Di Iran, internet diawasi ketat, dibayangi propaganda dan hoaks. Kini, meski banyak wilayah terputus jaringannya akibat serangan Israel, warga tetap menggunakannya untuk saling menolong.
Warga Iran melihat banjir informasi palsu di internetFoto: ATTA KENARE/AFP
Iklan
Saat pertempuran dengan Israel terus berlanjut, banyak wilayah di Iran yang hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki akses internet. Bahkan panggilan langsung telepon seluler dan telepon rumah, sering kali gagal tersambung. "Kami hidup dalam situasi yang mirip perang sepenuhnya," papar pembuat film dokumenter dan fotografer Pouria Nouri kepada DW dari ibu kota Iran, Teheran.
"Ada ledakan yang menggema di seluruh kota siang dan malam. Pangkalan militer dan infrastruktur strategis dibom, dan jumlah korban sipil terus meningkat," kisahnya.
Tentara Israel melancarkan serangan skala besar terhadap Iran Jumat lalu, 13 Juni lalu, dengan tujuan yang disebut-sebut untuk menghancurkan program nuklir Iran. Serangan itu menghantam Teheran dan wilayah lain di negara itu, melumpuhkan telekomunikasi Iran. Iran merespons dengan menembakkan rudal ke beberapa kota Israel.
Lini Masa Pertikaian Arab Saudi dan Iran
Bukan kali pertama Iran dan Arab Saudi bersitegang. Sepanjang sejarahnya, hubungan kedua negara acap mengalami pasang surut menyusul konflik politik atau agama. Inilah sejarah modern permusuhan dua ideologi dalam Islam
Foto: DW Montage
Damai berbayang kecurigaan
Hubungan Iran dan Arab Saudi baru tumbuh sejak kekuasaan Syah Reza Pahlevi dan Raja Khalid. Kedua negara sebelumnya sering direcoki rasa saling curiga, antara lain karena tindakan Riyadh menutup tempat-tempat ziarah kaum Syiah di Mekkah dan Madinah. Perseteruan yang awalnya berbasis agama itu berubah menjadi politis seiring dengan eskalasi konflik di Timur Tengah dan Revolusi Islam 1979.
Foto: picture alliance/AP Images
Pendekatan usai Revolusi Islam
Raja Khalid sempat melayangkan ucapan selamat kepada Ayatollah Khomeini atas keberhasilan Revolusi Islam 1979. Tapi hubungan kedua negara memburuk menyusul perang Iran-Irak dan kisruh Haji 1987. Puncaknya, Riyadh memutuskan hubungan pada 1987, ketika Khomeini mengecam penguasa Saudi sebagai "Wahabi yang tidak berperikemanusiaan, ibarat belati yang menusuk jantung kaum Muslim dari belakang."
Foto: Getty Images/Afp
Keberpihakan dalam Perang Iran-Irak 1980
Saat berkobar perang Iran-Irak, Arab Saudi sejak dini menyatakan dukungan terhadap rejim Saddam Hussein di Baghdad. Riyadh memberikan dana sumbangan sebesar 25 milyar US Dollar dan mendesak negara-negara Teluk lain untuk ikut mengisi pundi perang buat Irak. Demi menanggung biaya perang, Arab Saudi menggenjot produksi minyak yang kemudian mengakibatkan runtuhnya harga minyak di pasar dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Kisruh Haji 1987
Mengikuti ajakan Ayatollah Khomeini, jemaah Iran setiap tahun berdemonstrasi di Mekkah dan Madinah menentang Israel. Tradisi sejak 1981 itu tidak pernah diperkarakan, kecuali pada 1987, ketika polisi memblokade jalan menuju Masjid al-Haram. Akibat bentrokan, 402 jemaah Iran tewas dan 649 luka-luka. Setelah kedutaannya di Teheran diserbu massa, Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
Foto: farhangnews
Kontroversi program nuklir Iran
Arab Saudi sejak awal menolak program nuklir Teheran. Sikap itu tidak berubah bahkan setelah tercapainya Perjanjian Nuklir di Vienna tahun 2015. Riyadh menilai kesepakatan tersebut "sangat berbahaya." Desakan kepada Iran untuk bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB juga disampaikan Saudi pada awal 2023.
