Pandemi COVID-19 yang memaksa penutupan Kabah memicu sebagian umat muslim menyuarakan betapa kiamat kian dekat. Tapi sains dan sejarah membuktikan manusia pernah menghadapi bencana kesehatan yang lebih parah sebelumnya
Iklan
Eskalasi wabah corona dan derasnya pemberitaan media memicu sikap unik pada sejumlah pemuka agama, bahwa bencana yang datang merupakan "pertanda kiamat sudah dekat."
Virus yang pertamakali muncul di Wuhan, Cina, akhir 2019 silam itu kini merambah Eropa dan puluhan negara lain di dunia. Saat ini sekitar 120.000 orang mengidap COVID-19 dan laju infeksi diyakini belum akan melambat dalam waktu dekat.
Klaim Agama
Adalah hal lumrah jika dalam kasus bencana atau wabah penyakit, orang berusaha menjelaskan fenomena yang seringkali berada di luar pemahaman manusia itu sebagai sebuah pertanda dari langit. Sikap ini tidak pula terbatas pada agama tertentu. Sebab itu pula sebagian umat beragama menggunakan tafsir "ayat-ayat suci" untuk mengaitkan wabah corona dengan tanda-tanda datangnya kiamat.
Beberapa juga mengklaim agama telah memprediksi datangnya bencana corona sejak berabad-abad silam, yang juga memperkuat klaim atas kebenaran tunggal keyakinan yang dianut.
Pengguna media sosial misalnya mengutip Lukas 21:11 dari Alkitab, bahwa "di mana-mana akan terjadi gempa bumi yang hebat, bahaya kelaparan dan wabah penyakit.” Ayat tersebut merujuk pada tanda-tanda akhir zaman.
Seorang pengguna lain menulis beragam peristiwa muram yang terjadi di tahun 2020 merupakan pertanda kedatangan Yesus, "Kebakaran Australia, virus corona, gempa bumi, pembunuhan di seluruh dunia, meningkatnya bencana kelaparan, dan lalu ada mereka yang menertawakan Kitab Wahyu."
Di sisi lain, sejumlah muslim juga ikut-ikutan aktif mempropagandakan klaim serupa, bahwa Islam sudah memerintahkan umatnya membasuh tangan dalam Wudhu sebelum pakar kesehatan menyarankan "mencuci tangan" buat mencegah penularan. Padahal menurut anjuran medis, mencuci tangan dengan air saja tidak cukup membunuh kuman, bakteri atau virus yang bersarang di permukaan kulit, melainkan harus menggunakan sabun.
Sejumlah pemuka Islam juga terdengar mengaitkan pandemi COVID-19 dengan hadis Nabi Muhammad yang menggambarkan betapa akhir zaman ditandai dengan wabah penyakit di seluruh dunia.
Tidak sedikit pula yang menganggap kebijakan pemerintah Arab Saudi mengosongkan area di seputar Kabah dan menghentikan ibadah umrah sesuai dengan tanda kiamat, yakni ketika tidak ada lagi manusia yang melakukan Tawaf di Kabah.
Meski bukan pertama kali, penutupan Kabah adalah peristiwa langka. Dalam beberapa kasus, praktik ibadah di Kabah di hentikan ketika Mekkah dilanda banjir, serangan teror kaum militan atau ketika kelompok Ikhwan menduduki Masjid al-Haram di Mekkah pada 1979 untuk menjatuhkan dinasti Saud.
Namun foto Kabah yang sepi di tahun 2020 tetap memicu duka kaum muslim di seluruh dunia.
Pemuka agama Hindu tidak kalah giat menafsirkan wabah corona sesuai pandangan agama. Swami Chakrapani, Presiden partai konservatif Hindu di India, Akhil Bharatiya Hindu Mahasabha, bahkan menyebut virus corona sebagai "avatar yang mengamuk," sebuah inkarnasi tuhan yang diturunkan demi menghukum manusia tamak.
