Austria memasuki periode penuh ketidakpastian setelah Kanselir Werner Faymann mengundurkan diri. Dia adalah pejabat tertinggi Eropa yang jatuh menyusul kebangkitan konservatif kanan yang menunggangi krisis pengungsi.
Iklan
Kanselir Austria Werner Faymann menjadi pejabat tertinggi pertama yang jatuh menyusul krisis pengungsi. Politisi Sosial Demokrat itu mengundurkan diri dari jabatannya lantaran minim dukungan dari partai sendiri.
"Negara ini membutuhkan seorang kanselir yang memiliki dukungan penuh partainya sendiri," tulis Faymann dalam surat pernyataannya. Kursi nomer satu di Austria kini untuk sementara diduduki Wakil Kanselir, Reinhold Mitterlehner.
Kekuasaan Faymann mulai goyah menyusul kebangkitan Partai Kebebasan Austria (FPÖ) yang mendulang banyak suara dengan mempropagandakan sentimen anti pengungsi. Bersama Faymann, Partai Sosial Demokrat (SPÖ) takluk di 18 dari 20 pemilihan di berbagai tingkat.
Nasib serupa dialami partai terbesar kedua Austria, ÖVP, yang membentuk pemerintahan koalisi besar bersama kelompok sosial demokrat. Sebaliknya partai konservatif kanan, FPÖ, sedang menikmati lonjakan popularitas.
Dalam jajak pendapat terakhir Partai kebebasan mendapat 32 persen suara. Bandingkan dengan koalisi dua partai terbesar yang cuma mampu meraup 20 persen suara. Salah satu kader FPÖ, Norbert Hofer, bahkan meraup suara terbanyak dalam putaran pertama pemilu kepresidenan.
Austria yang sedang bergeser ke kanan bukan anomali di panggung politik Eropa yang sedang didera krisis pengungsi. Negara lain seperti Jerman, Perancis, Inggris, Denmark dan Swedia juga mengalami hal serupa.
Jerman Dihantam Telak Krisis Pengungsi
Jerman terpaksa minta bantuan Turki untuk cari solusi krisis pengungsi. Kanselir Merkel janjikan kepada Presiden Erdogan dukungan untuk perundingan anggota Uni Eropa. Jerman kini dihantam telak dampak krisis pengungsi.
Foto: Getty Images/AFP/E. Barukcic
Turki Aktor Utama Cegah Arus Pengungsi
Kanselir Merkel mula-mula bertemu PM Ahmet Davutoglu untuk diskusikan langkah mengerem "eksodus" terbesar dalam sejarah pengungsi dari Suriah dan Irak ke Eropa lewat Turki. Sebagai imbalannya Uni Eropa menjanjikan bantuan 3 milyar Euro. Turki diminta tampung 2 juta lagi pengungsi. Saat ini di Turki sudah ditampung 1.8 juta pengungsi dari kawasan konflik Suriah dan Irak.
Foto: Getty Images/AFP/B. Kilic
Turki Diatas Angin Jerman Merunduk
Kanselir Jerman Angela Merkel sebelumnya tokoh utama penentang permohonan keanggotaan Turki dalam Uni Eropa. Tapi krisis pengungsi di Eropa yang terutama jadi beban Jerman, memaksanya untuk "sowan" kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Yildiz Palace, Istanbul, Turkey. Merkel antara lain menjanjikan dukungan bagi dibukanya lagi perundingan keanggotaan Turki dalam Uni Eropa.
Foto: Getty Images/G. Bergmann/Bundesregierung
Pegida Mendapat Angin
Akibat kekecewaan warga atas politik pengungsi yang dijalankan pemerintahan Merkel, kelompok anti orang asing dan anti Islam Pegida seolah mendapat angin. Aksi demonstrasi Pegida semakin banyak didukung oleh warga biasa. Mereke menuding Merkel melakukan "pengkhianatan" dan tidak mendengar kecemasan warga.
Foto: DW/R. Fuchs
Picu Penusukan Tokoh Politik
Seorang warga yang kecewa, melakukan aksi penusukan membabi buta terhadap kandidat walikota Köln, Henriette Reker. Pelaku yang punya sejarah terlibat gerakan ekstrim kanan mengatakan, ia menolong banyak orang dengan aksi brutalnya itu. Reker adalah kepala bagian sosial masalah penampungan pengungsi kota Köln. Reker yang luka parah, terpilih sebagai walikota dalam pemilu lokal di Köln (18/10).
Foto: picture-alliance/dpa/M. Skolimowska
Pengungsi Terus Membanjir
Tanpa terpengaruh ricuh politik dalam negeri di Jerman, ratusan ribu pengungsi terus berusaha memasuki Eropa, dengan tujuan utama Jerman atau Austria. Negara-negara Transit seperti Hongaria, Slovenia, Serbia dan Kroasia kewalahan dan terpaksa mengerahkan tentara untuk mengawasi dan memasang pagar kawat berduri. Jerman dan Austria juga terapkan kontrol ketat pendatang.