Komandan Tertinggi AS di Afganistan Mundur dari Jabatannya
13 Juli 2021
Komando Pusat AS di Florida sekarang akan bertanggung jawab atas pasukan AS yang ada di Afganistan hingga setidaknya tanggal 31 Agustus mendatang. Langkah itu dilakukan saat Taliban dengan cepat menguasai seluruh negeri.
Iklan
Komandan tertinggi Amerika Serikat (AS) di Afganistan, Jenderal Scott Miller melepaskan posisinya dalam upacara di markas NATO ibu kota Kabul, Senin (12/07). Pelepasan ini membuat AS selangkah lebih dekat untuk mengakhiri perang 20 tahun. Langkah ini dilakukan ketika kelompok Taliban terus menguasai seluruh wilayah Afganistan.
Posisi Miller akan diambil alih jenderal bintang empat lainnya, Jenderal Frank McKenzie, Kepala Komando Pusat AS. McKenzie akan memimpin operasi dari markas Komando Pusat AS di Tampa, Florida, AS.
McKenzie berwenang untuk melakukan serangan udara untuk membantu pasukan pemerintah Afganistan setidaknya sampai penarikan pasukan AS rampung pada 31 Agustus mendatang.
Dalam upacara pelepasan ini, McKenzie memuji Miller karena mampu membawa pulang pasukan AS dengan selamat dan memindahkan sejumlah peralatan. Namun, hal tersebut dikeluhkan pejabat keamanan Afganistan yang merasa peralatan tersebut seharusnya ditinggalkan untuk pasukan mereka.
Iklan
Pasukan keamanan Afganistan kesulitan?
Penasihat Keamanan Nasional Afganistan Hamdullah Mohib yang turut menghadiri upacara tersebut mengatakan penarikan pasukan AS dan NATO telah meninggalkan kekosongan yang membuat pasukan keamanan nasional Afganistan terdampar di medan perang tanpa pesediaan, terkadang kehabisan makanan dan amunisi. Mohib juga mengatakan bahwa dampak terbesar dari penarikan pasukan adalah kurangnya pesawat untuk memasok pasukan.
Pasukan AS Pulang, Afganistan Tertimbun di Bawah Sampah Amerika
Pangkalan Udara Bagram jadi markas besar pasukan AS di Afganistan selama hampir 20 tahun. Markas militer itu telah kosong sejak musim semi dan meninggalkan berton-ton sampah.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Rongsokan sejauh mata memandang
Sejarawan mungkin memperdebatkan peninggalan misi politik AS di Afganistan. Tetapi peninggalan fisiknya terlihat jelas dalam bentuk rongsokan dan sampah dalam jumlah besar. Angkatan Darat AS akan ditarik sepenuhnya dari Pangkalan Udara Bagram pada peringatan 20 tahun serangan teroris 11 September di Washington dan New York, jadi dalam waktu beberapa minggu ke depan.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Di mana harus menaruh semua sampah?
Tentara AS akan membawa pulang peralatan atau memberikannya kepada pasukan keamanan setempat. Tetapi masih banyak sampah kemasan dan elektronik tersisa. Lebih dari 100.000 tentara AS bertugas di Bagram sejak 2001. Pangkalan yang terletak 70 kilometer di utara Kabul, telah berkembang menjadi kota kecil ala Amerika, lengkap dengan pusat perbelanjaan dan restoran cepat saji.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Sampah seseorang adalah harta karun bagi orang lain
Tempat pembuangan rongsokan di luar pangkalan telah menjadi populer di kalangan pemburu harta karun. Mereka datang dalam jumlah besar untuk mengais sampah, mencari sesuatu yang masih berguna, seperti sepasang sepatu boot militer ini. Harapan mereka adalah menjual apa yang ditemukan untuk mendapatkan uang.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Mencari harta karun sampah elektronik
Sampah elektronik dalam jumlah besar juga terkubur di tempat pembuangan sampah. Orang mencari papan sirkuit berisi suku cadang dan sekrup yang dapat digunakan kembali. Beberapa bahkan mengandung bahan berharga seperti tembaga dan sejumlah kecil emas. Bagi orang Amerika, itu semua sampah. Tapi bagi warga Afganistan yang berpenghasilan hanya US $695 (Rp8,5 juta) setahun, itu adalah harta karun.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang akan terjadi dengan Bagram?
