1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiIndonesia

Kondisi Keuangan Buruk, Garuda Indonesia Tutup 97 Rute

10 November 2021

Maskapai plat merah Garuda Indonesia tengah berada di ujung tanduk. Sekitar 93 rute disebut akan ditutup tahun depan. Rute mana saja?

Boeing 737 MAX 8
Garuda Indonesia disarankan untuk menutup rute internasional yang sepi peminatFoto: picture-alliance/M. Mainka

Kondisi keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sangat parah. Bahkan, secara teknis maskapai pelat merah ini dinyatakan sudah bangkrut. Pemerintah tengah mencari cara agar Garuda Indonesia bisa keluar dari situasi tersebut.

"Sebenarnya dalam kondisi seperti ini kalau istilah perbankan sudah technically bankrupt Pak, tapi legally belum. Ini yang sekarang sedang berusaha bagaimana kita bisa keluar dari situasi yang sebenarnya secara technically bankrupt," kata Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo saat rapat kerja dengan Komisi VI, Selasa (09/11).

Dia menjelaskan, ekuitas Garuda Indonesia tercatat negatif US$ 2,8 miliar. Menurutnya, ekuitas negatif ini rekor.

"Neraca Garuda saat ini mengalami negatif ekuitas US$ 2,8 miliar. Ini rekor Bapak Ibu, kalau dulu rekornya dipegang Jiwasraya sekarang Garuda," katanya.

Garuda memiliki aset US$ 6,92 miliar. Lalu, liabilitasnya mencapai US$ 9,75 miliar.

"Utang itu yang tercatat US$ 7 miliar plus utang daripada lessor yang tidak terbayar US$ 2 miliar lagi. Jadi totalnya US$ 9 miliar," imbuhnya.

Faktor penyebab Garuda bangkrut

Kartika mengatakan, ada dua aspek yang membuat kondisi Garuda seperti sekarang ini. Pertama, tata kelola perusahaan yang buruk.

"Kita mengetahui sudah, kasus korupsi yang sudah diputuskan KPK," katanya.

"Dan ini juga menyebabkan kontrak-kontrak dengan lessor Garuda ini cukup tinggi dibandingkan dengan airline-airline lain. Bahkan, data dari Bloomberg menyampaikan bahwa kalau kita bandingkan rental cost dibandingkan revenue-nya Garuda masuk yang terbesar. Aircraft rental cost dibagi revenue mencapai 24,7%, empat kali lipat dari global average," terangnya.

Selain itu, kinerja Garuda terkena dampak pandemi COVID-19. Sebab, mobilitas masyarakat terbatas.

97 rute ditutup, termasuk Amsterdam, Korea, dan London

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan PT Garuda Indonesia (Persero) akan memangkas jumlah rute penerbangan dari 237 penerbangan pada 2019 menjadi 140 rute pada 2022. Artinya, jumlahnya akan berkurang 97 rute.

"Garuda akan sangat mengecilkan jumlah rute dan pesawatnya, dan akan fokus kepada rute yang super premium, di mana rutenya turun dari 237 rute jadi 140 rute," kata Kartika.

Nantinya, sebagian besar rute internasional akan ditutup. Khususnya yang masuk kategori perjalanan jauh, seperti ke Amsterdam, London, hingga Korea karena sepi penumpang. Rute domestik juga akan diseleksi.

"Memang kita sudah mendapatkan banyak komplain selama sebulan terakhir karena flight Garuda semakin berkurang karena banyak pesawatnya yang di-grounded," jelasnya.

Nantinya, semakin banyak bandara yang mengalami kelangkaan penerbangan Garuda mengingat perusahaan akan fokus pada rute-rute yang benar-benar menghasilkan keuntungan.

Kartika mengatakan pengurangan jumlah rute merupakan imbas dari pemangkasan jumlah pesawat, yaitu dari 142 pesawat menjadi 50-60 pesawat saja yang beroperasi. Hal ini juga merupakan dampak dari pengurangan jenis pesawat di perusahaan dari 13 jenis menjadi 7 jenis.

"Biasanya airlines yang bagus mungkin punya 2-3 jenis pesawat, nah ini Garuda mulai dari seri 777, 737, A320, A330, CRJ, ATR45, ATR75, semuanya ada, jadi memang banyak sekali dan ini membuat kompleksitas daripada pengelolaan cost jadi mahal," pungkasnya.

Rencana penutupan sejumlah rute internasional yang dimiliki Garuda Indonesia itu sejalan dengan imbauan Menteri BUMN Erick Thohir yang menyarankan Garuda menutup rute internasional yang sepi peminat, dan fokus pada rute domestik yang lebih menjanjikan. (Ed: ha/rap)

 

Baca selengkapnya di: Detik News

Secara Teknis Sudah Bangkrut, Garuda Indonesia Riwayatmu Kini...

Garuda Indonesia Tutup 97 Rute, Termasuk Amsterdam, Korea, London

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait