Komunitas Internasional Diminta Turun Tangan soal Uighur
11 Juni 2021
Dalam laporan terbarunya, Amnesty International mengatakan otoritas Cina melakukan kejahatan kemanusiaan yang masif dan sistemik terhadap warga Uighur di Xinjiang. Komunitas internasional diminta turun tangan.
Iklan
Organisasi hak asasi manusia Amnesty International merilis sebuah laporan baru pada hari Kamis (10/06) yang mengatakan pemerintah Cina melakukan kejahatan kemanusiaan yang "sistemik dan diorganisir negara" terhadap Muslim Uighur di wilayah barat laut Xinjiang.
Laporan tersebut mengatakan bahwa "tindakan ekstrem" diambil oleh otoritas Cina sejak tahun 2017 terhadap warga Uighur dan etnis minoritas Turki lainnya.
"Pihak berwenang Cina telah menciptakan distopia suasana neraka pada skala yang mengejutkan," kata sekretaris jenderal Amnesty International, Agnes Callamard.
Laporan setebal 160 halaman tersebut juga menyebut Cina menyiksa warga Uighur di kamp-kamp interniran yang mereka klaim sebgai kamp pendidikan ulang dan deradikalisasi.
Pihak berwenang Cina telah membantah melakukan penganiayaan terhadap warga Uighur, dan menuduh negara-negara asing ikut campur dalam urusan dalam negeri Cina.
Apa isi laporan tersebut?
Amnesty melakukan penyelidikan untuk laporan tersebut selama dua tahun, antara Oktober 2019 dan Mei 202. Penyelidikan mencakup wawancara dengan 128 orang, termasuk 55 mantan tahanan kamp interniran, dan 68 anggota keluarga orang yang hilang atau diduga ditahan.
Menurut temuan Amnesty, dimungkinkan lebih dari 1 juta orang telah dikirim ke kamp-kamp penahanan di Xinjiang.
Laporan tersebut menjelaskan bahwa pertama-tama tahanan dibawa untuk diinterogasi di kantor polisi, di mana mereka diikat ke kursi dengan kaki dan tangan terborgol. Di dalam kamp mereka mengaku kerap dipukuli, tidak diberikan privasi, dan terancam mendapat hukuman berat.
Uighur - Diskriminasi di Cina dan Terdesak di Turki
Akibat banyaknya tekanan dari Cina sebagian warga Uighur pindah ke Turki. Awalnya itu tampak seperti solusi bagus, tetapi kini mereka terdesak karena tidak mendapat izin tinggal dan tidak dapat memperbarui paspor Cina.
Foto: Reuters/M. Sezer
Kritik terhadap Cina
Dunia internasional telah berkali-kali mengeritik Cina karena mendirikan sejumlah fasilitas yang digambarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai tempat penahanan, di mana lebih sejuta warga Uighur dan warga muslim lainnya ditempatkan. Beijing menyatakan, langkah itu harus diambil untuk mengatasi ancaman dari militan Islam. Foto: aksi protes terhadap Cina di halaman mesjid Fatih di Istanbul.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Tekanan ekonomi
Pada foto nampak seorang perempuan menikmati santapan yang dihidangkan restoran Uighur di Istanbul, Turki. Pemilik restoran, Mohammed Siddiq mengatakan, restorannya mengalami kesulitan karena warga Uighur biasanya menyantap makanan di rumah sendiri, dan warga Turki tidak tertarik dengan masakan Uighur.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Suara perempuan Uighur
Gulbhar Jelilova adalah aktivis HAM dari Kazakhstan, dari etnis Uighur. Ia sempat ditahan selama 15 bulan di tempat penahanan yang disebut Cina sebagai "pusat pelatihan kejuruan." Ia mengatakan, setelah mendapat kebebasan ia mendedikasikan diri untuk menjadi suara perempuan Uighur yang menderita.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Mencari nafkah di Turki
Dua pria Uighur tampak bekerja di toko halal di distrik Zeytinburnu, di mana sebagian besar warga Turki di pengasingan bekerja. Ismail Cengiz, sekjen dan pendiri East Turkestan National Center yang berbasis di Istanbul mengatakan, sekitar 35.000 warga Uighur tinggal di Turki, yang sejak 1960 menjadi "tempat berlabuh" yang aman bagi mereka.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Merindukan kampung halaman
