1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kisruh Politik Austria Lantaran Krisis Pengungsi?

10 Mei 2016

Austria memasuki periode penuh ketidakpastian setelah Kanselir Werner Faymann mengundurkan diri. Dia adalah pejabat tertinggi Eropa yang jatuh menyusul kebangkitan konservatif kanan yang menunggangi krisis pengungsi.

Österreich Kanzler Werner Faymann Pressekonferenz in Wien
Kanselir Austria, Werner FaymannFoto: Getty Images/AFP/D. Nagl

Kanselir Austria Werner Faymann menjadi pejabat tertinggi pertama yang jatuh menyusul krisis pengungsi. Politisi Sosial Demokrat itu mengundurkan diri dari jabatannya lantaran minim dukungan dari partai sendiri.

"Negara ini membutuhkan seorang kanselir yang memiliki dukungan penuh partainya sendiri," tulis Faymann dalam surat pernyataannya. Kursi nomer satu di Austria kini untuk sementara diduduki Wakil Kanselir, Reinhold Mitterlehner.

Kekuasaan Faymann mulai goyah menyusul kebangkitan Partai Kebebasan Austria (FPÖ) yang mendulang banyak suara dengan mempropagandakan sentimen anti pengungsi. Bersama Faymann, Partai Sosial Demokrat (SPÖ) takluk di 18 dari 20 pemilihan di berbagai tingkat.

Nasib serupa dialami partai terbesar kedua Austria, ÖVP, yang membentuk pemerintahan koalisi besar bersama kelompok sosial demokrat. Sebaliknya partai konservatif kanan, FPÖ, sedang menikmati lonjakan popularitas.

Jumlah pengungsi per 1000 penduduk di berbagai negara.

Dalam jajak pendapat terakhir Partai kebebasan mendapat 32 persen suara. Bandingkan dengan koalisi dua partai terbesar yang cuma mampu meraup 20 persen suara. Salah satu kader FPÖ, Norbert Hofer, bahkan meraup suara terbanyak dalam putaran pertama pemilu kepresidenan.

Austria yang sedang bergeser ke kanan bukan anomali di panggung politik Eropa yang sedang didera krisis pengungsi. Negara lain seperti Jerman, Perancis, Inggris, Denmark dan Swedia juga mengalami hal serupa.

rzn/hp (ap,dpa)