Sanae Takaichi sempat digadang jadi perdana menteri perempuan pertama Jepang, tapi ambisinya goyah setelah koalisi pemerintah pecah dan partainya terjerat krisis.
Partai-partai oposisi mempertimbangkan untuk mendukung kandidat lawan Sanae Takaichi di parlemenFoto: Kazuhiro Nogi/AFP/Getty Images
Iklan
Para elit politik Jepang kini berebut mencari sekutu baru setelah runtuhnya koalisi pemerintahan yang bahkan membuat posisi perdana menteri ikut dipertaruhkan.
Namun, ambisinya mendapat pukulan besar pada Jumat (10/10), ketika aliansi 26 tahun antara LDP dan partai berhaluan Buddha, Komeito, resmi bubar.
Para analis menilai, kemitraan ini sudah lama retak, dengan Komeito menentang kebijakan keamanan yang lebih agresif yang didorong oleh LDP. Namun, pengangkatan Takaichi sebagai ketua LDP tampaknya menjadi “titik final” pemicu perpecahan dengan partai kecil tersebut.
“Komeito sudah khawatir dengan sikap Takaichi yang keras dalam isu keamanan serta hubungannya dengan Korea Selatan dan Cina. Mereka takut ia akan melangkah lebih jauh lagi setelah menjabat,” kata Hiromi Murakami, profesor ilmu politik di Kampus Tokyo Universitas Temple.
Kuil tersebut telah menjadi tempat peristirahatan terakhir para prajurit Jepang yang gugur sejak 1869. Namun, di dalamnya juga terdapat nama para penjahat perang terkenal.
Sebagai tokoh konservatif garis keras, Takaichi beberapa kali mengunjungi kuil itu, bahkan saat menjabat sebagai menteri kabinet.
Kuil peringatan Yasukuni menjadi titik sensitif bagi para pemimpin Jepang yang berusaha menyeimbangkan nasionalisme dengan diplomasiFoto: Eugene Hoshiko/AP/picture alliance
Kunjungan pejabat Jepang ke Yasukuni selalu memicu kemarahan di Cina serta Korea Utara dan Selatan, karena dianggap sebagai upaya memutihkan kejahatan perang Jepang.
Takaichi menolak memberi jawaban jelas ketika ditanya soal kunjungan ke kuil itu, setelah dikonfirmasi sebagai ketua LDP pada 4 Oktober. Ia tidak menutup kemungkinan untuk kembali berkunjung, dengan alasan bahwa kuil tersebut “bukan isu diplomatik,” dan cara menghormati para pahlawan perang “harus ditentukan pada waktu yang tepat.”
Namun, pernyataan itu sudah cukup untuk membunyikan alarm di kalangan pimpinan Komeito yang berpandangan pasifis.
Penjahat Perang Jepang yang Didewakan
Mereka bertanggungjawab atas kematian jutaan warga sipil dan masih mendapat tempat kehormatan di kuil Yasukuni. Betapapun besar kejahatannya, mereka dianggap sebagai pahlawan. Siapa mereka dan apa dosa-dosanya?
Foto: Keystone/Getty Images
Hideki Tojo
Hideki Tojo adalah Perdana Menteri Jepang dari 1941 hingga 1944 dan kepala staf militer. Ia didakwa bertanggungjawab atas pembantaian 4 juta penduduk Cina dan melakukan eksperimen senjata biologi kepada tawanan perang. Setelah Jepang kalah, Tojo sempat berniat bunuh diri dengan pistol. Tapi niat tersebut batal dan ia dihukum gantung tahun 1948.
Foto: Keystone/Getty Images
Kenji Doihara
Doihara mengawali karirnya tahun 1912 sebagai agen rahasia di Beijing. Pria yang fasih berbahasa Mandarin ini mendirikan "Kerajaan Manchuria," bersama kaisar terakhir Cina, Puyi. Kerajaan tersebut adalah pemerintahan boneka Jepang. Tahun 1940, Doihara terlibat dalam serangan ke Pearl Harbor dan digantung delapan tahun kemudian.
Foto: Gemeinfrei/Unbekannt
Iwane Matsui
Matsui didakwa terlibat dalam pembantaian Nanjing 1937 yang menewaskan 300.000 penduduk Cina dalam sepekan. Kini sejahrawan meyakini keputusan pembantaian itu datang dari keluarga kekaisaran. Namun tidak seperti perwira militer yang terlibat, keluarga ningrat itu tidak pernah didakwa. Matsui dieksekusi mati tahun 1948.
Foto: Gemeinfrei
Heitaro Kimura
Tahun 1939, Kimura mengobarkan perang brutal terhadap milisi bersenjata Partai Komunis Cina. Ia mendirikan kamp konsentrasi yang menampung ribuan tawanan perang. Tahun 1944 Kimura lalu dikirim ke Burma buat memimpin pasukan Jepang. Ia memaksa tawanan buat membangun jalur kereta api sepanjang 415 ke Thailand. Akibatnya 13.000 serdadu tewas. Kimura mati digantung tahun 1948.
Foto: Gemeinfrei
Koki Hirota
Hirota memimpin pemerintahan Jepang hingga Februari 1937 dan kemudian menjabat menteri luar negeri. Ia didakwa terlibat dalam pembantaian Nanjing. Hirota (tengah) adalah satu-satunya politisi sipil yang digantung tahun 1948.
Foto: Keystone/Getty Images
Seishiro Itagaki
Pada September 1931 Itagaki mengarsiteki pemboman jalur kereta api di Manchuria. Jepang memanfaatkan peristiwa itu buat mendeklarasikan perang terhadap Cina. Itagaki kemudian dikirim ke Korea Utara, Malaysia dan Indonesia sebelum menyerah tahun 1945.
Foto: Gemeinfrei
Akira Muto
Sejak perang berkecamuk, Muto bertempur di Cina dan kemudian didakwa terlibat dalam kejahatan perang, antara lain pembantaian Nanjing. Menurut majelis hakim, Muto tidak cuma membiarkan tawanan perang kelaparan, tetapi juga "menyiksa dan membunuh" mereka.
Foto: Gemeinfrei
Yosuke Matsuoka
Di bawah kepemimpinannya Jepang meninggalkan Liga Bangsa-bangsa setelah dituding memulai perang terhadap Cina. Matsuoka yang kemudian menjabat sebagai menteri luar negeri termasuk inisator perjanjian triparti antara Jepang, Nazi Jerman dan Fasis Italia. Setelah perang Matsuoka meninggal dunia sebelum dieksekusi mati.
Foto: Gemeinfrei/Japanese book Ningen Matsuoka no Zenbo
Osami Nagano
Marsekal Osami Nagano memerintahkan serangan Jepang ke pangkalan militer AS di Pearl Harbor pada 7 Desember 1941. Sebanyak 12 kapal perang AS menjadi korban dan lebih dari 2400 serdadu tewas. Nagano meninggal dunia akibat radang paru-paru tahun 1946 sebelum sempat diseret ke pengadilan penjahat perang di Tokyo.
Foto: Gemeinfrei
Toshio Shiratori
Toshio Shiratori adalah otak di balik propaganda Jepang. Ia pernah menjabat duta besar italia dan termasuk aktor yang aktif mendorong aliansi dengan Adolf Hitler dan Benito Mussolini. Sebagai penasehat utama Kementrian Luar Negeri, ia yang mengarsiteki ideologi fasis militer Jepang di daerah-daerah pendudukan. Toshio dihukum penjara seumur hidup dan meninggal tahun 1949.
Foto: Gemeinfrei
Yoshijiro Umezu
Antara 1939 dan 1945, Umezu mengkomandoi Milisi Guandong yang berkekuatan 700.000 serdadu. Kendati ia menentang kapitulasi Jepang, Umezu (berbaju militer di baris terdepan) diperintahkan menandatangani dokumen kapitulasi pada 2 September 1945. Umezu dihukum penjara seumur hidup dan meninggal dunia tahun 1949.
Foto: AP
11 foto1 | 11
Keputusan kontroversial Takaichi di internal partai
Pimpinan Komeito juga dilaporkan kecewa, karena Takaichi menunjuk mantan menteri LDP yang ternoda skandal, Koichi Hagiuda, ke posisi senior di partai. Kurang dari dua tahun lalu, Hagiuda terpaksa mengundurkan diri dari Dewan Penelitian Kebijakan partai karena skandal keuangan besar.
“Kembalinya Hagiuda benar-benar membuat Komeito kesal, dan menegaskan bahwa Takaichi seolah tidak peduli terhadap isu yang dulu membuat publik marah, dan menjadi penyebab utama kemerosotan suara mereka di pemilu terakhir,” ujar profesor Murakami.
Keputusan tersebut membuat pimpinan Komeito yakin, jika tetap berada dalam koalisi dengan LDP akan merusak reputasi politik mereka sendiri.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
LDP dikelilingi “ikan hiu” politik
Takaichi awalnya sudah diperkirakan hanya akan memimpin pemerintahan minoritas, bahkan dengan dukungan Komeito yang memiliki 24 kursi di majelis rendah. Kini, tanpa Komeito, LDP hanya memiliki 197 kursi di DPR, jauh dari 233 kursi yang dibutuhkan untuk mayoritas, dan 101 kursi di majelis tinggi, juga di bawah ambang 125 kursi.
Pemimpin nasionalis itu kini berusaha mencari sekutu baru, sementara partai oposisi berupaya memanfaatkan kelemahan LDP.
“Takaichi dan LDP sama-sama dalam masalah besar,” kata Toshimitsu Shigemura, profesor politik dan hubungan internasional di Universitas Waseda, Tokyo.
Shigemura menilai bahwa rival Takaichi, Shinjiro Koizumi, hampir pasti bisa mempertahankan Komeito dalam koalisi. Namun, Koizumi yang moderat kalah dalam pemilihan internal partai dari Takaichi, yang didukung oleh mantan perdana menteri sekaligus “kingmaker” LDP, Taro Aso.
“Partai LDP baru saja memilih Takaichi beberapa hari lalu, jadi mereka tidak bisa realistis menggantikannya sekarang, meskipun jelas mereka akan lebih baik jika memilih Shinjiro Koizumi,” ujar Shigemura.
Inspirasi dari Jepang
Ketika membuat karya terpenting di jamannya, van Gogh, Monet dan Gauguin sepenuhnya terinspirasi Jepang. Karya-karya mereka itu dipamerkan di museum Folkwang.
Foto: Foto: Leihgeber
"Gelombang Jepang" Mencapai Eropa
1888 Vincent van Gogh menemukan di Arles, Perancis Selatan sebuah karya lukisan pada kayu yang dibuat seniman Jepang Katsushika Hokusai, dan mulai terinspirasi. Karya lukisan kayu Hokusai yang berjudul "Gelombang Besar di dekat Pantai Kanagawa" (sekitar 1831), juga dipertunjukkan di pameran "Inspirasi Jepang" di museum Folkwang, Essen.
Foto: Foto: Museum Folkwang
Orang Perancis Kumpulkan Karya Jepang
Edouard Manet, Edgar Degas dan Claude Monet kumpulkan karya Katsushika Hokusai, Utagawa Hiroshige dan Kitagawa Utamaro. Van Gogh bahkan menjual karya lukisan kayu Jepang, dan adakan pameran di sebuah kafe di Paris, "Le Tambourin" pada tahun 1887. Ukiyo, yang artinya "gambar dari dunia yang mengalir", sangat disukai seniman Jepang. Ini jadi inspirasi karya Gustave Courbet, "Gelombang" (1869).
Foto: Städel Museum - ARTOTHEK
Orientalisme Yang Memukau
Fokus pameran adalah masa antara 1860 dan 1910, awal dan masa puncak penyerapan inspirasi dari karya seniman Jepang di Perancis. Karya Van Gogh "Perahu Sungai Rhone" diciptakan di fase ini, setelah mempelajari karya Katsushika Hokusai berupa lukisan pada kayu.