Bagaimana Cara Melindungi Diri dari Virus Corona?
Penduduk di Asia Tenggara dan Cina dianjurkan mengenakan masker wajah untuk meredam potensi wabah virus corona. Padahal metode lain jauh lebih efektif menghadang penularan. Inilah sejumlah tips berdasarkan anjuran WHO.
Foto: imago/Science Photo Library
Lebih baik pakai daripada tidak pakai sama sekali
Masker wajah yang terlihat di atas belum terbukti dapat secara efektif melindungi Anda dari infeksi virus. Meski demikian, masker wajah mungkin dapat menangkap beberapa kuman sebelum mencapai mulut atau hidung Anda. Masker bisa mencegah kebiasaan orang menyentuh mulut atau hidungnya sendiri. Namun jika Anda sudah terkena penyakit, penutup wajah ini bisa mencegah Anda menulari orang lain.
Foto: Getty Images/Stringer
Bersihkan tangan
Dalam daftar rekomendasi tentang cara melindungi diri dari infeksi, Organisasi Kesehatan Dunia WHO tidak menyebutkan soal pemakaian masker atau penutup wajah. Di bagian atas daftar perlindungan diri dari penyakit, WHO merekomendasikan agar kita sering membersihkan tangan. Untuk membersihkan tangan, WHO juga merekomendasikan pemakaian alkohol, seperti yang terlihat di rumah sakit.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Pilick
Sabun dan air juga bisa
Solusi sehari-hari yang lebih sederhana adalah membersihkan tangan dengan air dan sabun. Tapi pastikan untuk mencuci tangan dengan saksama.
Foto: picture alliance/dpa/C. Klose
Tak Apa Batuk dan Bersin – Asal lakukan dengan benar!
Jadi, inilah rekomendasi dokter: Ketika batuk dan bersin, tutup mulut dan hidung Anda dengan siku lengan tertekuk. Atau gunakan tisu - tetapi kemudian segera buang tisu itu dan cuci tangan Anda. Jika Anda menyeka lendir dari batuk dan bersin dengan baju, tidak perlu membuangnya, asal jangan lupa sering dicuci.
Foto: Fotolia/Brenda Carson
Menjauh!
Rekomendasi lain yang mungkin belum tentu berhasil bagi semua orang: Hindari kontak fisik dengan siapa pun yang menderita demam dan batuk! Jika Anda harus merawat orang sakit, pastikan untuk mengambil tindakan perlindungan tambahan.
Foto: picture alliance/empics
Demam? Pergi ke dokter!
Jika Anda demam, batuk, dan sulit bernapas, segera cari perawatan medis. Hindari tempat umum sehingga Anda tidak menularkan penyakit ke orang lain. Dan juga, jelaskan kepada dokter Anda, mana saja lokasi-lokasi yang Anda kunjungi sebelum jatuh sakit.
Foto: Reuters/P. Mikheyev
Hindari kontak!
Ketika mengunjungi pasar di daerah yang saat ini mengalami kasus virus corona baru, hindari kontak langsung tanpa perlindungan dengan hewan hidup. Jangan pula berkontak langsung tanpa perlindungan dengan semua benda atau objek yang bersentuhan dengan hewan.
Foto: DW
Masak hingga matang!
Masak daging sampai matang. Konsumsi produk hewan mentah, atau setengah matang, harus dihindari. Daging mentah, susu, atau organ hewani harus ditangani dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi silang dengan makanan mentah. Ini adalah praktik keamanan pangan yang baik dan membantu mencegah penyebaran penyakit. (rzn/yp)
Foto: picture-alliance/Ch. Mohr
8 foto1 | 8
"Corona bukan virus, tapi avatar yang diturunkan untuk melindungi kaum miskin. Mreka datang dengan pesan kematian dan hukuman terhadap mereka yang memakannya," kata Swami.
Karena virus corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia, Chakrapani menganjurkan warga Cina pemakan daging agar "berjanji untuk tidak melukai mahluk hidup tidak berdosa di masa depan untuk meredakan amarah Corona."
Usulan lain yang tidak kalah dramatis datang dari anggota parlemen negara bagian Assam, India. Suman Haripriya, seorang Hindu nasionalis dari partai Bharatiya Janata Party (BJP) mengklaim air kencing sapi bisa membantu mencegah penyebaran virus corona. "Ketika air kencing sapi bertebaran, ia menyucikan area itu. Saya yakin air kencing atau kotoran sapi bisa digunakan untuk menyembuhkan virus corona."
Bantahan Sains
COVID-19 tergolong virus penyakit zoonotik yang menular dari hewan ke manusia. Ada banyak keluarga virus corona yang memicu beragam penyakit seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Adapun SARS-CoV-2 yang mewabah saat ini adalah jenis corona yang belum pernah menular pada manusia sebelumnya.
SARS-CoV-2 memicu penyakit COVID-19, sejenis pneumonia akut atau radang paru-paru yang bisa memicu kegagalan organ multiple pada pasien berusia di atas 50 tahun atau yang sudah memiliki penyakit akut lain.
Sejauh ini sudah sekitar 120.000 orang positif mengidap COVID-19 dan sekitar 4.300 meninggal dunia akibatnya. Kebanyakan korban berada di provinsi Hubei, Cina, di mana virus pertama kali mewabah.
Namun berbeda dengan klaim sebagian pemuka agama, bukan kali pertama manusia menghadapi wabah mematikan serupa COVID-19. Pada abad ke14, wabah sampar membunuh lebih dari 200 juta manusia di Asia, Eropa dan Timur Tengah. Penyakit mematikan itu disebabkan oleh penularan bakteri Yersinia Pestis lewat lalat dengan bantuan hewan pengerat seperti tikus.
Lebih dari seabad silam Flu Spanyol menyebar ke seluruh dunia dan membunuh sekitar 50 juta orang, dari 500 juta yang tertular. Virus influenza tipe H1N1 itu berasal dari unggas atau babi yang menyebar ke manusia lewat daging.
SARS-CoV-2 yang kita hadapi saat ini memang berbahaya. Setiap individu disarankan mengambil langkah pencegahan untuk menghindari penularan dan meminimalisir risiko infeksi pada kelompok usia lanjut. Namun di masa lalu, manusia pernah pula menghadapi pandemi mematikan di seluruh dunia yang memicu jutaan angka kematian. Dan jika menimbang bagaimana manusia mampu menyintas di tengah bencana kesehatan di masa lalu, sulit membantah bahwa "akhir zaman" belum akan tiba, meski dengan hadirnya virus corona.
Ed: rzn/ap
Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia
Kurang dari sebulan, wabah virus corona jenis baru (2019-nCoV) telah dinyatakan sebagai darurat kesehatan global. Lebih dari 50 juta warga Cina dikarantina, para ilmuwan masih berjuang temukan vaksin.
Foto: Reuters/Antara Foto
Virus mirip pneumonia menyerang Wuhan
Pada 31 Desember 2019, Cina memberi tahu WHO tentang serangkaian infeksi pernapasan di Kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta orang. Virus tersebut diduga berasal dari sebuah pasar makanan laut, yang kemudian dengan cepat ditutup oleh pemerintah Cina. Awalnya, sekitar 40 orang dilaporkan terinfeksi.
Foto: Imago Images/UPI Photo/S. Shaver
Virus corona jenis baru berhasil diidentifikasi
7 Januari 2020, para ilmuwan Cina mengumumkan telah mengidentifikasi virus corona jenis baru yang menjadi penyebab serangkaian infeksi pernapasan di Wuhan. Sama seperti flu biasa dan SARS, virus tersebut juga termasuk dalam keluarga coronavirus. Virus jenis baru itu sementara dinamai 2019-nCoV. Gejalanya meliputi demam, batuk, kesulitan bernapas, dan radang paru-paru.
Foto: picture-alliance/BSIP/J. Cavallini
Kematian pertama di Cina
Pada 11 Januari, Cina mengumumkan kematian pertama yang disebabkan oleh virus corona jenis baru. Seorang pria berusia 61 tahun yang diketahui telah berbelanja di pasar Wuhan meninggal karena komplikasi pneumonia.
Foto: Reuters/Str
Virus sampai ke negara-negara tetangga
Pada hari-hari berikutnya, negara-negara seperti Thailand dan Jepang mulai melaporkan kasus infeksi pada warganya yang diketahui pernah mengunjungi pasar yang sama di Wuhan. Pada 20 Januari, tiga orang dilaporkan meninggal di Cina, sementara lebih dari 200 orang dilaporkan telah terinfeksi virus corona jenis baru ini.
Foto: Reuters/Kim Kyung-Hoon
Menular dari manusia ke manusia
Hingga pertengahan Januari, para ilmuwan masih berjuang untuk mencari tahu bagaimana virus ini menyebar ke manusia. Keluarga virus corona adalah zoonotic, artinya virus ditularkan dari hewan ke manusia - beberapa jenis virus dapat ditularkan melalui batuk dan bersin. Baru kemudian pada 20 Januari, otoritas Cina mengonfirmasi bahwa virus dapat ditularkan dari manusia ke manusia.
Foto: picture-alliance/YONHAPNEWS AGENCY
Jutaan orang dikarantina
Pemerintah Cina menutup Kota Wuhan pada 23 Januari untuk membatasi penyebaran virus corona. Rumah sakit baru untuk merawat pasien pun mulai dibangun. Sampai pada 24 Januari, lebih dari 830 orang dilaporkan terinfeksi dan setidaknya 26 orang dinyatakan meninggal. Pemerintah kemudian memperluas karantina ke 13 kota lain. Langkah ini berdampak terhadap setidaknya 36 juta jiwa.
Foto: AFP/STR
Virus corona capai Eropa!
Pada 24 Januari, otoritas Prancis melaporkan 3 kasus virus corona baru di daerah perbatasannya. Temuan ini menjadi tanda kemunculan virus tersebut di Eropa. Beberapa jam setelah Prancis, Australia juga melaporkan bahwa empat orang warganya telah terinfeksi virus corona baru tersebut.
Foto: Getty Images/X. Chu
Liburan Tahun Baru Imlek diperpanjang
Tahun Baru Imlek di Cina dimulai dengan perayaan sederhana pada 25 Januari. Jutaan orang dilaporkan bepergian dan ikut ambil bagian dalam perayaan publik tersebut. Para pejabat membatalkan acara-acara besar untuk mengatasi wabah ini. Di akhir Januari, ada 17 kota di Cina dengan 50 juta penduduk dikarantina. Libur Imlek diperpanjang tiga hari untuk membatasi arus populasi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Mortagne
Perbatasan dengan Mongolia, Hong Kong dan Rusia bagian timur ditutup
Kamboja mengonfirmasi kasus pertamanya, sementara Mongolia menutup perbatasannya bagi kendaraan dari Cina. Rusia juga menutup perbatasan dengan Cina di tiga wilayah bagian timur. Kerugian terhadap pariwisata global ditaksir mencapai miliaran dolar sementara harga minyak turut anjlok. Jumlah korban tewas meningkat menjadi 41, lebih dari 1.300 orang terinfeksi di seluruh dunia - kebanyakan di Cina.
Foto: Reuters/C. G. Rawlins
Jerman laporkan kasus virus corona pertama
Pada tanggal 27 Januari, Jerman mengumumkan kasus virus corona pertamanya. Pasien adalah seorang pria berusia 33 tahun di Bayern yang disebut terkena virus selama pelatihan di tempat kerja dengan seorang rekan dari Cina. Pria tersebut ditempatkan dalam karantina dan observasi di sebuah rumah sakit di München. Hari berikutnya, tiga rekannya juga dilaporkan terinfeksi virus yang sama.
Foto: Reuters/A. Uyanik
Indonesia bebas virus corona
Pada 27 Januari, sejumlah kementerian menggelar rapat koordinasi di Kementerian Perhubungan. Pemerintah Indonesia resmi melarang penerbangan dari dan menuju Wuhan, namun masih membolehkan penerbangan dari kota-kota lain di Cina. Menteri Kesehatan mengatakan Indonesia masih bebas dari virus corona jenis baru dan mengimbau masyarakat untuk jaga imunitas tubuh. 243 WNI di Wuhan juga dinyatakan sehat.
Foto: Ministry of Transportation/D. Pieterz-Kemenhub
Evakuasi internasional dimulai
Pada 28 Januari, Jepang dan AS menjadi negara pertama yang mengevakuasi warganya keluar dari Wuhan. Australia dan Selandia Baru mengatakan bahwa mereka juga akan mengirim pesawat untuk membawa pulang warganya. Kasus virus corona secara global meningkat jadi hampir 6.000 kasus infeksi, melebihi wabah SARS pada 2002 yang menewaskan sekitar 800 orang.
Foto: imago images/Kyodo News
WHO keluarkan status darurat kesehatan global
30 Januari, WHO menyatakan virus corona jenis baru sebagai darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional. Hal ini dilakukan untuk melindungi negara-negara dengan "sistem kesehatan yang lebih lemah." Namun, Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus tidak merekomendasikan pembatasan perdagangan dan perjalanan, ia menyebut hal itu sebagai "gangguan yang tidak perlu."
Foto: picture-alliance/KEYSTONE/J.-C. Bott
Tim penjemput WNI diberangkatkan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Sabtu (01/02), melepas keberangkatan tim penjemput WNI yang ada di kota Wuhan, Hubei, Cina. Retno sebut ada 245 WNI yang akan dipulangkan ke tanah air. Tim penjemput menumpangi pesawat Batik Air. Ada 42 orang dalam tim penjemput yang terdiri atas TNI, Kemlu, Kemenkes, TNI dan kru Batik Air.
Foto: Reuters/Antara/M. Iqbal
Kematian pertama di luar Cina
Kematian pertama di luar Cina terkait dengan virus corona jenis baru dilaporkan terjadi di Filipina pada 2 Februari. Korban adalah seorang pria berusia 44 tahun dan telah melakukan perjalanan dari Wuhan ke Manila sebelum akhirnya jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit. Ia kemudian dilaporkan meninggal di rumah sakit karena pneumonia.
Foto: Getty Images/AFP/T. Aljibe
238 WNI dari Wuhan tiba di Natuna
Minggu (02/02), sebanyak 238 WNI tiba di Pangkalan Udara Raden Sajad, Pulau Natuna, Kepulauan Riau. Ada 7 orang yang batal diterbangkan ke tanah air karena sejumlah alasan - 4 orang mengundurkan diri dan 3 orang lainnya tidak lolos pemeriksaan Cina. Masa observasi dijalankan selama 14 hari. Presiden Jokowi sebut Natuna dipilih sebagai tempat observasi karena dinilai sebagai pulau yang paling siap.
Foto: Reuters/Antara Foto
Rumah sakit selesai dibangun dalam waktu 10 hari
Rumah Sakit Huoshenshan (Gunung Api Dewa), selesai dibangun hanya dalam waktu lebih dari satu minggu. Rumah sakit akhirnya resmi dibuka pada Senin (03/02). Rumah sakit ini bertujuan menggunakan campuran obat-obatan dari barat maupun obat tradisional Cina untuk mengobati mereka yang terinfeksi virus corona jenis baru, 2019-nCoV. (gtp/ae) (dari berbagai sumber)