PPKM level 2-4 di Jawa Bali akan berakhir hari ini. Epidemiolog Dicky Budiman menilai PPKM perlu dilanjutkan untuk menahan laju penyebaran COVID-19. Namun, ia menyoroti komitmen dan konsistensi kebijakan yang dibuat.
Iklan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan kabar gembira mengenai tingkat ketersediaan tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit semakin menurun. Namun, Jokowi tetap mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada. Pernyataan itu disampaikan Jokowi di akun Instagram @jokowi seperti dilihat pada Senin (23/08). Jokowi mengunggah foto ilustrasi dengan nakes dan warga yang memakai masker disertai tulisan 'bersama kita memutus rantai COVID-19'.
"Selamat pagi. Tingkat keterisian tempat tidur di rumah-rumah sakit kian menurun, penghuni tempat-tempat isolasi mandiri semakin berkurang, tetapi kita belum tiba di akhir pandemi. COVID-19 masih menjadi ancaman yang nyata," tulis Jokowi.
Jokowi mengatakan peran semua orang sangat dibutuhkan dalam memutus rantai penyebaran COVID-19. Dia mengajak masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Komitmen dan konsistensi
PPKM level 2-4 di Jawa dan Bali akan berakhir hari ini (23/08) usai diperpanjang sepekan pada 16 Agustus 2021 lalu. Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, menilai kebijakan PPKM masih perlu dilanjutkan karena belum aman meskipun kasus COVID-19 melandai.
"Ya PPKM (perlu) dilanjut, kan leveling sekarang, jadi berlanjut," ucap Dicky kepada wartawan, Minggu (22/08).
Dicky memberikan sejumlah catatan selama penerapan PPKM sebelumnya agar diperbaiki jika diperpanjang. Catatannya adalah mengenai komitmen dan konsistensi dari kebijakan yang dibuat.
"Yang jadi masalah PPKM kita ini adalah PPKM-nya sudah cukup memadai dilakukan, tapi masalah implementasi ini yang komitmen dan konsistensinya itu (sering) berubah," katanya.
Linimasa Perjalanan COVID-19 di Indonesia
Dua tahun sudah Indonesia berjibaku memerangi pandemi COVID-19. Indonesia pun jadi salah satu negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di Asia. DW merangkum fakta-fakta tentang penyebaran virus corona di Indonesia.
Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
Kasus pertama mucul pada 2 Maret 2020
Tanggal 2 Maret 2020, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Joko Widodo didampingi Menkes kala itu Terawan Agus Putranto umumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia. Dua perempuan asal Depok yakni seorang ibu (64) dan putrinya (31) dilaporkan positif COVID-19 setelah diduga tertular WNA asal Jepang. Kala itu Menkes Terawan mengimbau masyarakat tak panik. "Enjoy saja, makan yang cukup," ujarnya.
Foto: DW/P. Kusuma
Menteri pertama positif COVID-19
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi jadi pejabat negara pertama yang terkonfirmasi positif COVID-19 pada pertengahan Maret 2020. Edhy Prabowo yang saat itu masih menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan juga dikabarkan positif COVID-19, begitu juga dengan Fachrul Razi saat masih menjabat Menteri Agama. Terakhir, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah juga positif COVID-19 pada awal Desember 2020.
Foto: picture alliance/AA/E. S. Toyudho
Bukan lockdown
Pada 31 Maret 2020, bertempat di Istana Bogor, Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB yang diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020. Setiap daerah dapat mengajukan penerapan PSBB yang nantinya disetujui oleh Menteri Kesehatan RI. Tampak pada gambar salah satu stasiun MRT di Jakarta ditutup selama PSBB.
Foto: DW/A. Muhammad
Langkah 'extraordinary'
Dalam rapat terbatas pada 18 Juni 2020 di Istana Merdeka, Jokowi menegaskan jajarannya untuk bekerja lebih dari "biasa-biasa saja" mengacu kepada situasi darurat pandemi COVID-19 saat ini. Ia mengatakan belanja kementerian, salah satunya Kementerian Kesehatan tergolong rendah padahal anggaran sebesar Rp 75 triliun sudah disediakan. Jokowi juga mengancam akan melakukan reshuffle kabinet.
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr
Vaksin Merah Putih
Indonesia sendiri tengah mengembangkan vaksin virus corona melalui tiga institusi yang dipunya salah satunya Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Dalam wawancara eksklusif dengan DW Indonesia, Kepala LBM Eijkman Prof. Amin Soebandrio mengatakan pihaknya tengah memetakan tipe virus corona yang ada di Indonesia. Ia optimis vaksin siap diproduksi massal pada tahun 2021 setelah lalui proses uji klinis.
Foto: Eijkman Institute
Kalung Antivirus Corona
Awal bulan Juli 2020, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) merilis produk kalung Eucalyptus yang diberi nama "Kalung Antivirus Corona''. Kalung berisi Eucalyptus (kayu putih) ini diklaim dapat berpotensi membunuh virus corona penyebab COVID-19. Kalung ini pun menuai tanggapan beragam dari berbagai pihak. Mentan Syahrul Yasin Limpo menyatakan siap memproduksi massal kalung tersebut.
Foto: DetikHealth/A. Reyhan
Kluster baru bermunculan
Kenaikan kasus COVID-19 pun dilaporkan di berbagai tempat. Pada 9 Juli 2020, Indonesia mencatat kasus harian 2.657 kasus positif. Dari angka tersebut diketahui sebanyak 1.262 kasus dari Secapa AD di Hegarmanah, Kota Bandung. Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito pada akhir Novermber 2020 mengatakan semakin marak timbul kluster baru COVID-19 di berbagai daerah di Indonesia.
Foto: Reuters/Beawiharta
Uji klinis di Bandung
Bekerja sama dengan perusahaan biofarmasi asal Cina, Sinovac, Indonesia melalui PT Bio Farma tengah melakukan uji klinis tahap tiga vaksin corona mulai awal Agustus tahun ini. Lokasi uji klinis di enam titik kota Bandung. Sebanyak 1.620 relawan dilibatkan dalam pengembangan vaksin, tak terkecuali Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Presiden Joko Widodo (kiri) saat mengunjungi PT Bio Farma (11/08).
Foto: Presidential Secretariat Press Bureau
Pilih vaksin Sinovac asal Cina
Pada 7 Desember 2020 Indonesia menerima 1,2 juta dosis vaksin Sinovac buatan Cina. Kemudian pada 31 Desember 2020 Indonesia kembali menerima 1,8 juta dosis vaksin Sinovac. Pada 11 januari 2021 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akhirnya resmi memberikan izin darurat penggunaan vaksin tersebut. Berdasarkan evaluasi BPOM menunjukkan efikasi (kemanjuran) vaksin Sinovac mencapai 65,3 persen.
Foto: Presidential Palace/REUTERS
Vaksinasi perdana 13 Januari 2021
Presiden Joko Widodo jadi orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin corona. Bertempat di Istana Negara, Jokowi disuntik vaksin Sinovac pada Rabu (13/01), pukul 09.42 WIB oleh Wakil Ketua Tim Dokter Kepresidenan Prof. Abdul Muthalib. Selain Jokowi, Panglima TNI, Kapolri, Ketua IDI, tokoh agama, dan juga influencer turut mengikuti vaksinasi ini.
Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
Lebih dari 14 ribu kasus dalam satu hari
Kasus harian baru COVID-19 terus bertambah. Tercatat jumlah kasus terkonfirmasi virus corona bertambah 6.680 kasus pada 1 Maret 2021. Sebelumnya, Indonesia sempat memecahkan rekor dengan 14.518 kasus dalam satu hari pada 30 Januari 2021. Hingga kini, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kasus positif kumulatif COVID-19 terbanyak, sedikitnya 339.735 kasus. Disusul Jawa Barat dengan 211.212 kasus.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/A. Raharjo
Vaksinasi tahap kedua
Setelah melakukan vasinasi tahap pertama kepada sedikitnya 1,46 juta tenaga kesehatan, Indonesia melakukan vaksinasi tahap kedua yang menyasar lansia dan pekerja publik. Dalam foto tampak Presiden Joko Widodo saat meninjau pelaksanaan vaksinasi terhadap sekitar 5.500 pekerja media di Hall A Basket Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, 25 Februari 2021.
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Tertinggi di Asia Tenggara
Hingga awal Maret 2021, Indonesia menjadi negara dengan kasus positif COVID-19 tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi ke-4 di Asia. Selain itu, kasus kematian di Tanah Air juga menjadi yang tertinggi ke-3 di Asia, di bawah India dan Iran. Sedikitnya tercatat 36 ribu kematian COVID-19 di negara berpenduduk 270 juta jiwa ini.
Foto: picture-alliance/Zumapress/Sijori Images
Varian Delta asal India sempat dominasi kasus aktif di Jakarta
Virus corona terus bermutasi dalam banyak varian. Varian B.1.617 atau Delta jadi varian yang sempat mendominasi 90% kasus aktif di Jakarta pada Juli 2021. Pertama kali teridentifikasi di India pada akhir 2020. Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat kasus perdana varian Delta di Indonesia pada Mei 2021.
Foto: Jam Sta Rosa/AFP
Varian Omicron terdeteksi Desember 2021
Seorang petugas kebersihan di Wisma Atlet Jakarta terkonfirmasi sebagai pasien 0 dari transmisi lokal Omicron pada 16 Desember 2021. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melaporkan lima kasus probable COVID-19 varian Omicron. Dua kasus tersebut di antaranya merupakan warga negara Indonesia (WNI), sedangkan tiga orang lainnya merupakan WN Cina.
Foto: DADO RUVIC/REUTERS
Vaksinasi booster COVID-19
Presiden Jokowi mengumumkan pemberian vaksinasi booster gratis mulai 12 Januari 2022 untuk seluruh masyarakat Indonesia. Prioritas diberikan pada usia lanjut dan kelompok rentan. Namun, vaksin booster juga bisa didapatkan semua warga berusia 18 tahun ke atas yang sudah mendapat vaksin dosis lengkap minimal 6 bulan. Vaksinasi dilaksanakan di fasilitas kesehatan milik pemerintah. (rap/vlz, mh/ha)
Foto: Chaider Mahhyuddin/AFP/Getty Images
16 foto1 | 16
Dia menyinggung terkait PPKM levelnya tetap, tapi aturannya yang malah dilonggarkan. Seharusnya, kata dia, aturan pengetatan mobilitas berdasarkan level di masa pandemi tidak seperti itu.
"Dan ini masalah fase-fase pelonggaran bukan hal baru dan kalau kita katakan level 4 atau 3 harus berbeda kriteria pelonggarannya berbeda atau key performance indikatornya harus berbeda dan harus dipatuhi jangan diubah-ubah, karena akan menyebabkan kebingungan, akan menyebabkan inkonsistensi jadinya akhirnya yang disebut gradasi pelonggarannya nggak jadi. Ini yang berbahaya," ujarnya.
Iklan
Gebrakan sekolah tatap muka
PPKM belum ditentukan nasibnya usai masa perpanjangannya akan habis hari ini (23/08). Namun, jika kembali diperpanjang ada sederet saran dari anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PAN Saleh Partaonan Daulay.
Saleh menyebut jika PPKM sedikitnya mampu mengubah keadaan, di mana ada penurunan dari orang yang terpapar, tingkat hunian di rumah sakit, juga tentu jumlah orang yang meninggal akibat dari COVID-19. Namun, kata dia, penerapan aturan PPKM selama ini memang masih belum sesuai ekspektasi.
"Hari ini kita hampir setahun setengah pendidikan kita lewat virtual, saya melihat sudah ada titik jenuh di kalangan siswa, guru, dan juga penyelenggara pendidikan. Kenapa tidak? Karena orang bayangkan sekarang orang sehari-hari itu belajar di depan laptop, handphone, dan itu kadang-kadang sangat melelahkan," ucapnya.
Menurut Saleh, pemerintah perlu memikirkan bagaimana terobosan agar kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tak lagi membosankan bagi siswa, murid, dan orang tua. Salah satu caranya, kata dia, pemerintah sudah harus membolehkan murid untuk sekolah dengan bergiliran agar protokol kesehatan tetap terjaga.
"Misalnya apa gebrakan-gebrakannya yang bisa dilakukan? Kalau selama ini kan 1 kelas 30 orang, sekarang ini dibuat 10 orang, berarti 1 kali 3 hari masuk. Sisanya tetap zoom, tapi yang 10 boleh masuk. Kenapa ini penting? Supaya ada nuansa baru, kalau udah di sekolah itu pasti beda. Di situ kenapa harus sepertiga karena itu tentu bisa jaga jarak, guru gampang mengawasi, tidak ada kerumunan," katanya. (Ed: rap/ha)