1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konferensi Islam Jerman dan Topik Panas Antisemitisme

21 November 2023

Dibayangi oleh teror dan kekerasan di Timur Tengah serta meningkatnya anti-semitisme di Jerman, forum dialog Konferensi Islam Jerman digelar tanpa melibatkan asosiasi Dewan Pusat Umat Islam.

Foto ilustrasi Islam di Jerman
Foto ilustrasi Islam di JermanFoto: Stefan Trappe/IMAGO

Tanggal penyelenggaraan forum dialog tahunan Deutsche Islam Konferenz (DIK) untuk tahun ini sudah direncanakan sejak lama, yaitu pada 21-22 November 2023. Tapi topik utamanya belum diagendakan. Sekarang, satu setengah bulan setelah serangan teror Hamas ke Israel, fokus utama ditentukan oleh perkembangan aktual.

Pertemuan dua hari di Berlin itu akan bertemakan "Perdamaian sosial dan kohesi demokrasi: memerangi antisemitisme dan permusuhan antimuslim di saat perpecahan sosial”. Kementerian Dalam Negeri di bawah pimpinan mendagri Nancy Faeser (SPD), mencoba mengangkat tema ini di tengah situasi yang memburuk dalam beberapa minggu terakhir.

Konflik Israel-Hamas telah membuat-orang Yahudi di Jerman kembali hidup dalam ketakutan: Orang tua khawatir mengenai anak-anak mereka di sekolah, orang-orang lanjut usia menghindari pergi ke sinagoga. Di beberapa kota terjadi penyerangan terhadap tempat ibadah Yahudi. Dalam aksi demonstrasi di jalan-jalan Jerman, banyak peserta menyebut Hamas sebagai "pejuang kemerdekaan” dan menyatakan Israel seharusnya dilenyapkan saja. Di sisi lain, komunitas dan asosiasi muslim juga melaporkan ada peningkatan drastis jumlah serangan dan ancaman terhadap institusi-institusi mereka dan penganut agama Islam.

Deutsche Islam Konferenz (DIK) dimulai tahun 2006 oleh menteri dalam negeri saat itu, Wolfgang Schäuble (CDU). Tujuannya untuk membahas berbagai hal mendesar mengenai keberadaan Islam dan institusi-institusi Islam di Jerman, serta menangani permasalahan-permasalahan yang ada.

Di Jerman ada beberapa asosiasi dan perhimpunan muslim, yang terbesar antara lain asosiasi masjid Ditib, yang dikendalikan oleh Turki dan mencakup sekitar 900 komunitas masjid di seluruh Jerman. Asosiasi ini didanai oleh otoritas keagamaan Turki Diyanet, yang juga mengirimkan para imam ke masjid-masjid Ditib di Jerman. Selain itu ada Zentralrat der Muslime in Deutschland (ZMD), yaitu Dewan Pusat Muslim yang merupakan organisasi payung bagi 14 organisasi Islam di Jerman dengan sekitar 300 komunitas masjid. Berbeda dengan Ditib yang merupakan organisasi Turki, ZMD melibatkan kelompok-kelompok muslim dari Balkan, Arab dan negara-negara lain.

Forum Dialog Konferensi Islam Jerman DIK yang pertama di Berlin, September 2006Foto: epd/IMAGO

Gagap menghadapi konflik dan kekerasan di Timur Tengah

Ditib yang selama ini secara terbuka mendukung presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, belakangan dikritik karena posisi Erdogan yang membela aksi teror Hamas sebagai perjuangan kemerdekaan. Namun ZMD juga dikritik karena mengecam keras serangan Israel ke Gaza tetapi tidak mengecam serangan teror Hamas ke Israel, termasuk aksi pembunuhan lebih 1200 orang dan penculikan ratusan orang dari Israel yang dibawa paksa ke Gaza sebagai sandera.

Dalam pertemuan tahun ini, ZMD tidak diundang, kata sekjen ZMD Abdassamad El Yazidi kepada DW. Dia menyayangkan hal itu, namun juga mengakui kelalaian organisasinya. "Akan lebih baik jika kita mengutuk barbarisme Hamas, menyampaikan satu hal dan menyampaikan hal yang lain kemudian."

Abdassamad El Yazidi mengatakan kepada DW bahwa asosiasinya telah berupaya melakukan integrasi umat Islam dan membangun struktur komunitas keagamaan selama beberapa dekade. Adalah "tidak adil dan menghina” untuk menggambarkan ZMD sebagai pro-Hamas. El Yazidi menekankan, dalam percakapannya dengan teman-teman Yahudi dia mengetahui bahwa bagi banyak orang Yahudi, kehidupan di Jerman "sangat sulit untuk dijalani saat ini.” Namun dia juga mengatakan publik perlu menyadari situasi emosional di pihak muslim Jerman melihat meningkatnya serangan Israel ke Jalur Gaza.

Perlu strategi baru

Menurut Eren Güvercin dari Alhambra Society, pemerintah Jerman harus mengubah strateginya ketika berhadapan dengan asosiasi-asosiasi muslim. Güvercin adalah salah satu pendiri Alhambra Society pada 2017, sebuah kelompok muslim yang dikenal lebih liberal.

Seperti pemerintahan sebelumnya, strategi Jerman saat ini adalah mencapai perubahan melalui kedekatan dengan asosiasi-asosiasi demi menciptakan "komunitas keagamaan Jerman”. Strategi ini "telah gagal,” kata Eren Güvercin kepada DW, terutama terkait Ditib, yang semakin jelas hanya merupakan kelompok kepentingan, dan bukan komunitas agama.

Bagi Eren Güvercin, forum dialog Konferensi Islam Jerman justru seharusnya membahas topik seperti antisemitisme di kalangan muslim. Dia mengusulkan agar Kementerian Dalam Negeri Jerman mengadakan pertemuan khusus DIK tentang peristiwa 7 Oktober. "Sayangnya, hal itu tidak akan terjadi sekarang. Karena tema konferensi secara khusus telah direncanakan sebelum tanggal 7 Oktober".

Pada pembukaan Konferensi Islam Jerman hari Selasa (21/11), Alhambra Society akan hadir, tetapi Dewan Pusat Muslim Jerman ZMD tidak. Apakah perwakilan Ditib akan bergabung dalam dialog itu, masih belum jelas. Kementerian Dalam Negeri Jerman, seperti pada pertemuan-pertemuan terdahulu, tidak memberi tahu sebelumnya siapa saja yang diundang.

(hp/as)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang akan kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Kirimkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait