Pekerja Hutan Sawit Menembak dan Memasak Orangutan
14 Februari 2017
Wakil Ketua Komisi IV DPR Daniel Johan menyatakan mendapat laporan tentang pekerja perusahaan hutan sawit yang membunuh dan mengkonsumsi orangutan. Kejadiannya di Kapuas, Kalimantan Tengah.
Iklan
Wakil Ketua Komisi IV DPR Daniel Johan menyatakan mendapat laporan tentang pekerja perusahaan hutan sawit yang membunuh dan mengkonsumsi orangutan. Kejadiannya di Kapuas, Kalimantan Tengah.
Daniel Johan mengaku mendapat laporan itu dari masyarakat dan saksi mata. Peristiwa itu terjadi Sabtu lalu (28/1). Di internet diperlihatkan foto-foto seekor orangutan yang ditembak dan bagian-bagian tubuh yang sedang dipotong-potong untuk dimasak.
Dia mengatakan, tindakan ini jelas-jelas merupakan pelanggaran terhadap UU Konservasi di Indonesia. "Saya minta pihak berwajib segera menelusuri dan menindaklanjuti laporan masyarakat yang saya terima ini," kata Daniel Johan hari Selasa (14/2) sebagaimana dikutip detikcom. Dia menambahkan, kera besar itu mungkin sedang mencari tanaman untuk makan.
Saksi yang melaporkan juga memberikan foto orangutan yang dibantai itu. Pada salah satu foto telihat orangutan tergeletak di tanah di samping seorang pria yang memegang senapan. Gambar lain menunjukkan kepala orangutan mengambang dalam panci. "Termasuk juga Gubernur agar memberi perhatian serius laporan ini, karena saya tahu pasti bagaimana Gubernur memiliki perhatian yang besar dalam konservasi dan perlindungan satwa langka," kata anggota Komisi IV DPR itu.
Juli lalu, organisasi International Union for Conservation of Nature menyatakan orangutan di Bornei terancam punah. Diperkirakan populasinya telah menyusut hampir dua pertiga sejak awal 1970-an.
Orangutan sering dikejar masyarakat untuk karena dianggap sering merusak tanaman. Menurut UU di Indonesia, pembunuhan orangutan bisa diancam sampai lima tahun penjara. Tapi jarang ada kasus yang dibawa ke pengadilan.
Bukti Kekejaman Manusia Pada Orangutan
Rumah mereka dibabat dan dibakar pebisnis kelapa sawit. Para induk dibunuh pemburu liar, sedangkan anak-anak orangutan diperdagangkan secara ilegal.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Kenalkan, Ini Dina…
Dina masih bayi saat diselamatkan petugas konservasi dari aksi perdagangan ilegal. Di Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera, banyak anak-anak orangutan tumbuh tanpa ibu, karena induk mereka dibunuh pemburu liar. Anak-anaknya diperjualbelikan.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Tumbuh tanpa ibu
Orangutan biasanya sering tinggal dengan induknya sampai mereka berusia enam atau tujuh tahun. Mereka benar-benar tergantung pada ibu mereka selama dua tahun pertama kehidupan mereka, dan disapih pada usia sekitar lima tahun. Di pusat konservasi Sumatran Orangutan Conservation Programm (SOCP), Sumatera Utara, mereka dirawat.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Butuh waktu lama
Oleh karenanya, orangutan tanpa induk di pusat konservasi Sumatran Orangutan Conservation Programm (SOCP), Kuta Mbelin, Sumatera Utara ini dididik untuk bisa bertahan hidup di hutan - sebuah proses yang memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Jauhi predator
Mereka juga belajar bagaimana membangun sarang di pohon-pohon dan menjauhi jangkauan predator. Pemburu liar umumnya beroperasi di ekosistem Leuser yang luasnya 2,5 juta hektar, yang menjadi habitat sekitar 6.700 orangutan, dan juga badak, gajah, harimau dan macan tutul.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Rumah mereka dibabat
Penebangan hutan di Singkil, Leuser, yang merupakan rumah bagi orangutan dan satwa liar lainnya. Pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit selama ini dianggap sebagai biang keladi kepunahan satwa langka termasuk orangutan, disamping menggilanya perburuan liar.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Operasi
Operasi dilakukan terhadap orangutan yang terluka di di konservasi Sumatran Orangutan Conservation Programm (SOCP), Kuta Mbelin, Sumatera Utara.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Ditembaki senapan angin
Ini hasil rontgen seekor orangutan bernama Tengku yang diselamatkan dari perburuan liar. Di tubuhnya bersarang 60 peluru senapan angin.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Pakai kutek
Staf SOCP membubuhi kutek di kuku seekor orangutan yang baru selesai dioperasi dan masih kesakitan, agar orangutan tersebut dapat teralihkan pikirannya dari rasa sakit yang diderita pasca operasi.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Dilepas kembali ke alam liar
Setelah melewati masa perawatan di SOCP, adaptasi di lokasi konservasi, dan dianggap siap, mereka mulai dilepaskan kembali ke hutan dan dipantau. Perpisahan antara petugas yang merawat mereka dengan kasih sayang tentu bukan perkara mudah.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Terancam kehidupannya
Orangutan Sumatera maupun Kalimantan, saat ini berada dalam status konservasi sangat terancam. Berdasarkan status yang dilabelkan Lembaga Konservasi Satwa Internasional IUCN, orangutan Kalimantan dikategorikan spesies genting (endangered), sementara orangutan Sumatera dianggap lebih terancam lagi nasibnya karena masuk kategori kritis (critically endangered). Penulis: Ayu Purwaningsih (vlz)
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
10 foto1 | 10
Dearah hutan tropis yang menjadi habitat orangutan menyusut drastis di Indonesia pada beberapa puluh tahun terakhir dengan perkembangan pesat industri kayu, pulp, kertas, dan yang paling baru, minyak sawit. Daniel Johan mengatakan, saksi pembunuhan orangutan itu segan melaporkan kejadian itu ke polisi karena takut aksi pembalasan.
Kawasan perkebunan di mana orangutan itu dibunuh berada di Desa Tumbang Puroh, Kecamatan Sei Hanyo, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Perusahaan yang aktif di sana adalah PT. Susantri Permai, bagian dari Genting Plantations Bhd., sebuah perusahaan kelapa sawit asal Malaysia.