Konflik di Kirgistan / Penampilan Sri Paus pada Hari Paskah
29 Maret 2005Setelah keadaan di ibu kota Kirgistan, Bishkek , berangsur normal, negara itu kini terancam perang saudara, meski situasi mulai tenang setelah terjadi kerusuhan dan penjarahan , akhir pekan lalu, setelah Presiden Askar Akayew ditumbangkan . Hari Senin (29/3) parlemen baru di Bishkek mengangkat mantan pemimpin oposisi Kurmanbek Bakijew sebagai perdana menteri interim. Sementara ini UE mengimbau pemerintahan baru di Kirgistan , untuk menaati peraturan demokratis. Wakil UE Javier Solana mengimbau Bakijew untuk mengadakan dialog dan perujukan.
Harian Prancis Les Echos , menilai posisi Presiden Rusia Wladimir Putin, semakin terdesak, setelah terjadinya revolusi di Georgia, Ukraina dan kini juga di Kirgistan. Harian ini menulis:
Untuk mengatakan bahwa otoritas Wladimir Putin digrogoti dari segala sisi, mungkin berlebih-lebihan. Namun pengalaman negatif Rusia semakin bertambah. Memang Georgia dan Ukraina menegaskan, apa yang terjadi di negaranya, tidak dapat diekspor ke negara lain. Kirgistan menolak untuk memilih antara kubu Moskow dan Washington, jadi antara kemungkinan bekerja, dan fasilitas keuangan. Namun , meski Putin tidak membela rejim Akayew setelah ditumbangkan, episod baru itu telah melemahkannya.
Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung berkomentar:
Dengan tumbangnya Presiden Kirgistan Akayew, satu per satu rejim di sekitar Rusia, tumbang. Para demonstran di Belarus mulai menuntut pengunduran diri diktator Alexander Lukaschenko, dan para demonstran di Mongolia menuntut lebih banyak demokrasi dan jaminan hukum. Tampaknya pengaruh Rusia di Asia Tengah semakin hilang , yang mengancam kepentingan tradisional Rusia dan membawa Putin dalam situasi sulit. Sementara Putin sendiri hendak mengkokohkan sistim otoriter di negaranya, negara-negara tetangganya dilanda gelombang demokratisasi yang juga dapat membahayakan posisinya.
Paus Yohanes Paulus II pada Hari Minggu Paskah menampakkan diri untuk memberkati puluhan ribu orang di Lapangan Santo Petrus di Vatikan, Roma. Sri Paus membuat tanda salib, namun ia tidak mampu berbicara.
Harian Jerman Braunschweiger Zeitung mengomentari penampilan Paus Yohanes Paulus II:
Paus ini mencerminkan dunia, di mana nilai-nilai dan pondamennya mulai goyah. Paus ini tidak disukai, karena ia tidak mau menyerah. Paus ini mengganggu , sebab, meski ia sendiri menderita, ia hendak memberikan harapan dan penghiburan kepada orang lain. Paus ini membuat mereka malu, yang sering mencemoohkannya sebagai paus yang sangat konservatif. Belum pernah sebelumnya sebuah pesan Paskah punya karisma yang begitu besar, bagi semua umat beragama. Yohanes Paulus telah mencatat sejarah. Sejarah tentang kekuatan iman.
Namun harian liberal Swedia Dagens Nyheter yang terbit di Stockholm , setelah menyaksikan Paus yang tidak dapat berbicara dan sangat menderita, berkomentar:
Penampilan Yohanes Paulus ke II pada Hari Paskah , yang berusaha memberkati masyarakat dunia dan Roma , menunjukkan bahwa pergantian kepemimpinan di Vatikan sudah dekat waktunya. Paus Yohanes Paulus telah melakukan banyak perjalanan. Dalam lawatannya ke manca negara ia tidak hanya mengadakan pertemuan dengan umat Katolik, melainkan juga dengan tokoh-tokoh dunia. Dalampada itu ia patuh pada tradisi gereja yang telah berusia 2000 tahun , namun ia secara terbuka menanggapi masalah moral dan politik zaman kini.