1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIndia

Konflik India-Cina Dorong Pembangunan Infrastruktur

Samaan Lateef
26 Juni 2021

Ketegangan dengan Cina mendorong India mempercepat pembangunan infrastrukur di wilayah perbatasan. Namun militerisasi kawasan Himalaya itu menyurutkan sumber hidup warga, yakni pariwisata.

Poster di Ladakh di Himalaya pada September 2017
Daerah Ladakh di Himalaya pada September 2017 sebelum kunjungan Perdana Menteri India Narendra ModiFoto: picture-alliance/AP Photo/M. Swarup

Hari-hari ini kawasan Ladakh di utara India rajin disambangi rombongan truk dan alat berat. Mereka didatangkan oleh Organisasi Jalan Perbatasan (BRO) untuk membuka jalan dan terowongan di lereng-lereng Himalaya.  

Lembaga pemerintah itu sedang giat menggarap wilayah terpencil di India untuk memudahkan mobilisasi militer. Bahkan desa-desa paling jauh pun kini sudah terhubung dengan jejaring telepon dan internet. 

"Memang proyek infrastruktur seperti pembangunan jalan atau sambungan internet dipercepat setelah adanya konflik perbatasan dengan Cina tahun lalu," kata Konchok Stanzin, anggota dewan di Pangong, sebuah kawasan terluas yang sempat menjadi salah satu basis militer India. 

Ironisnya, pembangunan jalan oleh Cina di kawasan Doklam, Bhutan, turut memicu intervensi militer India pada 2017 silam. Dan sebaliknya, proyek infrastruktur India di perbatasan Leh disikapi Cina dengan ancaman "tindakan balasan," Mei 2020.

Balasan itu muncul beberapa bulan kemudian, ketika sebuah foto satelit mengungkap betapa Cina telah membangun sebuah desa dengan 101 rumah di sekitar 4 kilometer ke dalam wilayah India, di Negara Bagian Arunachal Pradesh.

Abdul Majeed Jamsheed, 65, pensiunan pejabat pemerintah di Lembah Nubra, mengatakan dulu warga butuh enam hari untuk mencapai Kota Leh. Adalah perang India dan Pakistan pada 1999 yang lalu menghadirkan jalan aspal di wilayahnya.

Mobilisasi infanteri India di perbatasan Ladakh, September 2020Foto: Dar Yasin/AP/picture alliance

Industri perang gusur pariwisata

Kali ini pun, konflik mengubah desa-desa di perbatasan di barat Ladakh, ketika konstruksi jalan, sambungan listrik dan telepon dituntaskan pemerintah. 

"Warga di perbatasan selalu berada dalam kondisi menyedihkan. Konflik perbatasan biasanya berlangsung singkat. Tapi karena ada konflik, warga di perbatasan menjadi penting dan proyek yang dikerjakan untuk milter juga menguntungkan penduduk lokal," kata Jamsheed lagi.

Namun derasnya mobilisasi militer di Ladakh membuat kawasan pariwisata itu sepi wisatawan. Abhishek Sharma, seorang turis asal New Delhi mengaku harus membatalkan perjalanannya ke kawasan tersebut.

"Rasanya tidak aman di dekat dua pasukan," kata Singh merujuk pada mobilisasi di India dan Cina. "Keberadaan tentara menciptakan perasaan bahwa kami berada di dalam zona perang, bukan daerah wisata."

Seorang pejabat pertahanan India mengakui bentrokan dengan Cina tahun lalu memicu proyek konstruksi di perbatasan untuk membuka akses ke wilayah sulit.

"Kami membutuhkan jalan untuk memindahkan pasukan dengan cepat di perbatasan," kata dia. "Kami menekan divisi zeni untuk menuntaskan pembangunan yang sebenarnya direncanakan untuk lima tahun, menjadi hanya lima bulan."

India juga mempercepat pengerjaan terowongan Zoji La sepanjang 14,2 kilometer yang menghubungkan kawasan Sonmarg di Kashmir, dengan Kota Drass di Ladakh. Proyek ini diharapkan bisa memangkas waktu tempuh antara kedua kawasan konflik tersebut.

Namun begitu, Stanzin berharap pemerintah India memprioritaskan perbaikan kualitas hidup warga dalam proyek infrastruktur, ketimbang mempersiapkan perang.

"Warga di perbatasan hidup susah dan niat pemerintah seharusnya adalah untuk membantu memperbaiki taraf hidup mereka tanpa harus ada perang."

rzn/ae

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait