Konferensi Anti-Rasisme Cerminkan Tata Dunia Baru
21 April 2009Konferensi anti rasisme di Jenewa menjadi tema komentar dalam tajuk harian internasional.
Harian liberal kiri Italia La Repubblica yang terbit di Roma terutama menyoroti pidato presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad dalam konferensi tsb.
Ahmadinejad sukses mencapai apa yang ia inginkan. Yakni dukungan dari mayoritas delegasi dan timbulnya perpecahan di kubu barat. Bukan karena presiden Iran itu dalam pidatonya mengungkapkan hal baru. Karena pemikirannya mengenai holocaust dan zionisme sudah dikenal baik. Semua pihak yang tidak setuju, sebetulnya memiliki cukup banyak waktu untuk menyusun formulasi jawaban atas tantangan ini. Apakah melalui boikot konferensi. Atau secara bersama membuat bantahannya. Sayangnya kedua hal itu tidak dilakukan. Sebuah kesempatan emas telah lewat.
Harian Perancis Le Monde yang terbit di Paris berkomentar :
Perancis dan Inggris hadir dalam konferensi. Tapi Jerman, Italia dan Belanda memboikotnya. Hal itu saja sudah merupakan sukses bagi para diktatur dan fundamentalis, yang memanfaatkan ideologinya secara sistematis sebagai instrumen untuk mengelak dari kewajibannya menjunjung hak asasi manusia. Alasannya adalah menghormati keragaman budaya dan agama. Padahal dalam tema anti-rasisme, PBB di tatanan global dan Uni Eropa di tatanan Eropa, harusnya menjadi kekuatan pimpinan sekaligus bertindak sebagai instrumennya. Pada akhirnya, aksi boikot merupakan kekecewaan berat bagi semua pihak yang berpandangan demokrasi adalah prinsip dasar untuk memerangi segala bentuk rasisme.
Harian liberal kanan Denmark Jylland Posten yang terbit di Ärhus berkomentar :
Konferensi anti-rasisme di Jenewa mencerminkan kontur sebuah tatanan baru dunia, yang tidak lagi menguntungkan Eropa. PBB kini dipimpin oleh negara-negara lain, yang tidak mengagendakan konvensi dan pernyataan penghormatan hak asasi manusia sebagai programnya. Kelihatannya seperti lelucon, bahwa konferensi anti-rasisme dan kebencian terhadap warga asing yang digelar di Jenewa, dipimpin oleh Libya dibantu Iran, Pakistan dan Kuba. Akan tetapi inilah kenyataannya. Di dalam realitas ini, barat menjadi pihak yang kalah dalam perebutan kepemimpinan politik menyangkut penafsiran anti-rasime.
Terakhir harian liberal kiri Perancis Liberation yang terbit di Paris berkomentar senada :
Konferensi anti-rasisme di Jenewa adalah karikatur bagi para diplomat PBB. Konferensinya mempersilahkan seorang presiden yang mendukung hukum rajam, kebencian terhadap kaum homoseksual dan anti Yahudi naik podium dan memanen tepuk tangan. Konferensi ini juga menyerahkan forum kepada para diktatur dari Cina, Aljazair dan Kuba, yang mengajukan konsep praktis penghinaan agama, untuk menolak setiap bentuk kritik terhadap ideologinya. Dengan merelatifkan konsep hak asasi manusia, hal ini pada dasarnya dipaparkan sebagai gagasan yang sempurna untuk memberantas imperialisme barat.