1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konferensi Keamanan Global di München Dimulai

9 Februari 2008

Diantara para pemimpin berpangkat tinggi, hadir seorang prajurit biasa yang berjuang di front terdepan, mempertaruhkan nyawa bagi misi perdamaian.

Tentara berjaga di lokasi konferensiFoto: AP

Konferensi tahunan keamanan global dibuka Sabtu (09/02) di kota München, Jerman. Hampir 250 delegasi tingkat tinggi dari lebih 50 negara, termasuk diantaranya 4 presiden, 3 PM dan sejumlah besar pemimpin militer, menghadiri acara yang digelar di hotel mewah Bayerischer Hof. Di luar gedung, ratusan tentara berjaga, di tengah ancaman demonstran yang akan mengganggu jalannya konferensi.

Konferensi ke-44 itu dibuka dengan pidato PM Turki Recep Tayyip Erdogan. Ia menyatakan akan tetap menggunakan cara keras dan tegas dalam konfklik dengan Partai Buruh Kurdi, PKK.

Perang melawan pemberontak Kurdi akan dilanjutkan, sampai kita menang, tambah Erdogan. Aksi teror PKK telah memakan korban puluhan ribu orang. Turki bereaksi dengan tindakan militer karena posisi PKK di Irak Utara merupakan bahaya keamanan serius bagi Turki.

Namun, tegas Erdogan, serangan militer sama sekali tidak diarahkan pada rakyat sipil di Irak dan Turki tidak berminat untuk mencaplok wilayah Irak.

Pidato Erdogan dilanjutkan dengan diskusi mengenai masa depan NATO, dengan pembicara Sekjen NATO Jaap de Hoop Scheffer dan Menteri Pertahanan Perancis Herve Morin.

Setiap tahunnya, konferensi keamanan München dihadiri banyak pejabat tinggi militer dengan tanda pangkat berkilat di bahu, yang mungkin sudah lama tak lagi memegang senjata.

Prajurit biasa, anggota pasukan NATO yang ikut berperang di front terdepan, jarang yang terlihat di ruang-ruang konferensi hotel mewah Bayerischer Hof.

Prajurit Infanteri Mike O’Rourke berada di sana karena akan menerima medali perdamaian atas tugasnya di Afganistan. Sebuah kehormatan besar, kata anak muda 23 tahun itu agak tersipu, "Ini hanya terjadi sekali seumur hidup. Saya merasa terhormat dan sangat bangga.

‘Perdamaian lewat dialog’ adalah nama medali yang diterima Kopral Mike O’Rourke. Tapi dialog bukanlah hal yang dialami prajurit infanteri itu selama satu setengah tahun ditugaskan di wilayah selatan Afganistan. Di dekat kota Kandahar kereta api yang ia tumpangi ditembaki taliban, sejumlah tentara terluka. Sambil balas menembak, O’Rourke menyeret rekannya yang cedera keluar dari area pertempuran.

Saat itu, bahaya yang mengancam nyawanya sendiri tak terpikirkan olehnya, kata O’Rourke. "Kekuatiran saya yang terbesar, bagaimana saya bisa mengeluarkan rekan saya dari medan pertempuran? Saya memikirkan dia, dan bukan diri sendiri."

Mike O’Rourke tak suka membicarakan apa yang ia alami semasa bertugas di Afganistan. Masa yang berat karena banyaknya yang luka dan tewas. Pasukan Kanada kehilangan hampir 80 tentara di kawasan selatan Afganistan yang diperebutkan.

O’Rourke ditarik pulang lebih awal dari jadwal semula. Ia menerima penghargaan dan sejak itu bergabung dalam satuan pelatihan, dekat Ottawa. Perkembangan Afganistan senantiasa ia ikuti.

Ia mengatakan, "Saya pikir situasi di Afganistan sudah lebih baik. Perempuan dan anak-anak bisa kembali bersekolah. Saya percaya, kami, tentara NATO sudah melakukan sesuatu di sana."

Walaupun pengalamannya di Afganistan buruk, Michael O’Rourke tetap setia pada profesinya sebagai tentara. Suatu saat kelak ia mungkin akan ditugaskan ke luar negeri lagi. Tapi kemungkinan besar tidak ke konferensi keamanan München, dimana para menteri, jendral dan pakar pertahanan mendiskusikan tugas berat yang harus dipenuhi prajurit seperti dirinya. (rp)