Konflik India-Cina Dorong Pembangunan Infrastruktur
Samaan Lateef
26 Juni 2021
Ketegangan dengan Cina mendorong India mempercepat pembangunan infrastrukur di wilayah perbatasan. Namun militerisasi kawasan Himalaya itu menyurutkan sumber hidup warga, yakni pariwisata.
Iklan
Hari-hari ini kawasan Ladakh di utara India rajin disambangi rombongan truk dan alat berat. Mereka didatangkan oleh Organisasi Jalan Perbatasan (BRO) untuk membuka jalan dan terowongan di lereng-lereng Himalaya.
Lembaga pemerintah itu sedang giat menggarap wilayah terpencil di India untuk memudahkan mobilisasi militer. Bahkan desa-desa paling jauh pun kini sudah terhubung dengan jejaring telepon dan internet.
"Memang proyek infrastruktur seperti pembangunan jalan atau sambungan internet dipercepat setelah adanya konflik perbatasan dengan Cina tahun lalu," kata Konchok Stanzin, anggota dewan di Pangong, sebuah kawasan terluas yang sempat menjadi salah satu basis militer India.
Ironisnya, pembangunan jalan oleh Cina di kawasan Doklam, Bhutan, turut memicu intervensi militer India pada 2017 silam. Dan sebaliknya, proyek infrastruktur India di perbatasan Leh disikapi Cina dengan ancaman "tindakan balasan," Mei 2020.
Balasan itu muncul beberapa bulan kemudian, ketika sebuah foto satelit mengungkap betapa Cina telah membangun sebuah desa dengan 101 rumah di sekitar 4 kilometer ke dalam wilayah India, di Negara Bagian Arunachal Pradesh.
Abdul Majeed Jamsheed, 65, pensiunan pejabat pemerintah di Lembah Nubra, mengatakan dulu warga butuh enam hari untuk mencapai Kota Leh. Adalah perang India dan Pakistan pada 1999 yang lalu menghadirkan jalan aspal di wilayahnya.
Industri perang gusur pariwisata
Kali ini pun, konflik mengubah desa-desa di perbatasan di barat Ladakh, ketika konstruksi jalan, sambungan listrik dan telepon dituntaskan pemerintah.
Iklan
"Warga di perbatasan selalu berada dalam kondisi menyedihkan. Konflik perbatasan biasanya berlangsung singkat. Tapi karena ada konflik, warga di perbatasan menjadi penting dan proyek yang dikerjakan untuk milter juga menguntungkan penduduk lokal," kata Jamsheed lagi.
Namun derasnya mobilisasi militer di Ladakh membuat kawasan pariwisata itu sepi wisatawan. Abhishek Sharma, seorang turis asal New Delhi mengaku harus membatalkan perjalanannya ke kawasan tersebut.
"Rasanya tidak aman di dekat dua pasukan," kata Singh merujuk pada mobilisasi di India dan Cina. "Keberadaan tentara menciptakan perasaan bahwa kami berada di dalam zona perang, bukan daerah wisata."
India Gelar Festival Kumbh Mela di Tengah Pandemi COVID-19
Festival keagamaan umat Hindu, Kumbh Mela, diadakan di kota Haridwar hingga akhir April mendatang. Di tengah upaya pemerintah mengendalikan penyebaran COVID-19, banyak orang khawatir acara tersebut memicu lonjakan kasus.
Foto: Tanika Godbole/DW
Kerumunan yang tidak dapat terhindarkan
Festival Kumbh Mela, yang dianggap sebagai ajang pertemuan umat Hindu terbesar di dunia, dirayakan empat kali dalam kurun waktu 12 tahun. Tahun ini, festival tersebut berlangsung di kota Haridwar. Acara yang diklasifikasikan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO ini biasanya dihadiri jutaan orang sebelum masa pandemi.
Foto: Tanika Godbole/DW
Berendam di Sungai Gangga
Cuaca pagi yang dingin tidak menghentikan umat Hindu untuk berendam di Sungai Gangga. Beberapa pakar telah mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan kembali acara tersebut, karena khawatir dapat menyebabkan lonjakan kasus infeksi corona. Namun pihak berwenang memutuskan untuk tetap melanjutkan festival tersebut, setelah menetapkan beberapa aturan dan batasan.
Foto: Tanika Godbole/DW
Hasil tes COVID-19 harus negatif
Pengunjung harus melakukan registrasi sebelum menghadiri festival dan menyerahkan hasil tes RT-PCR yang menunjukkan bahwa mereka negatif COVID-19. Para lansia, anak-anak, dan wanita hamil tidak diizinkan untuk menghadiri acara tersebut. "Kami telah mendirikan pusat pengujian antigen di setiap pintu masuk," kata Gopal Singh Chauhan, seorang pejabat di Uttarakhand.
Foto: Tanika Godbole/DW
Sedikit yang percaya pada tes COVID-19
Beberapa peziarah mengatakan kepada DW bahwa mereka tidak terlalu yakin terhadap tes COVID-19, meskipun ada kemungkinan risiko terinfeksi. "Ya, menghadiri Kumbh Mela berisiko, tetapi Anda bisa tertular di mana saja ... Banyak hal lainnya yang sudah terbuka, jadi mengapa acara ini tidak diadakan?" ucap Shalini Soni, seorang peziarah dari New Delhi.
Foto: Tanika Godbole/DW
Keberuntungan di festival Kumbh Mela
Pihak berwenang hanya akan menerapkan pembatasan tertentu pada hari-hari yang dianggap menguntungkan untuk mandi atau berendam di Sungai Gangga. Ada empat tanggal mandi yang menguntungkan atau "Shahi Snan" sepanjang festival. Shahi Snan pertama berlangsung pada 11 Maret 2021.
Foto: Tanika Godbole/DW
Tradisi mandi suci
Menurut tradisi Hindu, mandi di Sungai Gangga dapat menghapuskan dosa-dosa seseorang dan membebaskannya dari siklus hidup dan mati. Khumbh Mela dimulai pada 14 Januari dan akan berlanjut hingga 27 April 2021.
Foto: Anushree Fadnavis/REUTERS
Peraturan tidak ditegakkan
Banyak peserta mengatakan terdapat kerancuan dalam proses pendaftaran online. Beberapa orang melaporkan masalah teknis ketika mendaftar di situs web pemerintah, sementara yang lain mengatakan syarat untuk memberikan hasil tes RT-PCR negatif tidak diberlakukan.
Foto: Tanika Godbole/DW
Berdoa agar terhindar dari virus corona
"Saya pikir lebih banyak orang akan menghadiri festival, setelah mereka mendengar bahwa aturan tes RT-PCR tidak diperlukan," kata Pandit Mohit Dubey, seorang pendeta Hindu. “Masyarakat biasanya datang dan berdoa meminta kesehatan, keluarga, anak, usaha, atau kemajuan pekerjaan. Kali ini, banyak orang yang meminta agar Sungai Gangga membebaskan mereka dari virus corona,” ujarnya. (ha/hp)
Foto: Anushree Fadnavis/REUTERS
8 foto1 | 8
Seorang pejabat pertahanan India mengakui bentrokan dengan Cina tahun lalu memicu proyek konstruksi di perbatasan untuk membuka akses ke wilayah sulit.
"Kami membutuhkan jalan untuk memindahkan pasukan dengan cepat di perbatasan," kata dia. "Kami menekan divisi zeni untuk menuntaskan pembangunan yang sebenarnya direncanakan untuk lima tahun, menjadi hanya lima bulan."
India juga mempercepat pengerjaan terowongan Zoji La sepanjang 14,2 kilometer yang menghubungkan kawasan Sonmarg di Kashmir, dengan Kota Drass di Ladakh. Proyek ini diharapkan bisa memangkas waktu tempuh antara kedua kawasan konflik tersebut.
Namun begitu, Stanzin berharap pemerintah India memprioritaskan perbaikan kualitas hidup warga dalam proyek infrastruktur, ketimbang mempersiapkan perang.
"Warga di perbatasan hidup susah dan niat pemerintah seharusnya adalah untuk membantu memperbaiki taraf hidup mereka tanpa harus ada perang."