Bagram, di kaki pegunungan Hindu Kush, memiliki sejarah panjang sebagai pangkalan militer. Tentara Uni Soviet menggunakan pangkalan itu selama invasinya pada 1979. Banyak yang sekarang khawatir setelah pasukan Amerika pergi, Bagram akan jatuh ke tangan Taliban, yang berarti kemenangan strategis bagi kaum Islamis.
Foto: imago images
Penarikan pasukan yang riskan
Pasukan AS resminya ditarik pulang sejak 1 Mei dan tidak ada waktu untuk membuang sampahnya. Senjata berat dan pasukan tambahan tetap disiagakan untuk kemungkinan serangan Taliban selama penarikan. Pada minggu terakhir penarikan, total 36 negara NATO dan mitra terlibat dalam misi tersebut, termasuk 2.500 tentara Amerika dan 1.100 tentara Jerman
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Wanita yang bekerja
Seorang gadis memulung peti logam usang dari tempat pembuangan sampah. Terlepas dari situasi sulit, anak perempuan dan wanita yang paling diuntungkan dari misi militer pimpinan AS dan jatuhnya Taliban pada tahun 2001. Mereka dapat bersekolah, dan sebagai wanita dewasa bisa bekerja di sektor yang sebelumnya tidak dapat diakses oleh mereka, termasuk di pengadilan tinggi dan institusi resmi lainnya.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Orang-orang yang ditinggalkan
Beberapa orang menemukan barang-barang bernilai sentimental murni di tempat barang rongsokan, untuk mengingatkan mereka pada pangkalan militer AS ini. Banyak pemukiman pasukan lokal Afganistan bermunculan di sekitar Bagram, dan eksistensi mereka bergantung pada pangkalan itu. Banyak yang sekarang bertanya-tanya apa yang akan terjadi dengan mereka dan keluarga mereka.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang tersisa?
Jadi apa yang tersisa dari kehadiran AS di Hindu Kush, selain sepatu usang dan kawat berkarat? Presiden AS Joe Biden menjanjikan kemitraan "berkelanjutan" pada saat pertemuan dengan mitranya dari Afganistan, Ashraf Ghani di Gedung Putih 25 Juni. Nasib jutaan warga Afganistan akan tergantung dari janji Biden. (bn/as)
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
9 foto1 | 9
Abdullah Abdullah, Kepala Dewan Nasional untuk Rekonsiliasi Afganistan yang juga turut hadir mengatakan bahwa Taliban tidak akan bisa mengambil alih wilayah.
"Saya khawatir, tentu saja, ketika Taliban mendorong solusi militer, itu menimbulkan kekhawatiran...tetapi mereka tidak bisa memaksakan kehendak mereka kepada negara secara militer,'' kata Abdullah dikutip dari AP.
Taliban terus kuasai distrik penting di ibu kota provinsi
Dilansir kantor berita dpa, pemerintah Afganistan mengatakan pada Senin (12/07) bahwa kelompok Taliban telah menyusup ke beberapa ibu kota provinsi di Afganistan. Mereka disebut telah menguasai sejumlah besar wilayah strategis di sepanjang perbatasan Afganistan dengan Iran, Uzbekistan, dan Tajikistan. Kekhawatiran pun meningkat terkait stabilitas negara jika penarikan pasukan asing rampung adalam beberapa minggu mendatang.
Taliban juga dilaporkan telah menguasai sebuah distrik di timur laut provinsi Badakhshan. Namun, saat ini mereka tengah dipukul mundur oleh pasukan keamanan Afganistan. Pada saat yang sama, Taliban masih menguasai ibu kota provinsi Badghis, Qala-e-Naw. Mereka berhasil menyerbu kota dalam sebuah serangan minggu lalu.
Selain itu, Taliban juga telah mengambil alih dua distrik di ibu kota provinsi Ghazni, demikian laporan anggota dewan setempat Hamidullah Sarwari dan Ghulam Sakhi Zabuli. Sementara itu, pasukan Taliban yang yang menyusup di provinsi Kandahar dilaporkan telah meninggalkan distrik di sana.