1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Inisiatif Lokal dari Kolumbia Cegah Wisata Prostitusi Anak

Nicole Frölich
13 Maret 2020

Prostitusi anak adalah masalah serius di Cartagena, Kolumbia. Selama bertahun-tahun kota ini menjadi tujuan wisata seks. Masyarakat menentangnya lewat inisiatif lokal.

Proyek La Muralla ¡Soy Yo! di Cartagena, Kolumbia
Foto: DW/ Nicole Frölich

Cartagena de Indias di pantai Karibia adalah kota tujuan berlibur yang cukup populer di Kolumbia. Kepopulerannya di kalangan wisatawan di sana hanya bisa disaingi oleh ibu kota Bogotá.

Tidak mengherankan. Cartagena adalah kota percampuran warisan kolonial dengan budaya Afro-Kolombia yang unik. Jalan-jalan di sana cukup sempit, rumah berwarna-warni dan balkon penuh bunga. Sangat ideal untuk berjalan-jalan dan bersantai.

Namun, tidak semua wisatawan datang ke sini untuk menikmati suasana yang menawan. Selama bertahun-tahun, Cartagena telah menjadi daya tarik bagi wisatawan seks yang menjadikan anak-anak sebagai objek. Para korban kebanyakan direkrut lewat media sosial.

Niat keluar dari kemiskinan, malah masuk ke pelacuran

Prostitusi anak adalah masalah serius di kota ini. Sekitar 26 persen penduduk Cartagena hidup dalam kemiskinan. Banyak keluarga tidak punya jalan keluar selain menjual anak perempuan dan anak laki-laki mereka ke dunia pelacuran.

Fernando (bukan nama sebenarnya) baru berusia 13 tahun ketika seorang asing memberinya tawaran menggiurkan lewat Facebook.

"Ketika mereka menawarkan akan membayar saya untuk (berhubungan) seks, saya dengan naif setuju, karena saya tidak punya cukup uang untuk hidup seperti yang saya mau. Saya tidak tahu seberapa besar keputusan ini akan menyakiti saya." Selama dua tahun Fernando pun kerap dilecehkan dan diintimidasi oleh sekelompok laki-laki.

Dia berhasil lari dari lingkaran setan ini berkat inisiatif lokal yaitu 'La Muralla ¡Soy Yo!' yang artinya kurang lebih 'Benteng! Itulah Aku!' Inisiatif ini juga dikenal dengan inisiatif Muralla.

Nama inisiatif ini terinspirasi dari benteng kokoh yang telah melindungi pusat kota Cartagena dari serangan para pendatang sejak akhir abad ke-16. Ibarat benteng, tembok pelindung simbolis inisiatif Muralla ini bermaksud melindungi anak-anak dan remaja di Cartagena dari bahaya.

Untuk tujuan ini, pemerintah daerah bekerja sama dengan sektor pariwisata. Sopir taksi, penjaga bar, pelaku bisnis perhotelan juga dilibatkan untuk menemukan dan melaporkan adanya kegiatan ilegal.

Inisiatif ini didirikan tahun 2009 oleh LSM Renacer dan didedikasikan untuk memerangi pelacuran anak di Cartagena. Konsepnya yaitu: kombinasi pencegahan, peningkatan kesadaran, pelaporan dan penuntutan.

"Bela komunitas dengan semua yang saya miliki"

Pekerjaan sehari-hari Víctor Padilla adalah menyewakan kursi untuk berjemur di pantai Castillogrande di Cartagena. Sebelum adanya kampanye Muralla, dia tidak tahu bahwa sejumlah hal yang terjadi di depan matanya adalah termasuk tindak pelecehan anak. Namun kini ia telah sepuluh tahun bergabung dan menjadi anggota khusus inisiatif perlindungan anak Muralla.

"Jika kami melihat ada yang bertindak salah, kami akan memberi tahu bahwa (tindakan) ini tidak akan ditoleransi. Kita tidak bisa mengabaikan anak-anak dan remaja untuk diserahkan kepada para penjahat ini," kata ayah tiga anak ini. 

Benteng yang melindungi kota tua Cartagena di Kolumbia menjadi inspirasi gerakan perlindungan anak dan remaja dari predator seks.Foto: DW/ Nicole Frölich

"Dukungan saya untuk Muralla datang dari hati. Tidak ada yang memaksa saya untuk melakukannya. Saya akan membela komunitas saya dan saya akan melakukannya dengan tangan, kaki, gigi - dengan semua yang saya miliki."

Hotel-hotel juga secara aktif terlibat dalam perang melawan eksploitasi anak-anak dan remaja. Di Holiday Inn di distrik Bocagrande, anak-anak berada di bawah pengawasan khusus. Hotel melakukan segalanya agar para tamunya aman.

"Setiap karyawan tahu protokol pelaporan insiden," ujar kepala keamanan Alvaro Cadena. "Ketika melaporkan adanya perilaku mencurigakan, mereka (karyawan) memberikan kode rahasia kepada atasan mereka yang kemudian akan menghubungi dinas keamanan dan polisi."

Dobrak tabu seputar topik pelacuran anak

Tujuan dari inisiatif Muralla tidak hanya untuk mengidentifikasi pelecehan, tetapi untuk mengakhirinya. Mereka ingin mencegah anak-anak menjadi korban. Mereka juga mengadakan lokakarya kesadaran untuk guru, orang tua dan murid di sekolah.

Rosalva Guerrero, psikolog di sekolah Nuestra Señora del Carmen, mengatakan bahwa dirinya telah mengamati "jumlah korban eksploitasi seksual di sekolah menengah menurun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir."

Rosalva juga mengatakah bahwa proyek-proyek Muralla telah mendobrak tabu pembicaraan seputar pelacuran anak. "Sekarang semua orang tahu tentang ini, kita dapat membicarakan masalah ini dengan cukup bebas. Baik siswa maupun guru. Ini adalah bagian penting dari upaya pencegahan."

Pada saat Fernando nyaris putus asa berusaha keluar dari dunia pelacuran, seorang teman mengirimnya ke Renacer, yayasan di balik inisiatif Muralla.

Fernando menemukan bantuan di tempat penampungan bagi para korban di bawah umur. "Sewaktu saya tiba, ada semacam proses detoksifikasi bagi saya. Saya berutang hidup kepada lembaga ini," ujarnya.

Di sana, Fernando belajar banyak tentang harga diri, taktik pertahanan, dan hak-hak hukum. Pengetahuan ini pula yang sekarang ia bagikan kepada orang muda lainnya. Kini Fernando ibarat batu yang turut menyusun benteng kokoh inisiatif Muralla. Dia pun menjadi benteng pelindung.

ae/rap