Foto: Irna
Pemberontakan Houthi di Yaman, 2004
Hubungan Iran dan Arab Saudi kembali menegang setelah kelompok Syiah Zaidiyah di Yaman mengobarkan pemberontakan. Riyadh menuding Teheran mengompori perang bersaudara dan mencampuri urusan dalam negeri Yaman dengan memasok senjata. Iran sebaliknya menuding Arab Saudi menghkhianati perannya sebagai mediator konflik dengan membombardir minoritas Houthi di utara Yaman.
Foto: picture alliance/Y. Arhab
Perang proksi di Suriah, 2011
Dukungan Iran atas rejim Bashar Assad di Suriah sejak lama dianggap duri dalam daging oleh Arab Saudi. Sejak 2011, Riyadh aktif memasok senjata buat oposisi Sunni di Suriah. Kerajaan di Riyadh juga menjadi yang pertama kali mengecam Assad seputar "tindakan represif pemerintahannya terhadap demonstrasi anti pemerintah," ujar Raja Abdullah saat itu.
Foto: picture-alliance/AP/Vadim Ghirda
Tragedi Mina 2015
Bencana memayungi ibadah Haji 2015 ketika lebih dari 400 jemaah Iran meninggal dunia di terowongan Mina akibat panik massa. Iran menuding pemerintah Arab Saudi ikut bertanggungjawab. Riyadh sebaliknya menyelipkan isu bahwa tragedi itu disebabkan jemaah haji Iran yang tak mau diatur. Kisruh memuncak saat pangeran Arab Saudi, Khalid bin Abdullah, mendesak agar Riyadh melarang masuk jemaah haji Iran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Eksekusi Mati Al-Nimr 2016
Sehari setelah pergantian tahun Arab Saudi mengeksekusi mati 46 terpidana, antara lain Syeikh Nimr al-Nimr, seorang ulama yang aktif membela hak-hak minoritas Syiah yang kerap mengalami represi dan diskriminasi di Arab Saudi. Al-Nimr didakwa terlibat dalam terorisme. Sebagai reaksi Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei melayangkan ancaman, bahwa Saudi akan mendapat "pembalasan tuhan."
Foto: picture alliance/dpa/Y. Arhab
Drama di Lebanon
Pada November 2017 Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengumumkan pengunduran diri dari Riyadh, Arab Saudi, dan menyalahkan Iran terkait kebuntuan politik di Beirut. Langkah itu diyakini bagian dari manuver Arab Saudi untuk memprovokasi perang antara Iran dan Hizbullah dengan Israel. Saudi dan Iran berebut pengaruh di Lebanon pasca penarikan mundur pasukan Suriah 2005 silam.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/Lebanese Official Government/D. Nohra
Narasi damai di awal 2023
Menyusul mediasi Cina, pemerintah Arab Saudi sepakat memulihkan hubungan dengan Ira pada Maret 2023. Kesepakatan tersebut disusul pembukaan kembali relasi dengan Suriah dan perundingan damai dengan pemberontak Houthi di Yaman. Sebelumnya, negara-negara Teluk juga sepakat mengakhiri perpecahan dengan Katar, sekutu dekat Iran di Teluk Persia.
Foto: Iran's Foreign Ministry/WANA/REUTERS
11 foto1 | 11
Internet masih dipandang sebagai musuh publik di Iran
Warga Iran menerbitkan banyak video buatan sendiri yang menunjukkan dampak rudal Israel. Banyak warga Iran mengabaikan panduan keamanan yang dikeluarkan oleh pejabat mereka, dengan mengatakan bahwa negara tidak mampu melindungi rakyat. "Di Iran, internet ditekan oleh aparat keamanan, yang melihatnya sebagai musuh dan ingin mengendalikannya," ujar pakar keamanan siber Amir Rashidi kepada DW.
Rashidi mengatakan bahwa internet digambarkan di Iran sebagai alat mata-mata Barat, seraya menekankan bahwa warga Iran sangat membutuhkan akses internet — "pertama dan terutama sebagai sarana komunikasi, untuk tetap berhubungan satu sama lain dan mengetahui keadaan orang lain."
Pakar keamanan siber tersebut mengatakan bahwa sementara orang perlu tetap mendapat informasi selama konflik yang meningkat, "para pejabat melakukan hal yang sebaliknya dan terus membatasi akses internet." Dokter, petugas pemadam kebakaran, masyarakat biasa menggunakan internet untuk membantu tetangga mereka.
Selama bertahun-tahun, Rashidi telah mendorong perlindungan hak digital dan masyarakat sipil di dunia digital. Ia mengatakan bahwa upayanya tampaknya membuahkan hasil di Iran. "Kita dapat melihat bahwa beberapa perusahaan rintisan Iran telah mulai menawarkan layanan mereka secara gratis — termasuk mencari apartemen di luar Teheran atau berbagi informasi tentang akses VPN, sehingga orang-orang masih dapat membaca berita," katanya kepada DW. Ada pula orang yang menawarkan tumpangan bagi mereka yang ingin meninggalkan ibu kota Iran.
Mengenang 40 Tahun Perang Iran vs Irak
Perang Iran-Irak jadi salah satu konflik militer terkelam di Timur Tengah. Berlangsung delapan tahun menjadi saksi penggunaan senjata kimia, tewasnya ratusan ribu orang, serta mengubah wilayah dan situasi politik global.
Foto: picture-alliance/Bildarchiv
Konflik teritorial
Pada 22 September 1980, diktator Irak Saddam Hussein mengirim pasukannya ke negara tetangga Iran. Ini jadi awal mula perang mematikan selama delapan tahun yang menewaskan ratusan ribu orang. Konflik perbatasan wilayah berlarut-larut jadi pemicu perselisihan dua negara mayoritas Muslim Syiah ini.
Foto: defapress
Perjanjian Aljazair
Lima tahun sebelumnya, pada Maret 1975, Saddam Hussein, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Irak, dan Raja Iran saat itu Shah Pahlevi menandatangani perjanjian di Aljazair, untuk menyelesaikan sengketa perbatasan. Baghdad menuduh Teheran merencanakan serangan dan memutuskan mengevakuasi tiga pulau strategis di Selat Hormuz, yang diklaim milik Iran dan UEA.
Foto: Gemeinfrei
Sumber air
Pada 17 September 1980, Baghdad menyatakan Perjanjian Aljazair batal demi hukum dan menuntut kendali atas semua wilayah perbatasan Shatt al-Arab, sungai sepanjang 200 kilometer pertemuan sungai Tigris dan Sungai Efrat yang bermuara di Teluk Persia.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. al-Jurani
Pemboman pelabuhan dan kota
Pasukan Irak meledakkan bandara Iran, termasuk yang ada di Teheran, serta fasilitas militer dan kilang minyak Iran. Pada pekan pertama pasukan Irak berhasil merebut kota Qasr-e Shirin dan Mehran, serta pelabuhan Khorramshahr di barat daya Iran, di mana posisi Sungai Shatt al-Arab bermuara.
Foto: picture-alliance/Bildarchiv
Musuh bersama
Banyak negara Teluk, termasuk Arab Saudi dan Kuwait, mendukung Baghdad dalam perang melawan Iran. Hal ini didasari kekhawatiran atas perlawanan Syiah di Timur Tengah yang dipelopori oleh Ayatollah Khomeini dalam Revolusi Iran. Negara-negara Barat juga mendukung Baghdad dan menjual senjata kepada Saddam Hussein.
Foto: Getty Images/Keystone
Dipukul mundur Iran
Serangan balik Iran mengejutkan Irak ketika Teheran berhasil menguasai kembali pelabuhan Khorramshahr. Baghdad mengumumkan gencatan senjata dan menarik kembali pasukannya, tetapi Teheran menolaknya dan terus membom kota-kota Irak. Sejak April 1984, kedua belah pihak terlibat dalam "perang kota", di mana sekitar 30 kota di kedua belah pihak dihujani serangan rudal.
Foto: picture-alliance/dpa/UPI
Penggunaan senjata kimia
Salah satu yang jadi sorotan dalamperang ini adalah penggunaan senjata kimia. Teheran pertama kali melontarkan tuduhan tahun 1984 - dikonfirmasi oleh PBB - dan juga pada tahun 1988. Juni 1987, pasukan Irak menjatuhkan gas beracun di kota Sardasht, Iran. Maret 1988, Iran mengklaim Baghdad menggunakan senjata kimia kepada penduduk sipilnya di kota Halabja di utara Irak yang dikuasai Iran.
Foto: Fred Ernst/AP/picture-alliance
Gencatan senjata
Pada 18 Juli 1988, Khomeini menerima resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengakhiri perang. Meskipun jumlah pasti dari mereka yang tewas dalam perang tidak diketahui, sedikitnya 650.000 orang tewas dalam perang tersebut. Gencatan senjata diumumkan pada 20 Agustus 1988.
Foto: Sassan Moayedi
Lembaran baru
Penggulingan rezim Saddam Hussein oleh AS pada tahun 2003 membuka era baru di Timur Tengah. Hubungan antara Irak dan Iran telah membaik sejak saat itu dan kedua negara meningkatkan kerjasamanya dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya. (Ed: rap/hp)
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Mohammed
9 foto1 | 9
Pengguna internet lainnya, seperti fotografer dan penulis perjalanan Peyman Yazdani, berupaya membantu dengan cara lain.
"Jika Anda tinggal di luar negeri dan orang tua Anda berada di Teheran, dan butuh bahan makanan atau seseorang perlu menengok mereka, kirimkan pesan langsung kepada kami," tulisnya di X, yang sebelumnya bernama Twitter. "Kami dapat mengurus belanjaan atau kunjungan."
Di Instagram, sejumlah dokter telah menerbitkan nomor telepon mereka dan menawarkan konsultasi medis, resep, dan rekomendasi apotek Teheran yang masih menawarkan obat-obatan tertentu.
"Masih banyak orang tua atau penyandang disabilitas yang masih tinggal di kota ini," kata pembuat film Pouria kepada DW dari Teheran. "Di lingkungan yang lebih miskin di selatan, masih banyak orang yang pergi bekerja."
Petugas pemadam kebakaran mengunggah foto diri mereka saat bertugas, mencoba meyakinkan publik bahwa mereka tidak akan meninggalkan kota. Dan meskipun terjadi eskalasi dan meningkatnya jumlah korban tewas, tidak ada video yang muncul yang menunjukkan penjarahan atau kekacauan di jalan-jalan.
Iklan
Aplikasi 'Starlink' palsu digunakan sebagai umpan
Pada saat yang bersamaan, warga Iran melihat banjir informasi palsu daring. Beberapa mengklaim bahwa Israel mengendalikan aplikasi seperti WhatsApp atau Instagram, yang lain mengatakan bahwa mengunduh aplikasi sederhana sudah cukup untuk menggunakan satelit Starlink untuk akses internet.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
"Mereka yang ingin menggunakan Starlink memerlukan parabola untuk terhubung ke jaringan," tandas Rashidi kepada DW. "Aplikasi yang menyebar daring sekarang bisa berbahaya dan digunakan untuk memata-matai orang."
Ada juga banyak informasi yang tidak dapat diverifikasiyang beredar di antara warga Iran, termasuk klaim bahwa para pemimpin agama dan politik terkemuka Republik Islam telah meninggalkan negara itu.
Rezim Iran mengalami tantangan berat
"Situasi terkini di ruang digital tidak dapat dibandingkan dengan krisis yang dialami oleh otoritas keamanan di masa lalu, termasuk protes nasional yang berulang," ujar Hossein Kermani, seorang penulis buku: "Aktivisme Twitter di Iran" edisi 2025, kepada DW.
Dalam karya ilmiahnya, Kermani berfokus pada komunikasi politik di ruang digital dan propaganda yang ditegakkan secara digital di bawah rezim yang berwenang.
"Tidak seperti protes yang muncul di dalam negeri, kita sekarang melihat krisis transnasional," ujar peneliti tersebut kepada DW. "Ini bukan lagi tentang mengendalikan populasi mereka sendiri, tetapi tentang menghadapi lawan eksternal."
"Meskipun rezim dapat mengandalkan pengalaman bertahun-tahun dalam menekan protes dan gerakan prodemokrasi, mereka tidak memiliki pengalaman seperti itu dalam menangani konflik eksternal. Aparat keamanan tampaknya kewalahan dan masih terkejut."
Israel dan Iran Saling Lancarkan Serangan Lanjutan
00:38
This browser does not support the video element.
Pada saat yang bersamaan, ada video propaganda yang tersebar di antara para loyalis rezim, yang mencoba meremehkan serangan oleh militer Israel.
Pengkhotbah islamis dan ahli teori konspirasi terkenal Ali Akbar Raefipour memainkan peran kunci dalam upaya propaganda tersebut. "Audiens yang menjadi target video tersebut adalah anggota sistem politik, yang moralnya tampaknya perlu ditingkatkan," papar Kermani.
Kermani menjelaskan, "Audiens utama video semacam itu adalah kalangan dalam sistem pemerintahan, yang moral dan loyalitasnya mulai goyah.” Rezim saat ini menyebarkan disinformasi yang ditargetkan mengenai kekuatan mereka, dengan tujuan memanipulasi secara psikologis dan membangkitkan kembali rasa percaya, agar anggota dalam sistem tidak berpaling dari mereka—meskipun realitas yang dihadapi jauh berbeda.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman