150 pemimpin berbagai negara berkumpul di ibukota Perancis untuk konferensi iklim yang bertujuan cegah pemanasan global yang berarti bencana bagi dunia. Semua menyatakan tekad bulat. Apakah kali ini akan berhasil?
Iklan
Konferesi Iklim di Paris itu dimulai Senin (30/11) dan akan berlangsung selama dua pekan. Tujuan utama konferensi adalah mengakhiri tarik ulur soal kesepakatan internasional untuk membatasi emisi gas rumah kaca yang diduga jadi penyebab utama perubahan iklim. Konferensi yang dihadiri antara lain AS, Cina, India dan Rusia diadakan di Paris utara, di bawah penjagaan keamanan ketat mengingat Paris baru jadi sasaran serangan teror dua pekan lalu.
Ilmuwan sudah berkali-kali memberikan peringatan bahwa umat manusia akan menghadapi bencana-bencana besar akibat pemanasan global, yang akan memicu konflik berskala internasional. Sebagai contoh, kekeringan jangka panjang yang menyebabkan berkurangnya bahan pangan, atau naiknya permukaan laut, yang menyebabkan tergenangnya sejumlah wilayah dunia. Di jejaring sosial Twitter, organisasi lingkungan hidup Greenpeace menempatkan foto penampilan kota-kota besar jika tergenang air. Tindakan tegas harus segera diambil.
"Nasib umat manusia terancam"
Presiden Perancis Francois Hollade yang menyambut para pemimpin dunia di Paris mengatakan, "Nasib umat manusia tergantung konferensi ini. Setelah serangan teror di Perancis, kita harus mengambil langkah sesuai prioritas dan menjawab tantangan teroris, tetapi kita juga harus mengambil langkah untuk masa depan." Ia menambahkan, politisi dan pemerintah akan membayar mahal jika menyia-nyiakan kesempatan ini.
Sejak 1995, PBB sudah berkali-kali mengadakan konferensi iklim internasional untuk mengatasi isu pemanasan global, tetapi gagal akbiat berbedanya pandangan antara negara kaya yang memproduksi CO2 dalam jumlah banyak dan negara miskin yang merasa berhak untuk melanjutkan industri yang menggunakan bahan bakar fosil karena belum sempat mencapai kemakmuran seperti negara industri maju, yang dulunya kebanyakan menjadi negara penjajah.
Meningkatnya pemanasan global sebenarnya hanya salah satu masalah lingkungan yang dihadapi dunia saat ini. Contohnya polusi besar-besaran akibat pecahnya bendungan pada sebuah tambang bijih besi di Brasil. Akibat pecahnya dam tersebut lumpur dan limbah tambang beracun membinasakan tanaman dan hewan sepanjang sekitar 645.000 km sungai Rio Doce. Kini lumbah beracun sudah mencapai samudra Atlantik.
Demonstrasi menjelang konferensi
Menjelang konferensi iklim di Paris, sebenarnya larangan demonstrasi diberlakukan di ibukota Perancis itu. Namun demonstrasi mendukung pencegahan perubahan iklim dan pemanasan global tetap berlangsung. Demonstran yang berkumpul di Place de la Republique dihadang polisi yang menghalau mereka dengan menggunakan gas air mata serta semprotan merica.
Organisasi lingkungan hidup menyatakan tidak terlibat dalam demonstrasi tersebut. Selain di Paris, di sejumlah kota besar lain juga terjadi demonstrasi, misalnya Berlin, namun yang terbesar dilaporkan terjadi di London.
Dampak Perubahan Iklim Sudah Landa Dunia
Efek perubahan iklim sudah terasa. Pakar iklim peringatkan, jika kenaikan suhu global lebihi rata-rata 2 derajat Celsius, dampaknya akan fatal. Inilah beberapa bukti bencana yang sudah melanda akibat perubahan iklim:
Foto: picture-alliance/dpa
Kabut Asap Cekik Asia Tenggara
Kebakaran hutan di Indonesia yang dipicu fenomena iklim El Nino, durasinya bertambah panjang dari biasanya. Akibatnya negara tetangga Malaysia, Singapura dan Thailand dicekik kabut asap berbulan-bulan. Kuala Lumpur disergap asbut berminggu-minggu (foto). Beberapa kali pemerintah negara jiran terpaksa meliburkan sekolah dan Kantor pemerintahan, akibat kadar cemaran lebihi ambang batas aman.
Foto: MOHD RASFAN/AFP/Getty Images
Masalah Kesehatan Dipicu Kabut Asap
Kalimantan dan Sumatra sudah langganan disergap kabut asap akibat kebakaran hutan. Tapi serangan kabut asap tahun ini jauh lebih hebat dan panjang dibanding tahun tahun sebelumnya. NASA melaporkan penyebabnya: fenomena iklim El Nino yang Alami perubahan pola. Akibatnya lebih 500.000 warga menderita infeksi saluran pernafasan akibat kabut asap.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Smog di Cina Berkategori Berbahaya
Kadar Smog di Cina telah lewati ambang batas aman yang ditetapkan WHO. Ibukota Beijing dan sejumlah kota besar lainnya menderita tercekik Smog yang terutama berasal dari pambakaran batubara secara intensif. Ekonomi Cina sangat tergantung dari pembangkit listrik batubara. Dampaknya adalah masalah kesehatan bagi jutaan warga
Foto: Getty Images/K. Frayer
Neraka Kebakaran Hutan
Amerika juga tak luput dilanda dampak perubahan iklim. Kebakaran hutan di California September 2015 melalap kawasan ribuan Hektar. Lebih 10.500 pemadam kebakaran dikerahkan. Tapi tetap saja api melumat 1400 rumah milik warga. Api menyala sendiri akibat kemarau panjang dan kekeringan hutan yang dipicu fenomena iklim El Nino.
Foto: picture-alliance/dpa
Masalah Sosial Dipicu Kemarau Panjang
Kemarau panjang dan kekeringan dipicu perubahan iklim, timbulkan masalah sosial berat di negara berkembang. Terutama anak perempuan yang jadi korban. Organisasi bantuan "Kindernothilfe" mencatat, kasus perkawinan dini meningkat. Pasalnya orang tua tak mampu lagi memberi makan keluarganya. Menikahkan dini anak perempuan berarti satu beban berkurang dan dari uang mahar anak lain bisa diberi makan.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Burgi
Banjir Makin Kerap Datang
Di belahan bumi lainnya terjadi fenomena kebalikan. Curah hujan makin tinggi dan badai makin sering melanda. Banjir yang tak kenal musim memaksa jutaan orang bermigrasi. Angka kemiskinan hingga 2030 diramalkan meningkat drastis. Bencana lingkungan di kawasan Afrika dan Asia Selatan memicu gagal panen, kelaparan dan wabah penyakit.
Foto: picture-alliance/dpa
Angin Topan Membuat Sengsara
Ini bukan pemandangan mistis, melainkan citra udara dari atas pulau Luzon di Filipina yang tergenang banjir setelah dilanda angin topan. Ratusan tewas akibat tanah longsor dan banjir. 50.000 warga jadi tuna wisma dan terpaksa mengungsi. Filipina dilanda 20 topan hebat setiap tahunnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Eropa Juga Terimbas
Pemanasan global dan perubahan iklim juga berdampak di Eropa. Sungai Rhein yang melintasi beberapa negara dan penting sebagai urat nadi lalu lintas air, kini nyaris kering akibat tak turun hujan selama berbulan-bulan. Dampak ekonominya, transportasi barang kini mengandalkan moda darat yang jauh lebih mahal.
Foto: picture-alliance/dpa
Terumbu Karang Mati massal
Kematian massal terumbu karang juga melanda kawasan luas di bawah laut. Terumbu karang ini berwarna pucat, sebuah indikasi koloni binatang ini nyaris mati. Koral Yang sehat berwarna indah cemerlang. Pemicu kematian massal terumbu karang adalah makin hangatnya suhu air laut, yang memicu stress dan pertumbuhan ganggang beracun.
Foto: imago/blickwinkel
Beruang Kutub Terancam Punah
Beruang kutub menjadi simbol bagi perubahan iklim. Akibat lumernya lapisan es abadi di kutub utara, binatang ini kehilangan habitat alaminya. Tidak ada lapisan es, berarti beruang kutub tidak bisa berburu mangsanya dan akan mati kelaparan. Ramalan pesimistis menyebutkan: hingga 2050 populasi beruang kutub akan menyusut hingga tinggal 30 persen dari populasi saat ini.