Gulgine Idris, bekerja sebagai ahli rpijat efleksi di Istanbul. Ketika masih di Xinjiang, Cina, ia bekerja sebagai ahli ginekolog. Kini di tempat prakteknya ia mengobati pasien perempuan dengan pengetahuan obat-obatan dari Timur. Turki adalah negara muslim yang teratur menyatakan kekhawatiran tentang situasi di Xinjiang. Bahasa yang digunakan suku Uighur berasal usul sama seperti bahasa Turki.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Tekanan bertambah sejak beberapa tahun lalu
Sexit Tumturk, ketua organisasi HAM National Assembly of East Turkestan, katakan, warga Uighur tidak hadapi masalah di Turki hingga 3 atau 4 tahun lalu. Tapi Turki pererat hubungan dengan Cina, dan khawatir soal keamanan. Pandangan terhadap Uighur juga berubah setelah sebagian ikut perang lawan Presiden Suriah Bashar al Assad, yang berhubungan erat dengan Cina.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Kehilangan orang tua
Anak laki-laki Uighur yang kehilangan setidaknya salah satu orang tua mengangkat tangan mereka saat ditanya dalam pelajaran agama di madrasah di Kayseri. Sekolah itu menampung 34 anak. Kayseri telah menerima warga Uighur sejak 1960-an, dan jadi tempat populasi kedua terbesar Uighur di Turki. Sejak keikutsertaan warga Uighur dalam perang lawan Assad, Cina memperkeras tekanan terhadap mereka.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Mengharapkan perhatian lebih besar
Sebagian warga Uighur di Turki berharap pemerintah Turki lebih perhatikan kesulitan mereka, dan memberikan izin bekerja, juga sokongan dari sistem asuransi kesehatan. Foto: seorang anak perempuan menulis: "Kami, anak Turkestan, mencintai kampung halaman kami" dengan bahasa Uighur, di sebuah TK di Zeytinburnu. Warga Uighur di pengasingan menyebut kota Xinjiang sebagai Turkestan Timur.
Foto: Reuters/M. Sezer
Situasi terjepit
Warga Uighur juga tidak bisa memperbarui paspor mereka di kedutaan Cina di Turki. Jika kadaluarsa mereka hanya akan mendapat dokumen yang mengizinkan mereka kembali ke Cina, kata Munevver Ozuygur, kepala East Turkestan Nuzugum Culture and Family Foundation. (Sumber: reuters, Ed.: ml/hp)
Foto: Reuters/M. Sezer
9 foto1 | 9
Lebih lanjut laporan itu mengatakan pemerintah Cina menutup situs-situs keagamaan dan budaya dan mengintimidasi mereka yang secara terbuka mempraktikkan Islam.
Beberapa orang yang diwawancarai mengatakan bahwa masjid-masjid telah dirobohkan, dan bahkan gambar masjid yang ada di rumah-rumah penduduk telah diganti dengan foto Presiden Cina Xi Jinping. Mereka juga mengaku terlalu takut untuk terus menjalankan agama mereka dan takut bahwa mereka sedang diawasi oleh negara.
Iklan
Komunitas internasional diminta turun tangan
Amnesti meminta Cina untuk "segera membebaskan semua orang yang ditahan di kamp-kamp interniran atau fasilitas penahanan lainnya...kecuali ada cukup bukti yang kredibel dan dapat diterima bahwa mereka telah melakukan pelanggaran yang diakui secara internasional."
Callamard pun menyerukan agar komunitas internasional melakukan upaya untuk menghentikan penganiayaan yang dilakukan otoritas Cina terhadap warga Uighur.
"Komunitas internasional harus berbicara dan bertindak bersama untuk mengakhiri kekejian, untuk selamanya," kata Callamard.
"PBB harus membentuk dan segera mengirim mekanisme investigasi independen dengan tujuan untuk membawa mereka yang diduga bertanggung jawab atas kejahatan berdasarkan hukum internasional untuk diadili," dia menambahkan.