Konferensi Mengenai Pengungsi Irak
26 Juli 2007Kebanyakan dari mereka mengungsi ke negara tetangganya Jordania atau Suriah. Negara-negara tersebut kini semakin merasakan dampak negatif dari gelombang pengungsian itu. Hari Kamis kemarin (26/07), dalam „Konferensi mengenai pengungsi Irak“, Jordania menyatakan bahwa kekerasan di Irak juga mengancam keamanan negaranya. Konferensi tersebut dihadiri oleh Irak, Suriah, Mesir, Liga Arab dan PBB.
Dalam Konferensi untuk pengungsi Irak yang diselenggarakan di ibukota Yordania, Amman, masyarakat internasional didesak untuk meningkatkan bantuannya. Terutama wakil dari Irak menuntut PBB dan negara-negara tetangganya agar mengupayakan semua kemungkinan untuk menghindari bencana kemanusiaan yang lebih besar.
Menurut perhitungan PBB, sekitar 4, 5 juta warga Irak meninggalkan tempat tinggalnya. Dari jumlah itu, sekitar dua juta masih berada di Irak. Mereka mengungsi karena ancaman keamanan. Yordania telah menampung sekitar 800. 000 dan Suriah 1, 2 juta pengungsi. Kedua negara tersebut merupakan penampung pengungsi Irak yang terbesar. Atas alasan keamanan, Jordania kini memperketat peraturan memasuki negaranya. Kebijakan ini dikritik keras oleh Irak. Jordania menepis kritik dengan mengatakan, negaranya tidak mampu menampung gelombang pengungsi Irak, apalagi kini jumlah penduduknya naik sekitar 25 persen pada tiga tahun terakhir ini. Para pengungsi tersebut harus diurus, misalnya dengan memberikan air yang sebenarnya untuk Jordania sendiri tidak mencukupi. Rumah sakit, sekolah, universitas, jalan-jalan dan tempat tinggal, semuanya harus disediakan. Amman setiap tahun perlu dana ekstra sekitar satu milyar dollar- Hingga kini janji dari masyarakat internasional masih belum dapat menutupi biaya tersebut. Demikian menurut Menteri Pendidikan Jordania Kaheld Toukan kepada pemancar televisi Jerman ARD di Amman:
“Sebelumnya bantuan untuk Jordania sangat sedikit. Tidak mencukupi. Masyarakat internasional kini lebih giat mencari dana karena masalah pengungsi Irak meluas. Sudah berlangsung empat tahun dan tak seorangpun tahu berapa lama ini masih berlanjut.“
Menurut keterangan PBB akhir pengungsian dari Irak masih belum dapat diperkirakan. Sekitar 50. 000 orang ingin keluar dari Irak setiap bulannya. Ada yang mencoba pergi misalnya ke negara Eropa, tetapi kerap kembali terdampar di Suriah dan Jordania.
Nasib anak-anak Irak merupakan masalah yang mengkhawatirkan. Demikian Menteri Pendidikan, Toukan, di Amman. Bulan depan sekitar 50. 000 pelajar Irak harus ditempatkan di berbagai sekolah:
„Untuk sektor pendidikan, kami hanya menerima 10 juta dollar AS. Kami harus membangun sekitar 30 sekolah untuk anak-anak Irak. Satu sekolah saja perlu dana dua juta. Jadi kami perlu segera 60 juta dollar. Dan ini hanya untuk bangunan sekolah.“
Selain itu diperlukan gaji guru, buku-buku pelajaran dan makanan. Toukan tidak tahu bagaimana selanjutnya. Dalam konferensi kemarin, Irak kembali mengimbau Jordania dan Suriah untuk menerima lebih banyak pengungsi dari negaranya.
Namun Irak juga mengakui pendapat Amensti Internasional, Yordania dan Suriah bahwa eksodus warga Irak tersebut adalah sebuah krisis kemanusiaan. Krisis ini akan menggoncangkan seluruh kawasan tersebut ,ika masyarakat internasional tidak segera memberikan bantuan.