoologi Belanda Peter Ouwen buat mengunjungi pulau "buaya" yang ternyata adalah pulau Komodo
Foto: Romeo Gacad/AFP/Getty Images
Merak Hijau
Unggas bermahkota alias merak sebenarnya juga bisa ditemukan di India dan Sri Langka. Tapi jenis yang hidup di Indonesia diklaim memiliki mahkota lebih indah ketimbang saudaranya di sebrang samudera. Selain lebih besar dan bisa berbobot hingga lima kilogram, merak hijau Indonesia juga sangat agresif terhadap manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Harimau Sumatera
Saat ini Indonesia masih bisa berbangga dengan Harimau Sumatera, tapi tidak lama. Menurut daftar merah IUCN, saat ini tinggal tersisa hingga 500 ekor di Indonesia. Tren menyebutkan populasi harimau Sumatera cenderung menyusut. Terlebih saudara sejenisnya, harimau Jawa dan Bali, sejak lama telah menghilang dari muka Bumi.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Badak Jawa/Sumatera
Dari semua satwa langka yang ada di Indonesia, Badak Sumatera dan Badak Jawa adalah yang paling terancam. Saat ini cuma ada seekor badak Jawa yang hidup dalam program konservasi. Tidak ada yang tahu berapa ekor yang hidup di alam liar. Sementara populasi badak Sumatera tidak lebih dari 100 ekor.
Foto: BAY ISMOYO/AFP/Getty Images
Orangutan
Seabad silam populasi Orangutan Kalimantan masih berjumlah lebih dari 250.000 ekor. Kini jumlahnya tidak sampai seperempatnya. Kondisi orangutan di Sumatera jauh lebih mengenaskan. Lantaran penyusutan habitat akibat eksploitasi hutan, jumlah orangutan di barat Indonesia diperkirakan cuma sekitar 7500 ekor.
Foto: AP
Monyet Hantu
Satwa bernama ilmiah Tarsius Tarsier cuma hidup di Sulawesi. Primata sejenis juga bisa ditemukan hidup di Filipina, kendati dengan corak yang berbeda. Seperti namanya, monyet hantu hampir tidak bisa melihat di siang hari. Sebaliknya pada malam hari satwa pemalu ini mampu melihat dengan tajam. Menurut daftar merah IUCN, populasi monyet hantu berkurang sebanyak 20% dalam sepuluh tahun terakhir
Foto: public domain
6 foto1 | 6
rzn/vlz (afp,rtr,antara)
Demam Emas di Lombok
Pertambangan emas ilegal di Lombok menjamur. Meski membantu perekonomian warga setempat, dampak negatifnya pun tidak sedikit bagi masyarakat dan lingkungan.
Foto: Elisabetta Zavoli
Memburu emas
Booming emas di pulau Lombok telah secara radikal mengubah perekonomian wilayah yang pernah bergantung pada sektor perikanan dan pertanian itu. Industri yang berkembang ini membantu penduduk setempat seperti Rizki (foto) dalam mencari nafkah. Di tokonya, perhiasan emas dijual sekitar 250.000 rupiah per gram.
Foto: Elisabetta Zavoli
Substansi berbahaya
Meskipun penggunaan merkuri dalam penambangan emas tergolong sebagai aktivitas ilegal di Indonesia, masih saja orang-orang menggunakannya secara rutin untuk mengekstraksi emas di Lombok. Setiap tahun, puluhan ton merkuri terlepas ke alam. Pemakaian merkuri adalah tahap yang paling berbahaya dari proses pertambangan, karena merkuri dapat terserap ke dalam tubuh.
Foto: Elisabetta Zavoli
Menggali bukit
Di bukit di Sekotong ini, penuh dengan galian lubang pertambangan. Gubuk kecil yang ditutupi dengan terpal biru menandai pintu masuk ke terowongan di lereng ini, yang terletak di dekat desa Pelangan. Ratusan meter dari lorong-lorong yang digali dengan tangan dan peralatan seadanya, tanpa menggunakan teknik pertambangan.
Foto: Elisabetta Zavoli
Hidup di pertambangan
Menggunakan pahat kecil, penambang bernama Saiful, berusia 48 tahun, menghabiskan hari-harinya mengisi tas dengan bijih mentah. "Saya mulai kerja pada pagi hari dan saya tidak berhenti bekerja sampai matahari terbenam," katanya. "Semakin banyak tas ynag Anda isi, semakin ingin terus rasanya menggali´, karena Anda tidak tahu berapa banyak emas akan berada dalam satu tas."
Foto: Elisabetta Zavoli
Sempitnya terowongan galian
Terowongan hanya cukup memungkinkan seorang pria untuk merangkak ketika melaluinya. "Kadang-kadang, ketika kita menggali terowongan, sudah ada seorang teman lain di jalur terowongan, jadi kami harus mundur sedikit dan mulai menggali ke arah lain," kata Saiful. Satu-satunya cahaya berasal dari senter dikenakan oleh para penambang di kepala. Suhu di sini bisa mencapai 38 derajat Celcius.
Foto: Elisabetta Zavoli
Harapan emas
Banyak keluarga miskin telah mencoba peruntungan dalam bisnis emas di Lombok. Di desa Pelangan, Dewi yang berusia 29 tahun mengekstrasi bijih dari penggilingan, setelah tiga jam menghancurkan bijih mentah dan mengubahnya menjadi lumpur. Penggiling disimpan di tempat yang sama di mana keluarga tidur, makan dan hidup. Anak Dewi, tiba di rumah dari sekolah, memperhatikan ibunya bekerja.
Foto: Elisabetta Zavoli
Bahaya Merkuri
Di desa lain yang disebut Telage Lebur, Mashur, berusia 18 tahun memisahkan lumpur dari merkuri yang terkait dengan emas. Dia telah bekerja sebagai penambang emas sejak berusia 14 tahun. Baik dia, atau keluarganya, sadar akan risiko merkuri cair. Merkuri dapat membahayakan saraf, pencernaan dan sistem kekebalan tubuh manusia, serta paru-paru , ginjal, kulit dan mata mereka.
Foto: Elisabetta Zavoli
Kontroversi sianida
Menggunakan sianida untuk mengekstrak emas dari bijih halus merupakan proses yang kontroversial, karena sianida adalah senyawa kimia yang sangat beracun. Di Desa Tawun, sedimen yang dicampur dengan air secara langsung akan berubah menjadi bubur lagi dan diproses.
Foto: Elisabetta Zavoli
Ongkos ekologis
Hutan gambut di sini tidak mampu menjadi perlindungan atau menjadi penghambat untuk mencegah pencemaran lingkungan. Air di pulau ini terkontaminasi dengan merkuri dan sianida, serta sangat beracun bagi satwa liar di daerah tersebut.
Foto: Elisabetta Zavoli
Mengorbankan kesehatan
Bahan kimia yang digunakan untuk menambang emas tidak hanya berbahaya bagi lingkungan - tapi juga menimbulkan risiko serius bagi kesehatan masyarakat di pulau itu. Agis, 12 tahun, berdiri di bekas tempat pabrik sianida di desa Gili. Sawah desa dan tanah yang tercemar oleh racun. Pada tahun 2012, konsentrasi merkuri di rambut Agis adalah dua kali lipat standar Organisasi Kesehatan Dunia.