Konflik Bersenjata di Timor Leste Masih Berlanjut
27 Mei 2006Duta Besar Portugis di Timor Leste menyatakan, mayoritas warga Portugal tidak pergi meninggalkan negara kecil itu. Sama seperti warga Jerman. Demikian ungkap peneliti politik Timor Timur, André Borgerhoff dari perhimpunan Jerman dan Timor Timur, DOTG di Köln.
Andre Borgerhoff: „Setahu saya, orang-orang Jerman, semuanya ingin tetap tinggal, terutama setelah pasukan perdamaian tiba di sana.”
Andre Borgerhoff yang secara tetap memantau situasi Timor Leste menyatakan, ketegangan sudah mereda sejak pasukan Australia tiba. Disebutkannya, dengan bantuan pasukan internasional yang paling dapat dilakukan saat ini adalah menenangkan suasana dan mengembalikan keamanan. Walaupun begitu, pemerintah Timor Leste harus mencari jalan keluar politik bagi pertentangan yang terjadi dalam tubuh militer negara itu. Masalah yang tidak mudah diselesaikan, terutama karena pemerintahan Timor itu tidak memiliki uang untuk memenuhi semua tuntutan tentara yang melakukan memberontak itu.
Sebelumnya, sekitar 600 orang tentara Timor Leste yang kebanyakan berasal dari wilayah Barat merasa dianak tirikan. Mereka menuntut persamaan hak dengan rekan tentaranya yang berasal dari wilayah Timur negara itu. Misalnya dengan peningkatan uang pensiun, kenaikan pangkat dan pengakuan atas perjuangan mereka.
Menurut Andre Borgerhoff, walaupun dalam eskalasi kekerasan, Istana presiden sempat diserang, indikasi menunjukkan bahwa tentara memberontak ini masih setia dan percaya kepada presiden Timor Leste, Xanana Gusmao. Namun harga diri mereka terluka oleh sejumlah ungkapan Perdana Menteri Timor Leste, Mari Al Katiri dan kabinetnya. Borgerhoff mengatakan:
Andre Borgerhoff: “Saya kira pemerintah Timor Leste harus memiliki kepekaan yang cukup untuk berusaha lebih mengerti dan memenuhi permintaan para tentara itu.”
Walaupun begitu, pengamat politik Timor Leste ini mengakui, bahwa berbagai aspek konflik ini, belum diketahui secara persis masih belum diketahui. Masih banyak alasan politik yang masih terselubung dalam pertikaian antara kelompok militer yang bersaing. Satu tahun yang lalu, persisnya pada 20 Mei pasukan perdamaian yang terakhir ditarik dari Timor Leste. Ketika itu, diperkirakan Timor Leste sudah siap untuk mengatasi masalah keamanannya sendiri.
Sekarang pasukan keamanan terpaksa kembali ke negera termuda di dunia ini. Untuk menenangkan suasana, militer Timor Leste FDTL ditarik ke barak atas perintah panglima militer, Jendral Taur Mantan Ruak. Pemerintah Timor Timur secara resmi telah menyerahkan pengamanan kota Dili kepada pasukan khusus Australia. Pasukan Malaysia, Selandia Baru dan Portugal berangsur datang. Berapa lama mereka akan menetap?
Andre Borgerhoff: “Tidak dapat dipastikan, tapi saya kira pasukan keamanan internasional ini akan berada di Timor Leste sedikitnya untuk kurun satu tahun”
Mungkin, sampai pemilihan parlemen dan pemilihan presiden yang akan berlangsung tahun depan.