Foto: Foto: Museum Folkwang
Terpukau dengan Lukisan Kayu
Lukisan kayu dari Jepang asing dan memukau bagi pelukis pada akhir abad ke-19. Pameran menunjukkan, bagaimana pelukis aliran Impresionis terinspirasi estetika dari Jepang. Karya berjudul Pierre Bonnard ini dibuat dengan teknik lukisan pada kayu dari Jepang. Untuk membuat lukisan ini, Bonnard perlu tiga tahun (1894/1897).
Dengan lukisan minyaknya, "Perempuan dari Arles," (1888) Paul Gauguin juga terinspirasi seni dari Jepang. Para seniman Eropa tidak hanya meniru gaya dan motif, melainkan juga prinsip komposisi seni lukis Jepang. Sehingga mereka, misalnya menekankan segi dekoratif.
Foto: Foto: The Art Institute of Chicago
"Japonism" Berpengaruh Luas
Selama dua ratus tahun Jepang menutup diri dari dunia luar. Akibat tekanan AS, Jepang akhirnya membuka diri 1853 dan berbisnis dengan AS, dan kemudian dengan Eropa. Setelah tahun 1860 semakin banyak karya lukis kayu, keramik dan kipas berdatangan dari Jepang ke Barat. Fenomena ini disebut "Japonism."
Foto: Foto: Hans Hansen, Hamburg 2009
Benda Seni dan Yang Untuk Digunakan
Kekaguman seniman Perancis bagi karya seni Jepang tampak dalam banyak hal. Misalnya, mereka menampilkan gambar benda dari Jepang di karya mereka. Karya Gauguin yang berjudul "Kucing Kecil pada Kunci" (1888) berbentuk seperti kipas dari Jepang.
Foto: Foto: Leihgeber
7 foto1 | 7
Pengamat: “LDP tidak punya falsafah politik”
Menurut Shigemura, kini ada perasaan bahwa LDP tengah “sekarat secara politik.”
Takaichi dikabarkan telah mencoba menghubungi Partai Demokrat Konstitusional Jepang (CDPJ) yang berhaluan sentris, serta Partai Inovasi Jepang, meski kedua partai tersebut tampak enggan menjalin aliansi.
Bahkan partai sayap kanan yang sebelumnya menarik pemilih LDP yang kecewa, kini memilih menjaga jarak, dan berharap bisa memperkuat posisi mereka sendiri, atau bahkan menggantikan LDP sepenuhnya jika partai itu runtuh.
LDP telah memerintah Jepang hampir tanpa henti sejak dibentuk pada 1955. Namun, dukungan publik terus menurun di bawah perdana menteri sebelumnya, Shigeru Ishiba, di tengah ekonomi yang lesu dan meningkatnya sentimen anti-imigran. Takaichi diharapkan bisa membalikkan tren itu, tetapi kini partai justru semakin terisolasi di kalangan elit politik dan dibebani skandal korupsi serta potensi kesalahan diplomatik di masa depan.
“Saat ini, LDP tidak memiliki falsafah politik,” kata Shigemura. “Mereka hanya berusaha bertahan hidup. Dan itu sangat mengkhawatirkan, karena bangsa ini menghadapi banyak masalah serius, baik di dalam negeri maupun luar negeri.”
Putri Mako Hilang Status Bangsawan, Demi Cintanya
00:46
This browser does not support the video element.
Komeito dukung oposisi bersatu melawan Takaichi
Manuver politik diperkirakan akan terus berlanjut sepanjang pekan ini. Takaichi dan sekutunya harus bergerak cepat, jika ingin memenuhi tenggat konfirmasi parlemen pada 20 Oktober.
Sementara itu, partai-partai oposisi tengah membahas pembentukan front bersatu untuk mengajukan satu kandidat bersama. Jika kandidat oposisi berhasil mengalahkan Takaichi, itu akan menjadi pertama kalinya sejak Januari 1996 Jepang dipimpin oleh perdana menteri dari luar LDP.
Sebagai pukulan terakhir bagi mantan mitranya, Komeito telah berjanji akan mendukung kandidat oposisi tunggal melawan Takaichi, siapa pun orangnya.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris