1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Komitmen Bush untuk kebebasan dan demokrasi

21 Januari 2005

Presiden AS George W Bush dalam pidato pelantikannya menegaskan komitmennya bagi kebebasan dan pertumbuhan demokratis di setiap negara di dunia. Bush juga menekankan, AS akan membela diri dari para sekutunya dengan kekuatan senjata apabila perlu.

Bush dan Laura berdansa pada pesta setelah pelantikan
Bush dan Laura berdansa pada pesta setelah pelantikanFoto: AP

Komitmen tegas Bush untuk demokrasi oleh harian Italia Il Messaggero dikomentari:

Tiap presiden AS di masa jabatan pertama berusaha untuk dipilih kembali , sementara dalam masa jabatan kedua berusaha mencari tempat yang terhormat dalam buku sejarah. Hal itu dibuktikan dalam pidato pelantikan Bush . Berbeda dengan pidatonya setelah 11 September 2001, Bush kini tidak lagi memperlihatkan sikap keras dan menuduh, melainkan tampil sebagai pembela kebebasan bagi semua rakyat yang hidup dalam penindasan. AS hendak membantu semua rakyat yang ingin membebaskan diri dari tirani. Condoleezza Rice, penasehat setia dan pelaksana instruksinya , dalam dengar pendapat di Senat memgumumkan bahwa kini saatnya untuk melakukan diplomasi. Namun siapa yang kini mengharapkan garis politik yang baru mungkin akan kecewa. Pembebasan rakyat yang ditindas juga berarti perang melawan para penindas. Rice sendiri menegaskan bahwa AS akan bertindak keras terhadap negara-negara yang mengancam AS, atau yang menghalangi komitmennya bagi demokrasi.

Suratkabar Italia lainnya Corriere della Sera mengulas:

Kabar gembira yang disampaikan dalam pidato pelantikan Bush dalam nada yang sangat berbau misionarisasi mengandung unsur psikhoterapi. Bila kenyataan membenarkan Bush, presiden AS dapat mempersiapkan penarikan pasukannya dari Irak. Namun , bila hal sebaliknya yang terjadi , masa jabatan kedua , seperti di zaman Vietnam, akan diwarnai perang yang tak kunjung berakhir di sebuah negara yang jauh, dan rakyat AS akan semakin tidak puas.

Harian konservatif Inggris The Daily Telegraph berpendapat, Bush harus membuktikan dulu keberhasilannya di Irak:

Dengan mandat yang lebih kuat untuk masa jabatan kedua , Bush kini punya ambisi besar untuk membawa kebebasan ke seluruh dunia. Merintis demokrasi di Afganistan dan di Irak terbukti sangat sulit. Namun selain itu masa ada 6 negara tirani lainnya, yakni Kuba, Myanmar, Korea Utara, Iran, Belarus dan Simbabwe. Dan kemudian mungkin juga China. Ambisi Presiden Bush patut dipuji, namun ia harus membuktikan dulu kesuksesannya di Irak, bila ada peluang untuk merealisasikan obsesinya. Masalah Irak merupakan tugas besar yang belum terselesaikan dalam masa jabatan pertama, dan jelas juga akan menuntut perhatiannya selama seluruh masa jabatan kedua.

Harian Rusia Kommersant dengan sinis berkomentar hanya Bush sebagai panglima perang adalah Bush yang baik:

Bush akan masuk dalam buku sejarah AS sebagai presiden militer, dan itu cocok sekali bagi pimpinan Rusia. Presiden Putin sebenarnya tidak terlalu mendukung Bush sebagai sahabat, melainkan sebagai jaminan bagi kediktatoran Rusia. Seandainya Bush untuk empat tahun mendatang mencanangkan program perdamaian, Putin mungkin akan khawatir. Jangan-jangan Bush dan Condoleezza Rice juga akan mengurusi soal demokrasi di Rusia, bukan hanya menyelamatkan sisa dunia yang lain. Bush sebagai militer adalah sahabat sejati Rusia.